"Aku akan datang melunasi hutang kami, Sabtu siang setelah aku pulang sekolah, jam 3 sore." entah Rania sadar atau tidak, dia mengucapkan kalimat itu.
"Baik, aku akan menunggumu," ia mengeluarkan sebuah kartu nama dan memberikannya ke tangan Rania
"Ingat, terlambat sedikit, bunganya akan semakin banyak" ucapnya kemudian meninggalkan Rania yang terduduk lemas di aspal depan toko milik keluarganya.
Aku harus apa? Tuhan, dari mana aku mendapatkan uang sebanyak itu.
Pikiran itu berputar di kepalanya.
Dia melihat kertas yang ada di tangannya. Dihapus air matanya, dan memasukkan kembali ke dalam tasnya.
Ketua rombongan itu melihat Rania yang masih duduk d aspal dari kaca spion mobilnya.
Rania anak yang cerdas, berkat toko buku milik keluarganya, dan seringnya ia membaca buku, ia selalu mendapat nilai yang sempurna. Cita-citanya, ingin menjadi seorang dokter, agar bisa membantu masyarakat yang kurang mampu.
Kepalanya penuh dengan bayangan uang yang banyak itu.
Di satu sisi, keluarganku hanya dapat uang itu dari penjualan buku, di sisi lain, aku ingin sekali melanjutkan sekolah, tapi bagaimana aku akan menunjukkan hasil belajarku, kalau kondisi keluargaku seperti ini. Ya Tuhan..
Hari Sabtu, sudah datang. Rania keluar dari sekolahnya, entah kemana kakinya melangkah. Dia hanya melihat kertas kecil yang ada di tangannya.
Hans Permana
Manager CV Mentari.
Tapi dia menghentikan langkahnya, sambil duduk di taman. Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore.
"Bos, apakah kau percaya dengan janji bocah kecil itu?" tanya Jack, orang kepercayaan Hans. Sedari tadi, dia hanya gelisah melihat jam dinding terus berputar, janjinya kepada adiknya, sudah mepet.
"Pulanglah kau, temui adikmu. Biar aku yang mengurus semua." Ucap Hans sambil memainkan pena yang ada di mejanya.
"Kau yakin, bos?" tanya Jack lagi
Hans mengangguk.
"Tidak bisa dipercaya bocah itu." Jack yang punya sifat tempramen tinggi, mengepalkan tangannya.
"Sudahlah, mungkin dia kena macet di jalan. Ini hari Sabtu, pasti jalanan ramai" Belanya
Jam 04.00 sore sudah berlalu, artinya bocah itu sudah melewati 1 jam lamanya.
04.30 belum juga ada tanda kehadirannya.
Langkah kaki itu terdengar semakin dekat.
Hans mengangkat kepalanya.
"apa kau tidak ada kerjaan, bukannya hari Sabtu kau habiskan dengan berolahraga?" pak Roy, big boss dari perusahaan yang bergerak di bidang simpan pinjam alias rentenir besar di kota X, dan merupakan bapak angkat dari Hans, menghampirinya.
"Aku ada janji," jawab Hans pelan.
"Baiklah, aku akan pulang duluan."
Hans mengangguk.
"Jaga kesehatanmu, karena, besok kau akan merayakan ulang tahunmu" ucap Hans, ketika Roy keluar dari ruangan itu.
Roy tersenyum simpul, dan melangkahkan kakinya diikuti para bodyguard.
"Selidiki, siapa yang Hans tunggu" ucapnya kepada salah satu bodyguard itu.
Jam 05. 10 menit, pintu ruangan Hans terbuka.
"Kau terlambat 2 jam 10 menit dari waktu yang sudah kita sepakati." ucap Hans yang masih duduk di atas kursinya.
Rania melihat papan nama yang ada di atas meja itu. Dan sama seperti yang tertera di kartu namanya.
Hans Permana.
"Maaf, aku terlambat" ucapnya.
"Kau tau, keterlambatanmu, membuat bunga hutang keluargamu semakin besar?" tanya Hans.
Rania terdiam.
"Berapa total hutang keluargaku, sampai saat ini, beserta bunganya?"
Hans membuka buku dan menghitungnya, kemudian "63.750.000". Apa kau sudah menyiapkan uangnya?" tanya Hans.
"Kau bisa beli aku"
** Hai readers tersayang, aku mencoba menulis novel dengan genre yang sedikit berbeda. Semoga kalian suka ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Neli Allen
aku coba membaca nya .setelah diriku membaca .novel Rania yg telah berulang kx ku baca
2022-04-19
1
Bob Hendi
aku singgah..mudah2an enak ya ceritanya
2021-05-14
0