...24 November...
Sudah satu minggu lebih setelah kejadian itu. Namun, Nathan belum juga mengetahui, di mana Agnes sekarang. Ia hanya mendapatkan sedikit informasi tentang Agnes. Sungguh, ini semua sulit bagi seorang Jonathan Putra Candra.
Selama ini, ia hidup dengan tenang. Tidak pernah memiliki masalah dengan siapapun. Membuat diri Nathan agak susah jika sudah berhadapan dengan sebuah masalah.
Dan saat itu, masalah yang menimpa dirinya bukanlah masalah biasa. Namun, masalah yang sangat luar biasa, dan di luar dugaannya.
Nathan menatap beberapa lembar kertas yang ada di tangannya. Sungguh, Nathan tidak bisa melakukan apapun, tanpa dibantu oleh Papanya.
Bahkan, untuk mencari informasi tentang Agnes saja, ia harus membayar seseorang untuk melakukannya. Bagaimana nanti, jika ia harus menyelesaikan semua masalah ini sendirian?
Nathan terus menatap kertas-kertas itu. Di kertas itu, hanya tertera beberapa informasi pribadi tentang Agnes. Mulai dari nama lengkapnya, nama Ayah dan Ibunya, dan nama desa yang pernah mereka tinggali dulu. Dan ada sedikit informasi, yang entah, Nathan sendiri tidak tau, apakah informasi itu berguna untuk dirinya?
Nathan sempat berpikir, apakah Agnes pulang ke desa? Jika iya, maka, Nathan ingin menyusulnya, lalu meminta maaf padanya.
Namun, Nathan menggurungkan niatnya. Entah mengapa, Nathan yakin, kalau Agnes masih berada di kota ini, dan tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Sore itu, Nathan memutuskan untuk berkeliling di tengah kota. Ia berharap, dengan begitu, ia bisa dipertemukan dengan Agnes.
Sayangnya, Nathan tidak mendapatkan apapun sore itu. Yang ada, rasa bersalah semakin menghantui dirinya.
Nathan termenung di atas motornya. Tiba-tiba saja, ia teringat dengan Davina, dan hal itu langsung mengingatkannya, pada hubungan persahabatan Davin dengan Agnes.
Nathan memasang helm-nya, ia melajukan motor menuju kediaman Pranata Yoga.
Sayangnya, Nathan malah memutar arah, saat hendak memasuki kompleks perumahan keluarga Pranata. Nathan belum siap. Ia belum siap mengakui semuanya pada Davin, apalagi pada kedua orangtuanya. Oleh sebab itu, Nathan memilih untuk pulang, dan mencari waktu yang tepat untuk berbicara dengan Davina.
* * *
Sementara itu, Agnes sudah berbicara pada Marshall. Ia tidak membantah tentang kedatangannya ke Markas malam itu. Agnes mengaku, dirinya memang datang untuk mengambil kunci motor di kamar Marshall.
Namun, Agnes mengatakan, kalau dia tidak menemui siapapun di kamar itu, dan sama sekali tidak melihat adanya Nathan di sana, bohong Agnes.
"Ya sudah, aku lebih percaya padamu, dan maaf, jika aku sudah berpikiran yang buruk tentang keadaanmu. Aku benar-benar khawatir, dan aku takut, aku takut gagal dalam menjagamu," ucap Marshall lewat sambungan telepon.
"Tidak apa, Mars. Aku mengerti, kau pasti sangat khawatir. Tapi kau tenang saja, aku masih bisa menjaga diriku, dan tidak akan terjadi apapun padaku. Percayalah!" Agnes tersenyum sakit mendengar ucapannya sendiri.
"Baiklah, aku tutup teleponnya, dan jangan lupa untuk datang ke rumah. Mama dan Papa selalu menanyakan keadaanmu."
"Iya, nanti kuusahakan untuk datang. Bye, Mars..."
Agnes meletakkan Hp-nya di atas meja. Ia menarik sebuah kursi, lalu mendudukkan dirinya di depan meja itu.
"Kau bisa, Agnes! Kau harus kuat!" ucap Agnes menyemangati dirinya sendiri. Agnes menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Sejenak, ia termenung sambil memegangi rambutnya.
"Sudah lama aku tidak memotongnya," gumam Agnes. Agnes menarik laci meja, ia mengambil sebuah gunting, lalu menatap gunting itu cukup lama.
Agnes mengarahkan gunting itu mendekati rambut lurus dan panjangnya. Dan, ia memotong rambut itu tanpa ragu. Awalnya, Agnes memotong sampai panjang rambutnya sebahu. Namun, karena tidak suka melihat gaya itu, Agnes pun kembali memendekkanya, hingga potongan rambutnya menyerupai potongan rambut pria.
Agnes menatap ke arah lantai kamar. Ia berjongok lalu memenguti rambutnya. "Sedikit perubahan tidak apa."
Ia memasukkan potongan rambut itu ke dalam sebuah plastik, lalu melangkah menuju kamar mandi, untuk membersihkan dirinya.
Agnes memegang tubuhnya, ia bisa merasakan, kalau tubuhnya semakin hari semakin terasa kurus, tidak berisi seperti sebelumnya.
"Mungkin efek dari makanan yang ku-konsumsi," gumam Agnes. Agnes menyalakan shower, lalu memposisikan dirinya di bawah guyuran air itu.
Air itu mengalir, menyapu bersih setiap permukaan kulit Agnes, ia mengalir bersamaan dengan sisa potongan rambut yang menempel pada tubuh Agnes. Dan juga, mengalir bersamaan dengan beberapa tetes air mata, yang kembali keluar dari netra indah Agnes.
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Fauzan Kaap
sabar ya Agnes
.. 😂😂😂
2021-03-28
2
Oi Min
Nathan akan bertanggung jawab..... Nathan adalah anak baik dan dri keluarga yg baik jga....dia hnya terjebak tanpa sengaja Agnes....
2021-01-06
5
IrmaAyundra💝💝
semangat ya agnes💪💪kamu pasti bisa lewatin semua 😊
2020-11-29
2