Dijodohkan

Disebuah rumah mewah milik keluarga Armadja. Tepatnya dirumah utama keluarga itu.

"Apa? Dijodohkan?" Sevina dan David sama-sama terkejut dengan kalimat yang baru saja keluar dari mulut Sean, Papa Sevina.

Malam ini mereka makan malam bersama di rumah utama keluarga Armadja. Disana ada :

Rangga & Alya (Opa dan Oma Sevina)

Sean & Viana (Orang tua Sevina)

Alex & Mega (Opa dan Oma David)

Kevin & Anggun (Orang tua David).

Sedangkan Reyza (adik Sevina) sedang berada di rumahnya dan Nayra sedang bersama pembantunya di rumah.

Sevina dan David kira, hanya makan malam biasa namun setelah makan malam, keterkejutan pun terjadi kala Sean mengeluarkan kalimat bahwasanya Sevina dan David akan dijodohkan.

"Iya, kami sudah merencanakan ini sejak kalian masih dibangku TK," sahut Viana, Mama Sevina.

"Tapi Ma, ini bukan zaman Siti Nurbaya lagi. Mana mungkin kami menikah karena paksaan," ucap Sevina berusaha membujuk keluarganya.

"Nak, kami menjodohkan kalian bukan tanpa alasan. Kami ingin keluarga kita semakin menyatu. Lagi pula, David adalah laki-laki yang sangat pintar dan baik," Puji Viana sambil tersenyum menatap David.

"Tapi tante, Sevina benar. Kami tidak saling mencintai dan banyak perjodohan yang berakhir gagal karena latar belakang paksaan. Lagipula kami masih sama-sama kuliah," ucap David menyetujui ucapan Sevina.

"Kalian mungkin bisa bilang bahwa ini paksaan. Tapi kami melakukan ini demi kebaikan kalian. Kalian bisa tunangan dulu dan menikah saat David sudah lulus," ucap Sean.

"Pa, mana mugkin aku menikah dengan dengan...es balok," ucap Sevina yang memperkecil volume suaranya saat membicarakan es balok.

David yang sedikit mendengarnya langsung mengernyitkan dahinya. "Aku mendengarnya," ucapnya.

Sevina berpura-pura tidak peduli. Entah kenapa jika bersama David hawanya jadi sedikit menakutkan. Padahal dulunya David hanyalah anak yang pernah dia tinju jika membuatnya marah.

"Sayang, Opa Alex dulunya juga seperti es balok. Tapi setelah menikah dengan Oma, dia berubah menjadi hangat dan mudah tersenyum," ucap Mega.

"Benar sayang, cinta bisa meluluhkan hati walau sekeras batu. Opa Rangga dulu sangat galak, tapi setelah menikah dengen Oma, dia menjadi orang yang juga hangat," ucap Alya.

"Harusnya kata galak jangan diucapkan," bisik Rangga.

"Memang itu kenyataannya Pa," bisik Alya juga.

"Papa juga dulunya galak. Tapi setelah menikah dia berubah karena Mama bersikap baik padanya. Kau bisa lihatkan Papamu seperti apa," ucap Viana.

"Apa yang kau maksud bersikap baik adalah memelintir tanganku atau membanting tubuhku?" bisik Sean.

"Diamlah sayang. Tenagaku masih kuat untuk memelintir seluruh tubuhmu," bisik Viana sambil tersenyum. Dan Sean kembali diam.

Sevina dan David terdiam. Rasanya tidak ada gunanya membantah perkataan para orang tua itu. Karena saat ini mereka merasa pendapat mereka benar.

"Ma, Pa. Beri kami waktu untuk berpikir terlebih dahulu karena ini sangat mengejutkan untuk kami," ucap Sevina.

Para orang tua mengangguk. Mereka pun pergi ke belakang rumah mewah itu untuk mengobrol sambil memanggang daging dan sesekali mengobrol soal pekerjaan.

Sementara Sevina dan David masih berada di ruang keluarga. Mereka terlihat saling diam-diaman sampai David membuka suara.

"Apa maksudmu es balok? Memangnya aku bukan manusia?" tanya David.

"Itu hanya istilah saja untuk orang yang dingin dan kaku sepertimu," ucap Sevina sambil menatap tidak suka pada David.

"Tapi aku tidak suka jika kau panggil begitu," protes David.

"Kalau tidak suka jangan di dengar," balas Sevina sambil melipat tangannya di dada.

Tiba-tiba David mendapat ide. "Aku tau Se, bagaimana kalau kita tunjukkan pada mereka hal yang tidak mereka suka," ucap David.

"Maksudnya?" tanya Sevina.

"Ya seperti kita bertengkar seperti ini. Mereka akan merasa menjodohkan kita adalah hal yang salah. Ayo bertengkar saat berada di depan mereka," ucap David.

"Boleh juga idemu. Aku setuju," ucap Sevina sambil menjabat tangan David tanda kesepakatan mereka.

Keesokan harinya.

Semua kembali pada aktivitasnya.

David dan Sevina kuliah di kampus yang sama hanya saja beda tingkatan.

Saat jam makan siang, Sevina dan Selly berada di kantin kampus tersebut. Selly juga kuliah disana dan sekelas dengan Sevina karena mereka mengambil jurusan yang sama.

"Apa Se? Dijodohkan? Dengan David? " tanya Selly dengan ekspresi terkejutnya.

"Huss jaga suaramu nanti kedengaran orang," bisik Sevina.

"Oh iya maaf." Mengecilkan volume suara. Jadi kalian bagaimana? Setuju?" tanya Selly.

"Ya kami menentang lah. Bahkan kami akan bersandiwara. Kami akan bertengkar setiap hari agar mereka mengurungkan niat untuk menjodohkan kami," ucap Sevina sambil tersenyum.

"Tapi mungkin ini memang demi kebaikan kalian Se. Hubungan keluarga kalian akan semakin erat," ucap Selly mengingatkan.

"Demi kebaikan mereka tapi tidak untuk kami. Lagipula kami masih kuliah Sel. Berat rasanya membina rumah tangga sambil kuliah. Bisa menganggu konsentrasi. Tapi mereka tetap akan menikahkan kami setelah David lulus kuliah." ucap Sevina.

"Lalu apa dengan kalian bertengkar terus mereka akan mengurungkan niatnya. Sedangkan rencana itu mereka susun sejak kalian masih TK seperti katamu tadi," ucap Selly.

"Kami akan mencoba. Semoga saja dengan kami bertengkar setiap hari, mereka akan berhenti berpikir untuk menjodohkan kami. Memangnya ini zaman Siti Nurbaya?" Gerutu Sevina.

"Ya sudah lah terserah pada kalian. Bahkan nasihatku pun tidak mempan padamu," ucap Selly.

"Hahaha kau tau kan siapa aku," ucap Sevina.

"Oh ya apa kau akan menggunakan kekerasan saat bertengkar dengan David?" tanya Selly.

"Jika dia setuju aku dengan senang hati meninju pria dingin yang menyebalkan itu," ucap Sevina sambil mengepalkan tangannya.

Selly hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya itu. Mereka pun melanjutkan makan siang mereka sambil sesekali membicarakan tugas dari dosen.

Sementara itu, David yang sedang berada di perpustakaan merasa terganggu karena telinganya berdengung.

"Kenapa Dav. Kok sepertinya kau gelisah?" tanya Edo teman sekelasnya.

"Tidak tau telingaku berdengung terus," ucap David.

"Kalau kata orang zaman dulu, itu artinya sedang ada yang menceritakan dirimu," ucap Edo.

"Apa mereka tidak punya pekerjaan sehingga menceritakan diriku?" Gerutu David.

"Sudahlah, pasti mereka hanya sekumpulan orang-orang bodoh," ucap Edo.

"Ya kau benar. Mereka pasti sangat bodoh," ucap David yang kini sedang menduga bahwa yang tengah mengghibahnya adalah Sevina. Saat Edo mengatakan orang bodoh, dia langsung teringat Sevina.

David pun kembali melanjutkan belajarnya. Baginya yang terpenting sekarang adalah belajar dan menggagalkan rencana perjodohan itu. Dia memang laki-laki normal tapi jika jodohnya adalah Sevina dia harus berpikir 1000 kali untuk menerimanya. Gadis galak dan kasar yang sama sekali bukan tipenya. Bahkan predikat cantik dan kaya yang melekat didiri Sevina pun tertutupi oleh sifatnya yang arogan.

Terpopuler

Comments

Anie Jung

Anie Jung

Sevina di katain bodoh😂😂😂

2021-11-27

0

💖🍁K@$m! Mυɳҽҽყ☪️🍁💖

💖🍁K@$m! Mυɳҽҽყ☪️🍁💖

pasti seru ceritanya ini thor

2021-10-10

1

Andhina

Andhina

lanjut lanjut

2021-07-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!