"Ambil ini" Hans memberikan kantong paper bag itu kepada Rania. "Bersiaplah"
"Tanda tangani dulu surat perjanjian ini" pinta Rania.
"Kau tidak akan mendapatkan tanda tanganku, tapi kau dapat memastikan, aku akan menagih hutang ayahmu tanpa bunga. Hanya pinjamannya saja."
Mata Rania berbinar cerah.
"Benarkah yang tuan bicarakan?"
"Tidak usah banyak tanya. Aku akan menepati janjiku" Hans mengambil jas dan dasinya kemudian dia keluar dari pintu itu.
Rania masih tidak percaya dengan ucapan Hans. Kemudian Hans masuk lagi ke dalam kamar itu.
"Sudah berapa kali kau menjual diri?" tanyanya.
"Ah.. aku belum pernah seperti ini" jawab Rania masih dengan tempat yang sama.
"Jangan pernah kau menjual dirimu, apapun yang terjadi. Ingat itu. Aku tunggu di lobi bawah. Bawa paper bag itu. Aku akan mengantarmu pulang" ucapnya dingin.
Rania seolah mendapat undian lotre, sehingga hatinya saat itu sangat senang.
Ia mengambil tasnya dan paper bag itu.
Sampai di lobi, Rania tidak menemukan Hans.
Dimana dia
Bukankah dia yang menyuruhku untuk segera turun?
"Maaf, nona. Tuan Hans memintamu untuk pulang dengan taxi. Taxi sudah menunggu di depan." seorang pegawai hotel memberi kabar kalau Hans sudah tidak ada di sana.
*flashback
Hans keluar dari kamar itu menuju lobi hotel. Ponselnya berdering,
"Hai, Jack"
"Bos, apakah bocah itu datang menemuimu?"
"Apa kau menelponku, hanya untuk menanyakan dia?"
"Tidak, bos. Aku ingin mengabarimu, seorang wanita yang diperkirakan seusia dengan ibumu, sekarang ada di panti jompo. Aku belum mengecek lagi. Tapi semoga itu benar adanya. Temui dia, dan buang rasa bencimu kalau dia memang ibumu, bos"
Tanpa pikir panjang, Hans meminta pelayan membawakan mobilnya, ia berpesan bila seorang wanita cantik, berusia SMA, memakai dress pink muda, Carikan taxi untuknya dan ia langsung pergi dari sana dengan tergesa-gesa.
Sampai di panti jompo, Hans sangat takut, apakah benar itu adalah perempuan yang menelantarkan hidupnya. Ia melangkah mendekati perempuan paruh baya yang tidur di kursi panjang itu. Bayangan wajah ibunya Hans langsung hadir, ia terus mendekatinya.
"Bukan.. itu bukan perempuan itu" kemudian Hans pergi dari sana.
**Kediaman rumah Rania.
"Kau sudah pulang, kak?" tanya Pandu, adik Rania, yang sedang menyantap mie instan.
"Ehm." jawab Rania singkat.
"Apa itu nak?" tanya ibu
Rania meletakkan paper bag itu di meja makan.
Pandu membukanya,
"Wah... Ayam goreng, kentang goreng, sandwich, wah.. coba dari tadi kak. Aku tidak akan makan mie instan lagi. Seharian ini aku makan mie instan terus" ucap pandu dengan lugunya.
"Apakah ada yang menelpon, Bu?" tanya Rania.
Ibu menggeleng
"Coba cicip ini, Bu. Enak sekali" Pandu menyuapi kentang goreng untuk ibu.
Apakah dia berbohong?
tanya Rania dalam hati.
Kring..
Semua saling pandang, dan ibu akhirnya mendekati suara telepon selular itu.
'Hallo. Ya, saya istri pak Sahrul. Oh. Baik. Terima kasih" suara ibu sangat senang.
"Kita dapat potongan hutang. Terima kasih ya tuhan" ucapnya memeluk kedua buah hatinya.
Pesta ulang tahun pak Roy, diadakan di sebuah klub miliknya, semua tampak bahagia. Mereka menyanyikan lagu selamat ulang tahun bersama.
Ketampanan Hans, memikat hati istri muda pak Roy. Sehingga tanpa disadari, pak John, sahabat pak Roy memperhatikan gerak gerik istri muda pak Roy.
Persembahan dari anak buah Hans cukup membuat mereka tertawa dan bahagia.
"Bagaimana kalau pak Hans menyanyikan sebuah lagu untuk pak Roy." teriak Jack
"Aku bingung, kenapa Hans yang harus bernyanyi, bukankah ini pesta Roy?" tanya John.
"Ya betul, pak Roy, kau harus bernyanyi, lagian aku tidak bisa bernyanyi"jawab Hans tanpa curiga.
"Apa yang kau bisa? Menghancurkan usahaku? Kau sudah bermain di belakangku, dengan menghapus hutang Sahrul. Apa kau bermain cinta dengan anaknya, hah!!" teriak Roy.
Semua yang tadinya tertawa,menjadi sepi dan mencekam.
"Keluar kau dari sini, aku tidak Sudi melihatmu, seandainya kau tidak aku pungut, kau hanya jadi anak gelandangan. Dasar kau tidak tau diuntung!!!" teriaknya lagi.
Hans yang merasa dipojokkan, bangun dari tempat duduknya.
"Kau memang ayah angkatku, tapi kau tidak berhak mengurusi urusan pribadiku"
"Sekali keluar, kau tidak akan aku terima lagi!!"
kemudian Hans keluar, dan Roy melempar gelas yang ada di depannya, ke punggung Hans.
Hans terkejut dan segera berlalu dari sana diikuti anak buahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Neli Allen
seru jg ya membaca nya ,jd diriku tdk penasaran lagi
2022-04-19
0
♡Sahibatul♡
lanjutkan kak. salam " blacklisted students"
2020-10-29
2