WARNING TYPO BERTEBARAN
***
Melisa POV
Sinar lembut mentari mulai memasuki kamar melalui cela-cela kecil. Mengusik kenyamanan seorang gadis mau tidak mau ia membuka mata “hoam...” sambil mengucek mata. Ku rengangkan tanganku melirik jam “Masih jam 06.00 ngapain ya? Apalagi hari ini hari minggu. Kebiasaan Melisa meminta Elgartara untuk nemeninya. Aku mode males lagipula dalam plot novel Elgartara akan menolak Melisa dengan alasan latihan band. Namun Melisa terus merengek akhirnya Elgartara menyetujuinya. Namun saat diperjalanan Melisa membuat Elgartara kesal kemudian ditinggalkan dijalan. Aku menelan ludah kasar “ ditinggalkan ditempat yang belum kau ketahui seketika berasa jadi ironman”
Apa aku pergi jalan-jalan sediri bareng pak mamat dan bibi surti saja? Soal ayah sudah berangkat ke singapure.
Flasback
Deting sendok dan garbu yang meyentuh permukaan piring. menjadi pengiring irama untuk anak dan ayah. Mereka makan dengan hikmat tanpa suara. Sehingga aku mencoba bertanya setelah menghabiskan makananku “Ayah emm besok hari minggu jadi apakah ayah mau jalan-jalan denganku? “
Ayah memperlihatkan ekspresi senang kemudian sedih “maaf sayang ayah harus ke singapure malam ini”
Pantas saja Melisa merasa kesepian ayahnya saja sibuknya luar biasa “tidak papa ayah kapan-kapan kalau ayah tidak sibuk kita jalan-jalan berdua” ucapku menghibur.
“ayah janji akan meluangkan waktu untuk putri kecil ayah” aku mengangguk.
Flasback off
Menikmati segarnya udara taman kota. Pemandangan yang disuguhkan benar-benar indah serasa hidup di surga. Walaupun ini dunia novel tapi aku tidak putus asa. Melihat bunga kecil yang bisa tumbuh diantara bunga dominan lainnya. aku yakin dapat mengubah nasibku itu lah doa yang selalu kupanjatkan kepada Tuhan.
Pada hari minggu taman tidaklah sepi. Aku dikelilingi oleh pasangan-pasangan berbagai usia dari kalangan muda hingga tua. Dari jauh aku dapat melihat pak mamat dan bibi sedang menikmati pemandangan ini sambil mengobrol sesekali mereka ketawa. Syukurlah pilihanku tepat mengajak mereka ke taman.
Setelah berjalan terlalu jauh aku duduk. Aku melihat sekeliling sepi hanya segelintir orang. Hanya ada para pasangan kekasih atau sahabat yang ingin berbagi cerita berdua ditempat ini. Aku celingak- celinguk mencari spot foto yang bagus, pas, dan artistik serta penuh makna.
Untungnya aku masuk ke dalam novel zaman modern jadi aku dapat berfoto ria. Aku memilih spot foto sesekali minta bantuan orang lain untuk memotret diriku. Setelah puas berfoto ria, aku memilih satu foto bagus untuk aku posting di Instragram. Aku masuk ke Instragram Melisa betapa terkejutnya aku melihat jumlah pengikut Melisa yang mencapai ratusan ribu. Aku mencoba mengirim suatu postingan di instragram 'siapa tahu nambah followernya'.
Aku menutup hpku berjalan untuk mencari makanan. Setelah makan aku mencari bibi dan pak mamat. Aku melihat ada seorang nenek yang kesusahan membawa barang-barang. Inisiatif aku mengulurkan tangan untuk mengambil jeruk yang tak sengaja mengelinding “ini nek buah jeruknya” kataku memberikan buah kepada nenek.
“terimakasih cuk” ucap nenek sambil tersenyum tangannya memasukkan buah jeruk ke kantong yang sudah penuh. Aku melihatnya tidak tega “Nek biar aku saja yang bawa” ucapku
“tidak usah cuk” tolak nenek tapi aku tetap memaksa “ Tidak apa-apa nek, dimana rumah nenek biar saya antar”
“ Tidak jauh dari sini hanya melewati beberapa gang sudah sampai” jelasnya. Aku mengangguk mengikuti nenek. Selama perjalanan kami mengobrol atau lebih tepatnya nenek yang bercerita tentang berbagai hal 90% dari ceritanya menceritakan cucunya. Aku sebagai pendengar yang baik menangapi dengan senyuman dan “ iya” . Sebenarnya aku tidak paham tapi angap saja radio.
“sudah sampai cuk” kata nenek berhenti di depan rumah lantai dua. Rumah berwarna putih bergaya klasik dengan aksen kayu menambah kesan sederhana namun elegan. Halamannya ditumbuhi beberapa tumbuhan bunga menambah kesan asri 'Aku benar-benar takjub kapan bisa punya rumah kayak gini didunia nyata? Menginggat kerjaanku hanya rebahan saja. Kayaknya gak mungkin deh'.
“ masuklah cuk” tawar nenek membuyarkan imajinasiku. Tentu aku tidak menolak kapan lagi bisa masuk ke rumah orang kaya. Walau faktanya Melisa anak orang kaya tapikan aku Lisa. Lagi pula tidak sopan menolak tawaran orang tua.
“nek ini ditaruh dimana?” tanyaku
“taruh sini saja” aku mengangguk meletakkan barang belanjaan nenek cekatan menepatkan barang-barang yang dibelinya. “kamu mau minum apa?” tanyanya
“tidak usah repot-repot nek, saya pamit pulang” ucapku menolak tawaran nenek.
“kenapa terburu-buru?”tanyanya.
“nanti pak mamat dan bibi mencari saya” alasanku lagi pula memang benar aku tidak pamit kepada mereka. Pasti mereka sedang mencariku “Nek kapan-kapan saya akan main kesini” kataku menghibur.
Nenek tersenyum “ kabari nenek kalau kesini. *** kalau boleh tahu siapa namamu?” tanyanya lembut.
“Malisa Abbriana Claviana” perkenalan diriku “ nenek bisa memangilku Melisa” kataku memperkenalkan diri.
Aku melihat nenek terkejut mendengar ucapanku “TIDAK MUNGKIN “ sontak nenek langsung membekap mulutnya.
Aku jadi penasaran “memangnya kenapa nek” tanyaku
“tidak ada papa” jawabnya dengan senyum canggung.
Aku meraih tangannya mengusap dengan pelan“ katakan saja nek” kataku lembut. Akhirnya nenek membuka mulutnya “ menurut rumor yang beredar Malisa Abbriana Claviana anak yang sombong, angkuh dan sukanya membully. Sudah banyak teman-temannya yang menjadi sasaran bully. Selain itu ia suka sekali pamer harta kekayaannya pada semua orang. Bahkan yang lebih parahnya lagi Melisa memaksa anak pasangan pramudja untuk bertunangan dengannya” nenek menghentikan ucapannya saat melihatku “ Rumor itu tidak benar” kata nenek menghiburku.
Aku membalas perkataan nenek dengan senyuman.Ingatan Melisa benar-benar mengerikan bagi korban. Namun disisi lain, aku merasa bahwa korban itulah yang salah. Melisa anak yang sensitif dan bertindak sesuai kata hatinya atau bisa dikatakan anak yang bar-bar tanpa pikir panjang langsung menyerang. Andai saja para korban itu tidak memulai dulu pasti Melisa pasti akan diam 'Untung aku tidak berniat mengubah cerita jadi aku tidak perlu susah – susah untuk meminta maaf'.
“ Tidak papa jangan dipikirkan” kata nenek menenangkanku. Aku mendongkrak menatapnya “iya nek” dengan senyum diwajahku.
Aku melepaskan tangan nenek “nenek saya pulang dulu” pamitku kepada nenek. Kemudian nenek mengantar aku ke depan pintu. Saat aku mau pamitan dengan nenek tiba-tiba ada suara “ Nek siapa dia” aku menoleh melihat pangeran dengan rambut yang dicat, wajah tampan memakai kacamata menambah kesan mesterius. Dia seperti artis-artis papan atas. Kalau Elgartara perpaduan Iblis dan malaikat kalau ini perpaduan surga dan bumi.
“makasih sudah membantu nenekku. Bagaimana kalau aku antar?” ucapnya dengan ramah. Aku tersentak sedikit saat mendengar suaranya yang manis 'Oh jantungku'. Aku melamun menangapi perkataan nenek dengan anggukkan 'Aku bersyukur doaku terkabul bisa ketemu cogans alias cowok ganteng langsung ambyar'. Seketika aku menyadari kesalahanku sehingga langsung berkata “tidak usah aku bisa pulang sendiri kok”.
“jangan menolak angap saja ini balas budi, tenang saja Reyhan cucu nenek bukan orang jahat” kata nenek menenangkanku 'Cucu nenek sangat baik bagi mataku dan sangat buruk bagi jantungku'
“ nek aku pulang dulu” pamitku pada nenek.
“hati-hati “ aku mengangguk lalu menaiki montor cowok ini. Wajahku menampilkan ekpresi datar yang menyembunyikan hati berdebar bagaikan pesta pora.
“kita sudah sampai” ucapnya. Aku turun dan mengembalikan helm “t erimakasih” ia mengangguk “aku Rayhan Jaeminrudin panggil saja Rahyan. Kalau boleh tahu namamu siapa?” ajaknya berkenalan.
“Malisa Abbriana Clavianapanggil saja Melisa” balasku. Kuperhatikan dia terkejut pasti ia tidak akan mengira bisa ketemu villian dijalan.
Tak lama terdengar suara memangilku “NON MELISA” aku menoleh mendapati sosok pak mamat dan bibi berlari kearahku “Non dari tadi saya dan pak mamat mencari non Melisa kemana saja non? Apa non terluka? Apa non tersesat?” Sederet pertanyaan dari bibi yang kubalas senyuman “ Non mari pulang sudah jam segini” ajak pak mamat. Aku melihat jam sudah menunjukan jam11.45 WIB 'ah rupannya sudah siang'.
" Baiklah" kataku kepada bibi.
Aku berjalan meninggalkan Rayhan tanpa pamitan karena sudah diseret bibi surti “ Tunggu” kata Rayhan menghentikan langkah kami. Akupun menoleh menatapnya. “ Bolehkah aku minta nomer mu?” tanya Reyhan “ bukan apa-apa hanya saja aku merasa nenek menyukaimu jadi bila nenek ingin bertemu denganmu aku bisa menghubungimu” lanjutnya. Aku menginggat janjiku kepada neneknya sehingga aku bergegas mengambil hp dan memberikan nomerku padanya. “Terimakasih” ucapnya. aku mengangguk setelah itu jelas aku langsung diseret dan sedikit omelan dari bibi surti yang malas aku tulis.
Sesampainya dikamar aku auto rebahan sambil berteriak didalam hati. “aku kemarin mimpi apa ya bisa ketemu cogans” kataku sambil berguling-guling . Setelah lelah aku mandi dan makan selanjutnya aku menonton TV mengambil cemilan mencari posisi rebahan yang pas. Ting Mengambil hp siapa tau ada yang mencariku. Jawabanya zonk, sudah biasa villian tidak dibutuhkan tapi mengacaukan. Lanjut rebahan aja tanpa aba-aba aku masuk ke zona mimpi. Memang indah kehidupan Villian kita
tanpa tahu tanda bahaya.
***
Lanjutannya episode 5
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Ritasilviya
lanjut lagi thorttttttt
2021-02-07
2
@shine_1p
Bagus Thor
2021-01-10
3