Episode 5

WARNING TYPO BERTEBARAN

****

Melisa POV

Aku berada dikantin sekolah bersama Rini sedang memakan pesanan kami. Dari kejauhan Elgartara tampak sangat marah dengan aura gelap dan dingin mengelilinginnya. Ia berjalan menuju mejaku “Apa kau lakukan pada Olivia?” tanyanya dengan amarah.

“Aku tidak melakukan apapun” bantahku. Aku merasa tidak melakukan apapun pada protagonis cewek. Bahkan aku belum bertemu atau berinteraksi dengannya.

Elgartara langsung mencengkram tanganku “tidak perlu berbohong” dia menarikku dengan kasar. Rasanya tanganku sangat sakit. Dia memasukkanku ke gudang bawah tanah. Tempat yang gelap, pengap  dan sunyi sedikit orang yang datang kesini. Aku menoleh pada Elgartara “ Kau harus merasakan apa yang Olivia rasakan” ucapnya. Kemudian ia menguciku disini. Apapun yang aku katakan Elgartara tidak mendengarkanku.

Semula tanganku bergetar sambil menahan tangisku. Setelah mendengar bunyi klik. Tangisku pecah teriakan histeris memenuhi isi gudang. Gudang yang awalnya sudah gelap semakin gelap bahkan aku tidak bisa melihat ujung tanganku. Aku takut hanya bisa menangis seorang diri.

Aku membuka mata dengan cepat. Aku terduduk mengambil segelas air meminumnya dengan

cepat “Mimpi yang mengerikan” kataku. Aku melirik jam 16.00 “lama juga aku tidur” . Aku pergi ke kamar mandi membasuh mukaku.

Keluar kekamar mandi aku duduk sambil termenung. Entah kenapa aku memikirkan banyak hal termasuk mimpi tadi. Aku memutuskan mengambil buku. Aku menatap langit dengan awan-awan bergerak terbawa angin. Sejenak aku terbawa akan keindahan sekejab.  Pikiranku kosong alasan kenapa aku tidak mau mengubah cerita ialah aku ingin pergi tanpa ada orang yang berduka. Mengapa? Karena tidak ada yang benar-benar mengerti keinginan  terdalam Melisa. Namun kenapa hatiku gelisah?aku tidak mengetahui jawabannya.

Lama aku duduk memandangi buku kosong yang kubawa. Hingga aku memutuskan untuk ke perpustakaan mini mencari buku apa yang akan ku beli sambil beli gorengan dan martabak. Sebenarnya Melisa menyukai

martabak sayangnya ia tidak berani menyuarakan keinginan hati kecilnya.  Sedangkan aku suka gorengan mengapa? Harga murah, ramah dikantong, dan pasti enak.

Aku menaiki tangga dengan pelan. Tubuhku gemetar bagaimana bisa?orang yang ada dimimpiku berada disini. Aku belum siap berperang air mataku menumpuk dimata. Disisi lain, ia tampak menawan sasat membaca buku. Seluruh matanya terfokus kesatu arah. Postur tubuh tegap saat duduk menambah kesan wibawa. Dengan backgroun cahaya matahari menambah gaya artistik. Memang tidak diragukan lagi keindahan tokoh utama pria.

“Sejak kapan kau menyukai buku?” suara yang dingin tapi lembut menyadarkan lamunanku.

Aku manatapnya acuh “bukan urusanmu” aku berbalik meninggalkannya. Aku belum siap untuk berperang. Bayang-bayang gudang gelap, dingin, pengap dan sunyi menghampiriku.

Aku harus pergi menjauh darinya menenangkan hatiku yang gelisah entah karena apa?. Aku memakai baju seadanya memoles wajahku make up tipis. Aku membuka pintu kamar “kau pergi kemana” gerakanku dihentikan dengan suara Elgartara.

Aku menoleh dengan menjaga wajahku tetap sama semoga raut wajah ketakutan lenyap “aku bosan dirumah jadi aku memutuskan akan pergi jalan-jalan” kataku dengan tenang menyembunyikan suaraku yang bergetar. Aku harus menenangkan diri.

“kenapa tidak mengajakku?” tanyanya.

“ kau sedang membaca tidak baik menganggu orang yang sedang menikmati setiap bait bacaan yang tertulis dibuku”  alasanku. Aku baru ingat pada hari minggu Elgartara disuruh ibunya untuk menemani Melisa. Sebenarnya Melisalah yang merengek pada ibunya Elgartara.

“ baiklah aku pergi dulu” lanjutku yang tidak mau berlama-lama satu ruangan dengannya. Aku belum siap secara mental.

Aku menghampiri pak mamat ingin meminta diantarkan. Belum sempat aku berkata “Naik mobilku” kata Elgartara santai. Aku harus menolak “ cepat naik “ perintahnya seperti tidak mau ditolak.

Aku menoleh ke pak mamat mendekat ke telinga pak mamat “aku akan mengaktifkan GPS bapak harus memantauku kalau aku ditinggalkan dijalan bapak harus siap menjemputku” kataku dengan tegas dan serius. Pak mamat yang sedikit binggung mengangguk.

Aku masuk ke mobil sport berwarna putih dengan desain mewah namun Elegan. Interior didalam mobil sangat lengkap dan berkelas. Harganya sekelas mobilnya bang hotman paris. Jangankan berkhayal membelinya uang sepeserpun tak ada. Untung aku masuk ke tubuh Melisa walau tak mampu beli bisa ikut menikmati.

Selama perjalan kita diam hanya deru mesin mobil. Aku masih asik bermonolog ria. Diiringi dengan pemandangan kota. Suasana sore didominasi anak muda. Mereka melakukan banyak aktifitas baik sendiri maupun bersama. Aku merasa bahwa mereka menciptakan dunianya sendiri. Sebagai tokoh utama dalam kehidupannya. Aku salut pada mereka ingin rasanya aku menjadi tokoh utama. itu konyol tokoh pendukung akan terus jadi tokoh pendukung.

“ kita akan kemana?” tanya Elgartara membuyarkan seluruh imajinasi indahku.

Aku melirik ditepi jalanan ada banyak jajanan kaki lima “ turunkan aku disini” . ia mengeryit tapi tetap menepikan mobilnya. Aku keluar dari mobil menutup pintu mobilnya. Mendekati jendela mobil yang terbuka “terimakasih tumpangannya kau bisa pergi sekarang” kataku meninggalkannya.

Aku harus menikmati hidupku sendiri seperti orang-orang tadi walau hanya sehari. Moto tadi pagi masih berlaku. Aku berjalan dengan semagat menyusuri jalan dengan sesekali menengok jajanan yang ditawarkan. Hingga mataku menemukan makanan enak. Hidungku mencium bau harus. Rasanya air liurku menetes bersamaan bunyi perutku.

Aku mendekati penjual martabak. Martabaknya memiliki banyak pelangan buktinya aku harus antri tapi bersyukur karena pelayanannya cepat. Jadi hanya butuh waktu satu jam aku sudah mendapatkan martabak berbagai rasa dengan berbagai toping diatasnya. Membuatku tidak sabar mencicipinya. Aku sedikit kebinggungan mencari tempat. Hingga sebuah tangan menarikku “taman kota kau bisa memakannya dengan nyaman” kata elgartara sedikit lembut.

Aku terpesona dengan ucapannya sekilas bayangan mimpi itu kembali datang. Tanpa sadar tanganku sedikit gemetar. Aku sibuk menengakan diriku tanpa sadar sudah sampai taman. Aku terpukau oleh keindahan taman kota. Walaupun ramai dikunjungi tapi tetap pemandangan matahari tengelam tidak bisa dilupakan. Aku duduk direrumputan yang ada disini.

Membuka martabakku tidak lupa menawarkan kepada Elgartara. Yang pasti ditolak, Elgartara tidak suka makanan manis kecuali makanan yang diberikan tokoh protagonis cewek. Aku memang cerdas menawarkan sesuatu yang dibenci. Namun tetap dimata orang aku terlihat sangat mencintai Elgartara. Aku segera memakan martabak yang berada ditanganku. Satu gigitan saja terasa manis, lembut dan krispi topinya menyatu dalam satu gigitan ' nagih banget'

“ ternyata kau rakus juga” kata Elgartara mengejek

Aku menatapnya dengan mata seolah bertanya dengan mulut penuh makanan. “kau menghabiskan dua loyang martabak ukuran jumbo” jelasnya sambil melihat kearah kardus kosong.

Tanpa sadar aku memakan semua disini. Rencananya aku akan memakan sedikit dan kembali pulang memakan sisannya “Cuacanya mendukung untuk makan” alasanku. Tentu saja bukan karena cuaca tapi karena aku doyan makan. Maaf cuaca aku menyalahkanmu.

Susana menjadi hening kembali “ El aku akan ke toilet sebentar” tanpa persutujuannya aku langsung meninggalkannya. Aku ketahuan Melisa sangat pemilih supaya berat badannya tetap bagus. Agar Elgartara tidak berpaling darinya.

Persetan dengan Elgartara. Aku melihat jajanan tempe goreng, tahu goreng, pisang goreng, dan masih banyak lagi gorengan. Tertata rapi melambai-lambai minta dibeli. Tanpa sadar kakiku melangkah membeli dan mencicipi segala makanan yang ada.

Dirasa perutku kenyang hatipun tenang. Aku memutuskan untuk duduk menikmati malam. Tiba-tiba aku ingat Elgartara aku berlari menuju tempat kita duduk. Sampai disana kosong itu berarti Elgartara meninggalkanku “Syukurlah Elgartara sudah pergi jadi dia tidak tahu perbuatanku aman sudah rahasiaku” aku tertawa pelan.

“ makan martabak 2 loyang ditambah pisang goreng berbagai rasa, tempe dan tahu goreng, tahu isi, piscok, sosis goreng, dan masih banyak gorengan lainnya dengan dalih pergi ke toilet” kata

Aku kehabisan kata-kata. Sepertinya hatiku gelisah karena ini deh. Maaf kan aku Melisa sudah menghancurkan image mu. Aku khilaf akan makanan kayak kamu khilaf saat lihat diskon mall.

“ terus” aku mencoba tenang “kau mau apa?” tanyaku. Kau minta apa aja aku bakal turuti bahkan kalau kau minta pembatalan pertunangan dengan senang hati aku jabani. Kecuali kau minat nyawaku tak akan aku kasih karena limited.

Ia tampak berpikir sejenak “taati peraturan sekolah” katanya

“aku selalu menaati aturan sekolah” kataku dengan pede

“terlambat, tidur dikelas, melalaikan tugas piket, bolos upacara ...

“ STOP ” kataku memotong perkataan Elgartara. Berdebat dengannya tidak akan membuahkan hasil. Bagaimana bisa aku menaati seluruh aturan sekolah. Peranku sebagai villian pasti akan hancur . aku harus memenangkan perdebatan ini. Tokoh Villian memiliki seribu cara untuk mencapai tujuannya.

“kau diam berarti setuju” final

Saat ia berbalik aku memegang ujung bajunya “aku harus ke kantin untuk sarapan, pelajaran sangat sulit ditambah guru menjelaskannya monoton membuatku mengantuk ” kataku dengan jujur “ mereka duluan yang mulai jadi aku memberi mereka pelajaran” kataku dengan pelan. Aku menegakkan  kepalaku “kau harus tutup mulut kalau aku melakukannya” kataku mengancam.

“iya ” katanya “masuklah lewat pintu gedung dekat taman selatan” lanjutnya.

“ mengapa? Kalau lewat sana kejauhan” kataku sewot.

“lakukan saja jangan banyak membatah” aku hanya diam saat dia agak mengeluarkan sedikit aura kurang menyenangkan ditambah lagi mimpi itu kembali terbayang.

Dengan wajah kusut penuh kekesalah aku pun diantar pulang. Bibi menyambutku dengan ramah “Melisa aku pulang dulu” pamit Elgartara.

“gak pamitan” kataku sewot meninggalkannya.

***

Dengan hati dongkol aku berjalan menuju melewati pintu gerbang yang Elgartara katakan. Selain jauh aku harus pergi ke kelas tepat waktu. Sungguh miris nasipku. Sudah meninggalkan surga makanan pagi hariku.Aku melihat Elgartara tampak seperti menunggu seseorang. Aku tidak peduli berjalan melewatinya. Ia menahan tanganku, aku menoleh ia memberikan sebuah kotak “makanlah disini ” katanya.

Ia menyeretku untuk duduk karena aku hanya menatapnya dalam diam. Membukakan kotak itu yang berisi makanan sehat “ kau menyuruhku diet?” tanyaku sarkas.

Ia mengeleng “ makanlah setelah itu kekelas” sambil memberikanku botol air “ jangan terlambat” peringatan darinya. Aku hanya mengangguk menyuapkan satu sendok ke mulutku. Rasanya lumayan tidak terlalu buruk untuk dimakan. Kemudian aku menghabiskan seluruh bekal makanan. Menuju ke kelas dengan energi penuh lumayan hemat pikirku.

***

Terpopuler

Comments

Ida Blado

Ida Blado

agak bingung percakapan siapa di atas,gk di kasih jelas,,,El atau mellisa

2022-05-26

1

Anita Rahma

Anita Rahma

oh come on, your age and education are not suitable to act like a teenage dan apa*an kau gemetar menghadapi tunanganmu yg masih SMA kalau ambyar menghadapi cogan itu lumrah aku jg suka khilaf jika ktmu yg tamvvvaaannn 🤣🤣🤣

2021-03-27

3

fanfan

fanfan

seru .. tpi agak. bingung dikit... pas part ketahuan pamit tolet trnyta makn

2021-03-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!