Satu bulan berlalu sejak kejadian Adik Ipar menemui ku, aku jarang bertemu dengannya lagi mungkin karena kesibukan nya.
Aku menjalani hari-hari ku dengan biasa tanpa beban ku ikhlaskan semuanya biarlah berjalan apa adanya.
Acara pengajian almarhum Mas Andre juga berjalan dengan lancar.
Di pagi yang cerah ini.
"Ishhh ahh,"pekik Nisa tiba-tiba perutnya sakit merasa mulas, Nisa bolak balik ke kamar mandi untuk buang air kecil tetapi rasa sakit ini tidak kunjung reda.
"Bik tolong tolong Nisa," teriak Nisa menahan rasa sakit ini.
"Aaaa ," teriak Nisa.
"Aaahh Bik tolong," teriak Nisa sambil memegangi perut yang terasa sakit, mulas kembali muncul.
Bik Mirna lari tergopoh-gopoh mendengan teriakan Nisa.
"Bu kenapa?" tanya Bik Mirna dengan khawatir.
Nisa engan menjawab, Nisa menahan sakit.
Seakan tau yang di rasakan majikannya Bik Mirna membantu Nisa, Bik Mirna menuntun Nisa dengan cemas.
"Ayo Bu kita ke Rumah Sakit," ajak Bik Mirna mengambil tas yang ada di dalam kamar, tas yang sudah ku persiapkan jauh-jauh hari buat proses persalinan semua yang ku butuhkan sudah ada di tas tersebut.
Bik Mirna memapah perlahan sambil menghubungi Mama Mertua.
" Assalamualaikum, nyonya tolong kesini Bu Nisa mau melahirkan," pinta Bik Mirna setelah itu Bik Mirna mematikan sambungan.
"Pak Ujang tolong," teriaknya.
Pak Ujang berlari cepat menghampiri Nisa membantu membawa tas yang di pegang Bik Mirna.
"Aaaahhh, Bik sakit ," teriak Nisa tak kuasa menahan sakit.
Mendengar Nisa teriak Pak Ujang ikut mondar mandir binggung.
"Pak Ujang jangan buat pusing cepat bawa tasnya ke mobil," geram Bik Mirna melihat tingkah Pak Ujang ikut panik.
"Maaf Bik," jawab Pak Ujang menuju mobil.
"Sabar Bu nunggu nyonya datang," bujuk Bik Mirna.
Benar saja mobil mama sudah kelihatan.
Nisa berjalan pelan sambil di papah Bik Mirna.
Mama turun dari mobil menghampiriku dengan raut wajah cemas.
"Hati-hati Nak Nisa." Mama mencoba membantu memapah berjalan menuju mobil dengan hati-hati.
"Mas sebentar lagi anak kita akan lahir," batin Nisa.
Nisa masuk mobil duduk di samping mama sambil mengusap perutku untuk mengurangi rasa sakit.
"Sebentar lagi sampai, sabar ya Nak," bujuk Mama Mertua dengan nada khawatir.
Hatiku menghangat meskipun Mas Andre sudah meninggal tetapi rasa sayang Mama Mertua ku masih sama seperti dulu, meskipun suami telah meninggal tetapi mama menganggap ku sebagai anak.
Kupeluk mama mertua sambil menangis,
"Ma doakan Nisa melahirkan dengan lancar, anak Nisa lahir selamat tanpa kurang satu apapun dan maaf Ma kalau Nisa punya salah sama Mama," ucap tulus Nisa.
Akhirnya setelah perjalanan 15 menit sampailah mobil di rumah sakit terdekat.
Nisa turun di temani sang mama mertua
sedangkan bik Mirna membawa tas sambil mencari kursi roda untuk Nisa.
Rumah Sakit hari ini cukup ramai.
"Nak duduk dulu," kata Mama melihat bangku panjang.
Setelah menemukan kursi roda Bik Mirna menghampiri Nisa, di dorongnya kursi roda itu menuju ruangan tunggu sedangkan mama mendaftar Nisa setelah itu aku menuju tempat dokter praktek kandungan.
"Alhamdulillah nak sepi jadi kita biasa langsung ke poli kandungan," kata mama bahagia.
Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan ternyata sudah pembukaan 3
"Alhamdulillah Bu Nisa sudah pembukaan 3," kata Dokter.
Aku di bantu Dokter dan Perawat melahirkan putra ku, Doker meminta ku mengejan sekuat tenaga, nafasku terengah-engah, aku harus kuat demi anakku.
'Mas andai kamu masih ada mungkin mas akan menggenggam tangan Nisa untuk memberikan semangat,' batin Nisa sedih.
"Aaaaa sakit Dok," teriak Nisa tangan meremas ranjang pasien.
"Ayo Bu dorong lagi," perintah Dokter.
"Ayo Bu sebentar lagi kepalanya muncul," ucap Dokter memberi arahan.
2 jam berlalu
Ooeeek oeek
Suara tangisan terdengar.
"Alhamdulillah," Bik Mirna dan Mama Mertuaku mengucapkan syukur karena bayi sudah lahir.
"Ma anak kak Nisa sudah lahir," kata Bian dengan muka tersenyum, Bian senang karena Nisa dan anaknya selamat.
Mama menelpon Bian setelah dapat kabar dari Bik Mirna.
Suster keluar membawa bayi laki-laki tersebut untuk di perlihatkan kepada anggota keluarga sebelum di mandikan.
Bian menyambut uluran tangan Suster, di gendong nya bayi tersebut, di bisikkan di telinga bayi tersebut kumandang adzan.
Setelah itu Suster membawa bayi tersebut.
Sedangkan bian memilih duduk di luar karena dia merasa bukan muhrim bertemu mantan kakak iparnya, Bian sadar akan hal itu apalagi setelah mengutarakan niatnya kemarin sehingga membuat suasana canggung.
Setelah 15 menit ruang bersalin terbuka lagi, perawat mendorong ranjang Nisa menuju ruang perawatan.
Mereka bertiga mengikuti nya dari belakang setelah semuanya di pastikan baik perawat pergi meninggalkan ruang tersebut.
"Ma aku pamit balik ke kantor ada pekerjaan lagi," kata Bian ke mamanya.
"Tidak ketemu Nisa dulu Nak," tanya Mama.
"Maaf ma nanti saja, aku buru-buru," elak Bian berbohong, jujur biar takut Nisa canggung bertemu dengannya.
Bian memilih pindah ke cabang yang ada di Jakarta mengantikan sang kakak yang telah pergi, karena jarak Kalimantan dan Jakarta memakan waktu lama dan Bian tidak tega meninggalkan sang Mama tercinta seorang diri karena dulu meskipun Mama dan kakaknya tidak tinggal bersama tetapi Nisa dan kakaknya sering berkunjung.
Apalagi kepergian sang kakak mendadak cukup membuat mama nya sedih dan sakit.
ceklek.
Mama bersama Bik Mirna masuk menunggu Nisa bangun, ya setelah melahirkan Nisa tertidur mungkin karena lelah.
"Maaf nyonya saya mau melihat bayinya dulu," kata Bik Mirna.
"Iya silahkan," jawab Mama.
Eemmm.
Perlahan-lahan mata Nisa terbuka, Nisa melihat sekelilingnya, seketika ingatannya tertuju pada anaknya.
Nisa bangun dilihatnya ruangan yang nampak asing, Nisa menoleh melihat Mama Mertuanya.
"Ma bagaimana bayiku Ma?" tanya Nisa dengan khawatir
"Alhamdulillah kondisinya baik, sebentar tunggu bik Mirna masih mengambilnya," tutur Mama menjelaskan.
Setelah 5 menit akhirnya Bik Mirna datang membawa bayi laki-laki yang tampan,
bibir dan mukanya seperti Nisa tetapi hidung alis dan mata nya seperti Andre.
Mama mengendong bayi tersebut, kulihat ada cairan di area matanya Mama menangis mungkin mama ingat dengan Mas Andre.
"Halo cucuku yang tampan, ini Oma Rini sayang," kata Mama dengan berkaca-kaca.
Melihat gerak bibir sang cucu seketika mama paham apa yang di inginkan cucunya.
"Nak buka bajumu sepertinya bayimu haus," titah Mama.
Mama meletakkan bayiku di dadaku, meskipun asi ku belum keluar tetapi anakku dengan rakus melahap asi ku dan sekali menangis karena Asi ku belum lancar.
aku sempat kasihan pada anakku.
"Biar kan saja nak," kata mama mertua setelah menaruh bayi mungil ku.
5 menit bayiku tertidur mungkin karena kelelahan, ku minta mama memindah kan bayiku di samping.
ku pandangi wajah tampan putra ku.
'Ternyata wajahnya mirip dengan mu mas,' kata Nisa dalam hati sambil membelai bayinya.
Sungguh aku merasa bahagia, inilah rasanya menjadi ibu, kebahagiaan yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata tak terasa air mataku mengalir tanpa ku suruh.
Setelah semua rasa sedih dan cobaan yang datang padaku tanpa ku sangka namun masih ada orang yang setia menemani meskipun dalam keadaan terpuruk.
Kebahagiaan terbesar dalam hidupku adalah kehadiran mu, aku akan menjagamu seperti amanah mas Andre.
Inilah.
Cahaya Setelah Badai
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
M⃠∂я𝓦⃟֯𝓓🆁🅰🅹🅰Riᷯsͧkᷜyͥ⁴ᵐ❤
byinya tamvan sprti abg🤭
2022-06-14
0
❀_Ayu_❀
welcome to the world Baby Boy... 😍.
2022-05-21
4
Amin_Rosyid
selamat ya nis, semoga anaknya menjadi anak yang Sholeh,,,itu mas bian sudah menanti 🤭🤭
2022-05-17
2