2 tahun berlalu akhirnya Nisa menikah dengan Andreas Rafasya tetapi Nisa lebih suka memanggilnya dengan sebutan Andre
Hari ini adalah hari yang tak pernah ku bayangkan dalam hidupku, hari di mana meluluh lantahkan hidupku, aku tak tahu apa yang harus ku lakukan.
Air mata ini seakan meluncur tanpa henti.
"Takdir apa yang engkau berikan kepada hambamu ini." Nisa menangis tergugu pandangan mulai kabur, berharap ketika terbangun dari tidur semua ini hanya mimpi.
*****
Pagi ini aku berangkat memeriksakan kandunganku ke sebuah klinik dekat rumahku, aku pergi bersama dengan Bik Mirna karena suamiku sedang ada urusan pekerjaan di luar kota.
Hari ini bahagia karena anak dalam kandunganku yang sebentar lagi akan hadir ke dunia.
Sampailah aku di tempat praktek dokter Aliyah, Dokter langganan ku tiap kali memeriksa kandungan bersama suamiku.
Aku duduk di bangku kursi panjang di temani Bik Mirna menunggu antrian di ruang tunggu, aku mengengam nomor antrian dengan perasaan bahagia, sedangkan Bik Mirna setia duduk di sampingku.
Bik Mirna wanita paruh baya yang sudah setahun ini menemani ku menjalani rutinitas setiap hari, sejak aku di nyatakan hamil 'Mas Andre menyewa jasa asisten Rumah Tangga dengan alasan tidak mau aku kecapekan, ya wajar saja Mas Andre begitu khawatir karena ini adalah anak yang sudah kami nantikan di usia pernikahan kita yang sudah memasuki 2 tahun ini.
Aku dan Mas Andre sangat senang dengan kehadiran nya, apalagi setelah Mas Andre tau jenis kelamin nya laki-laki saking senangnya tiap hari sebelum berangkat kerja, Mas Andre selalu menyempatkan mengelus perutku dan membisikan doa serta harapan buat anak kami.
Tetapi sebelum berangkat keluar kota mas andre membisikkan kata-kata yang membuatku menangis
" Dek sehat terus dan jaga bunda jangan sampai membuat bunda menangis, Ayah sayang Raka dan Bunda"
Saking bahagianya Mas Andre juga sudah menyiapkan nama bayi kita nanti "RAKA".
Aku meneteskan air mata ku, sungguh kebahagian yang luar biasa untuk keluarga kecilku yang sebentar lagi akan lengkap.
Mas Andre mengecup keningku cukup lama, memegang wajahku dan mengucapkan kata-kata yang membuatku berat melepaskan dia pergi
"Sayang jaga diri baik-baik aku selalu mencintaimu sampai kapanpun dan jaga anak kita jangan pernah menangis apapun yang terjadi tetaplah tersenyum, I Love You My Wife," ungkap suamiku mengecup seluruh wajahku.
Aku bahagia karena menikah dengan Mas Andre orang yang terbaik menurutku.
Lamunanku buyar ketika seorang perawat memanggil namaku.
" Nomor 29 Nyonya Andreas Rafasya," Aku berdiri sedangkan Bik Mirna menuntunku, setelah itu perawat tersebut mengantarku masuk keruangan Dokter Aliyah.
" Silahkan duduk Bu Nisa, bagaimana kabarnya hari ini?" tanya Dokter Aliyah dengan tersenyum.
"Alhamdulillah baik."
"Silahkan duduk kita periksa dulu kondisinya."Perawat itu menuntunku ke tempat tidur.
Dokter Aliyah menyuruhku berbaring, dia memeriksa tensiku dan menyuruhku membuka pakaian di bagian perutku.
Dokter mengoleskan gel dan menyuruhku melihat bayi di layar USG melihat itu senyumku terbit kala melihat buah hatiku, dadaku bergemuruh air mata mengalir sungguh ini kebahagiaan nyata.
" Mas Andre andai kau di sampingku pasti dia akan menangis bahagia melihat buah cinta kami," batin Nisa.
"Bu kondisi bayinya baik semua sudah lengkap tinggal menunggu waktu persalinan, usia kandungan Ibu sudah 8 bulan lebih, tolong jangan banyak pikiran biasanya mendekati hari kelahiran banyak Ibu Muda yang takut jaga pola makan biasakan banyak gerak supaya persalinannya lancar," jelas panjang lebar Dokter Aliyah memberiku saran.
"lho tumben Bu nisa datang tidak di temani suami?" tanyanya heran.
" Suami saya sedang pergi keluar kota dok karena ada urusan pekerjaan," jawabku dengan tersenyum ramah.
"Ini vitamin nya Bu dan tolong 2 Minggu lagi Bu Nisa kesini lagi."
Dokter Aliyah mengisi buku kehamilanku serta menulis resep vitamin. Aku mengambil buku dan resep obat tersebut sambil mengangguk kan kepala. Bik Mirna menuntunku keluar, setelah berpamitan kepada dokter Aliyah.
Aku menunggu duduk di bangku sambil mengirim chat kepada suamiku sedangkan bik mirna menebus resep di apotik klinik tersebut
Aku menulis pesan dan mengirim foto USG
"Sayang lihatlah anak kita, apa Mas Andre sudah sampai?" tanyaku karena sudah 5 jam lebih suamiku belum menghubungi ku.
Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri kenapa Mas Andre belum menghubungiku tetapi ku tepis semua pikiran buruk
"Ah mungkin Mas Andre lagi sibuk belum bisa membalas chatku."
Bik Mirna berjalan menuju tempatku duduk
"Ayo Bu kita pulang," ajaknya.
Bik Mirna menuntunku keluar mungkin karena perutku sudah besar jadi Bik Mirna khawatir kepadaku, aku bersyukur Bik Mirna adalah orang yang baik dan aku menganggap nya seperti keluargaku.
Maklum kedua orang tuaku sudah tiada sejak 1 tahun yang lalu karena kecelakaan.
Aku dan Bik Mirna menunggu taksi pesanan kami.
5 menit berlalu akhirnya taksi online tersebut datang, diperjalanan aku hanya diam memikirkan Mas Andre.
"Kenapa Bu sepertinya ada yang Bu Nisa pikirkan," tanya khawatir melihat Nisa melamun.
"Kenapa Bik tumben Mas Andre belum memberi aku kabar?" keluh Nisa di liputi perasaan khawatir.
"Mungkin Bapak sibuk belum sempat membalas pesan Ibu" dugaannya meyakinkanku.
"Bu tidak boleh banyak pikiran, ingat kandungan ibu," bujuknya lagi.
"Iya."
Nisa menyandarkan punggungnya di dalam taksi untuk mengurangi rasa pegal di punggung.
15 menit berlalu
Taksi online yang ku tumpangi berhenti di depan pagar rumah, aku membayar ongkos taksi.
Aku turun dari taksi dengan perasaan heran.
"Kenapa rumahku ramai begini?"
"Bik kenapa rumahku banyak orang, apa ada tamu?" tanya Nisa heran.
"Iya Bu ada apa." Bik Mirna juga kaget.
Aku menghampiri pak satpam dan bertanya.
"Pak Ujang ada tamu siapa kok ramai begini?" tanya Nisa.
Pak Ujang terdiam ragu untuk menjawab.
Aku terus berjalan masuk menuju rumah di tuntun Bik Marni.
Di teras rumah ku lihat Mama Mertuaku.
"Mama." Nisa kaget kenapa Mama Mertua di sini tanpa kabar dengan keadaan mata sembab seperti menangis, Nisa bertanya-tanya pada ada apa ini.
Sedangkan Mama Mertua Nisa diam saja, justru berjalan menghampiri Nisa, Mama memeluk Nisa sambil menangis.
"Huhuhu...huhu...Sabar ya sayang."
"Mama kenapa menangis?" tanya Nisa kepada mama mertua karena dia masih penasaran kenapa rumah begitu ramai kedatangan sanak saudara, tetapi Mama Mertuanya engan menjawab hanya diam saja dan menangis.
Aku berjalan menuju ruang tamu di rangkul mertuaku.
Deg
Astaghfirullah,
Aku terdiam sesaat, aku belum yakin dengan apa yang ku lihat.
Hiks...hiks..hiks
"Mas Andre."
Nisa meraung-raung menangis sambil memeluk tubuh suaminya yang terbujur kaku.
Seluruh orang yang berada di sana menangis menatapnya iba, saat kandungannya sudah besar tinggal menunggu hari sang suami pergi meninggalkannya.
"Kenapa mas Andre tega sama aku," ucap Nisa.
"Kenapa mas Andre tinggalin aku."
Hik hiks hiks.
Pandangan Nisa kabur dia ambruk di atas tubuh Andre.
"Apakah ini mimpi?"
"Kenapa kau pergi tinggalkan aku dan anak kita Mas, aku ingat kata-kata Mas Andre sebelum berangkat keluar kota pagi ini. Apakah ini pesan terakhirmu Mas?"
"Sayang jaga diri baik-baik, aku selalu mencintaimu sampai kapanpun, jaga anak kita dan jangan pernah menangis apapun yang terjadi tetaplah tersenyum, I Love You My Wife."
Semoga ini mimpi...
Bersambung......
Jangan lupa like dan komen atau gift🙏
supaya semangat buat menulis kelanjutan cerita Turun Ranjang
yuk kepoin ceritaku.....
Jangan lupa mampir ke ceritaku yang lain🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
aira aira
sedihnya
2023-11-12
0
Tayya
😭😭😭😭😭😭😭
2022-10-29
1
ℋℐᎯτυs
Maaf kalau masih banyak typo yang bertebaran 🙏
2022-06-29
0