Kepergian

Setelah Laura istirahat, seluruh keluarga semakin semangat membicarakan pertunangan David dan Sevina di rumah Rangga. Mereka masih terus berdiskusi tentang hari yang baik itu.

Sementara itu Sevina menarik David menuju halaman belakang rumah mewah itu. Sesampainya disana,

"Apa maksudmu menerima permintaan Oma Laura," ucap Sevina sambil menatap tajam.

"Dari apa hatimu? Dari batu? Oma Laura sedang sakit dan dia bilang itu permintaan terakhirnya," ucap David.

"Aku mengerti tentang kau yang sangat menjunjung tinggi hormat kepada orang tua. Tapi bukan berarti kau harus menyetujui pernikahan ini secara sepihak," ucap Sevina.

"Aku juga tidak mau menikah denganmu, gadis monster!" ucap David.

"Jika ini bukan di rumah Opa Rangga pasti aku sudah menghajarmu habis-habisan," ucap Sevina yang semakin kesal.

"Tentu saja karena kau kan hanya mengandalkan tenaga saja. Tapi hati dan pikiranmu tidak kau gunakan," ucap David.

"Aku membencimu!" Sevina mengepalkan tangannya.

"Aku lebih membencimu! Menikah denganmu adalah hal terburuk dalam hidupku. Tapi demi Oma Laura aku mau melakukannya meski harus terpaksa," ucap David.

"Baiklah, jika terpaksa bagaimana kalau perceraian setelah beberapa bulan menikah," ucap Sevina yang tiba-tiba memikirkan ide gila itu.

"Perceraian hanya akan mencoreng nama keluarga," ucap David.

"Dan aku harus terikat denganmu, begitu? Aku tidak mau mempunyai suami yang tidak bisa melawanku!" Sevina terlihat murka.

"Jadi kau ingin dilawan ha? Kau ingin kita berkelahi setiap hari? Ya sudah ayo daftar di MMA saja," ucap David.

"Bukan itu. Tapi...Ah sudahlah. Yang penting aku mau bercerai setelah menikah. Aku tidak mau terikat bersamamu selamanya. Aku tidak mau terkurung didalam rumah!" ucap Sevina semakin berapi-api.

David terdiam sejenak. Dia mengambil nafas lalu mengeluarkannya perlahan. "Berencana lah untuk perceraian itu. Tapi jangan libatkan aku jika terkena masalah dan jangan buat namaku jelek dimata keluarga kita." ucap David dengan tatapan serius.

Mereka pun kembali kedalam dan berbaur dengan keluarga besar mereka. Tanggal pertunangan sudah diputuskan minggu depan. Hanya akan dihadiri kedua keluarga saja. Karena permintaan David dan Sevina karena masalah pendidikan mereka yang belum selesai.

***

Namun, seminggu kemudian, kabar buruk pun terdengar. Laura tiba-tiba saja drop dan dibawa ke rumah sakit keluarga Armadja. Disana dokter menjelaskan bahwa jantung Laura mengalami masalah. Sepertinya penyakit komplikasinya sudah mulai merusak satu persatu organ dalam tubuhnya.

Semua keluarga Armadja dan Pramudya berkumpul di rumah sakit. Tak terkecuali Raya dan Axel yang mendarat dua hari yang lalu. Om Zein, Tante Lyana dan Zevin juga ada disana. Mereka menunggu Laura di depan ruangannya.

Dokter yang baru saja memeriksa Laura keluar dan meminta semua keluarga masuk karena ada yang ingin Laura sampaikan.

Semua pun masuk kedalam ruangan itu. Mereka terlihat sedih dan was was. Apalagi Opa Dirga yang tak henti-hentinya menangis melihat wanita yang sangat mencintainya bahkan melebihi anak kandung sedang tak berdaya. Oma Celin terus menenangkannya. Laura tampak lemah dan tak berdaya dengan selang infus dan oksigen yang menempel ditubuhnya.

Dengan suara lemah, Laura memanggil Sevina dan David. Mereka mendekat dan mendengarkan apa yang dikatakan buyut mereka. "Sevina, David. Oma rasa umur Oma tidak lama lagi. Jika Oma sudah pergi nanti, menikah lah setelah 40 hari," ucap Laura.

"Oma bicara apa. Oma pasti akan sembuh," ucap Sevina sambil menitihkan air mata. Dan inilah air mata pertama Sevina yang David lihat. Selama 23 tahun mengenal Sevina, tak pernah sekalipun David melihat Sevina menangis. Wajar saja itu karena Sevina tidak pernah merasa sedih karena sejak kecil hidupnya sangat bahagia dengan limpahan kasih sayang dari semua keluarganya. Apalagi sifatnya yang arogan membuatnya sangat anti yang namanya menangis.

"Tidak Nak. Oma hanya ingin melihatmu mendapatkan pria yang baik dan tepat seperti David. Kau adalah cicit perempuan satu-satunya keluarga Armadja. Kau lah kebanggaan kami. Wanita tangguh yang pintar dan cantik. Oma tidak ingin kau menikah dengan orang lain selain David," ucap Oma Laura.

"Ba...Baik Oma," jawab Sevina sambil terus berurai air mata.

"David, berjanjilah kau akan menjaganya. Meskipun Oma yakin dia bisa menjaga dirinya sendiri tapi Oma percayakan dia padamu. Satu hal yang tidak Oma inginkan adalah perceraian kalian. Jangan pernah mencoba untuk bercerai meski ini adalah perjodohan. Berjanjilah Nak," Laura berusaha memegang tangan David dan memohon padanya.

Deg...

Baru saja Sevina dan David merencanakan perceraian setelah pernikahan, sekarang Buyutnya ingin agar mereka tidak berpisah nantinya meskipun ini hanyalah perjodohan. Seakan Laura bisa membaca isi pikiran kedua anak muda itu.

"David, berjanjilah," Laura mempererat genggaman tangannya pada David.

David tersentak dari lamuannya. Dia menatap serius wajah Laura yang sudah sangat keriput dan wajahnya yang semakin pucat. "David berjanji Oma. David dan Sevina tidak akan bercerai," ucap David dengan penuh keyakinan. Sevina menatapnya tajam, namun dia tau bahwa David hanya mengabulkan keinginan Laura. Jika David berkata tidak, maka Laura akan terluka dan keadaannya bisa bertambah buruk. Sepertinya mereka harus pasrah tentang perjodohan ini. Karena rencana yang bahkan belum mereka laksanakan sudah gagal duluan.

Laura tersenyum senang. "Ya sudah Oma tidur dulu ya," ucap Laura.

Semua mengangguk. Mereka pun keluar dan membiarkan Laura istirahat. Tapi perasaan Opa Dirga tidak enak. Dia kembali masuk dan mencoba membangunkan Laura. Yang lain melihatnya dan mengikutinya kembali kedalam.

"Mi..." Opa Dirga menyentuh wajah Ibunya tersebut.

Tidak ada jawaban. Opa Dirga terus membangunkannya.

"Ada apa sayang?"

Akhirnya Laura membuka matanya. Dia tersenyum melihat putra pertamanya sedang memeluk tangannya dan menciumnya.

"Kau sudah punya cucu tapi masih cengeng," ucap Laura.

"Aku mau bilang bahwa aku sangat mencintai Mami," ucap Opa Dirga.

"Mami juga sangat mencintaimu sayang. Mami beruntung mempunyai anak seperti dirimu. Meskipun kau bukan darah Mami. Tapi Mami mencintaimu melebihi hidup Mami," Laura kembali tersenyum. Semua yang mendengarkan juga tersenyum. Mereka semua tau bahwa ikatan Laura dan Dirga sangatlah kuat meski mereka bukan anak dan ibu kandung.

Opa Dirga tersenyum dan mencium tangan dan Kening Ibunya. "Mami istirahat ya," ucap Opa Dirga.

Laura mengangguk. Dia pun memejamkan matanya. Namun, Opa Rangga memperhatikan perubahan wajah Mami yang semakin pucat. "Mam.." ucap Opa Rangga.

Tidak ada sahutan. Dirga mencoba mencoba membangunkannya dan tetap tidak ada sahutan. Mereka pun memanggil dokter. Dokter langsung datang dan memeriksanya. Dia menatap mereka yang berwajah penuh harap. "Maaf, Nyonya Laura sudah tiada."

"Mamiiiiiii."

Dan tangisan pun pecah didalam ruangan itu. Laura, Ibu dari Dirga dan Rangga. Nenek dari Zein, Sean dan Raya. Buyut dari Sevina, Reyza, Zevin dan Arly. Laura yang selalu mengisi rumah dengan omelannya. Laura yang mencomblangi Dirga dengan Celin. Laura yang sering mengomeli Rangga jika melihat Alya kelelahan. Dan Laura yang sangat menyayangi semua keluarganya telah tiada. Dia telah menutup mata untuk selamanya.

Terpopuler

Comments

auto mewek aing baca bab ini

2023-01-12

0

puri purihat

puri purihat

yg dulu jutek dan menyeramkn .. tetapi semua berubah krena alya .. ksih sayngnya semkin besar pda Alya kini sudh tiada

2022-11-06

0

Anie Jung

Anie Jung

😭😭😭😭😭

2021-11-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!