...27 November...
Nathan menarik napas, lalu mengembuskannya secara perlahan. Nathan terus melakukan itu, sampai ia merasakan detak jantungnya mulai stabil seperti sebelumnya.
Nathan berjalan mendekati Davina yang sedang duduk di sebuah kursi panjang, di parkiran kampusnya.
"Davin? Kau belum pulang?" tanya Nathan. Nathan memegang tas Davin, lalu mendudukkan dirinya di samping Davina.
"Aku masih menunggu Kak Henry, kau sendiri? Kenapa belum pulang?" jawab Davin sambil mengambil alih tasnya dari tangan Nathan.
"Aku masih ada urusan."
"Emmm." Davin mengangguk tidak jelas.
"Davin?" panggil Nathan sambil memperhatikan sekitar.
"Ada apa?" Davin mengangkat kepalanya. Ia menatap Nathan, yang juga menatap ke arahnya.
"Apakah kau ingin mengatakan sesuatu? Maksudku, sesuatu yang bersifat pribadi?" lanjut Davin bertanya, dan ditanggapi anggukkan kepala oleh Nathan.
"Kita bicarakan saja di rumah. Kau bisa datang ke rumah nanti malam." Davin tersenyum tipis.
"Baiklah, aku akan datang nanti malam," jawab Nathan. Nathan menatap ke arah Henry yang sedang memperhatikan dirinya dan juga Davin dari kejauhan.
"Aku ke kelas dulu, ada barang yang harus aku ambil," lanjutnya, lalu melangkahkan kaki menjauhi Davin.
"Aku harus bisa menghargai Henry, bagaimana pun, Henry dan Davin saling mencintai, dan seharusnya, aku mendukung mereka." Batin Nathan.
Sementara itu, Henry kembali menyalakan motornya, menghampiri Davin yang masih setia menunggu kedatangannya.
Henry mendudukkan dirinya di samping kiri Davin. Dan berkata, "Hai, Manis? Kau sedang menunggu siapa?"
Davin langsung menoleh ke arah pria yng sedang duduk di sampingnya. "Kak Henry! Kukira siapa!" Kesal Davin.
"Ayo, pulang! Sampai kapan kau mau duduk di sini?" Henry merapikan buku Davin, memasukkannya ke dalam tas, lalu membawa tas milik gadis itu.
"Kak Henry! Berikan tas itu padaku!" ucap Davin sambil menarik ujung jaket yang Henry kenakan.
"Davin... Malu jika dilihat orang," bisik Henry.
"Makanya, berikan tas itu padaku!"
"Oke-oke," Henry mengalah. Ia mengembalikan tas itu pada pemiliknya.
Davin memakai tasnya, lalu berjalan mendekati motor Henry.
"Aku akan mengajakmu keluar nanti malam. Apa kau mau?" tanya Henry sambil memberikan helm pada Davin.
"Nanti malam?"
"Hmmm. Apa kau ada acara nanti malam?" Henry memasang helm-nya sembari menunggu jawaban dari Davin.
"Aku ada janji dengan Nathan nanti malam," jujur Davin.
"Tidak apa, di lain waktu saja." Henry menyalakan motornya.
"Kak Henry tidak marah padaku?" tanya Davin.
"Tidak, untuk apa aku marah. Kau tenang saja, masih banyak waktu untuk kita."
Davin tersenyum mendengar jawaban yang Henry berikan. Davin meletakkan tangannya di atas bahu Henry sambil berbisik.
"Terimakasih atas pengertiannya."
"Sama-sama, Sa---Davin."
"Hahaha, Kak Henry mau bilang apa tadi?" goda Davin.
"Tidak ada, tidak bilang apa-apa." Henry mulai melajukan motornya keluar dari kampus Davin. Henry mengantar Davin sampai rumah dengan aman, dan nyaman.
* * *
Malam harinya. Nathan sudah sampai di halaman depan rumah utama. Ditatapnya rumah yang menjadi saksi atas tumbuh kembang dirinya dan Davin itu. Rumah yang dulu selalu ia kunjungi hanya untuk bermain bersama Davina dan juga Devano.
Nathan melangkahkan kakinya mendekati pintu utama. Ia menekan bel. Tidak lama, pintu pun terbuka, dengan seorang pelayan wanita yang berdiri di sana.
"Silahkan masuk, Tuan Nathan. Nona Davin meminta Anda untuk menunggunya sebentar saja," ucap pelayan itu.
Pelayan tadi mengantar Nathan sampai ruang keluarga, lalu ia pamit untuk membuatkan minuman untuk Nathan.
Beberapa menit berlalu. Pelayan itu kembali sambil membawa sebuah nampan. Ia meletakkan nampan tadi di atas meja, lalu mempersilakan Nathan untuk meminumnya.
"Kau sudah datang rupanya."
Davin berjalan memasuki ruang keluarga. Ia mendudukkan dirinya di samping Nathan.
"Ada apa, Than?" tanya Davin sambil memperhatikan wajah tegang Nathan.
"Aku, aku punya masalah, bagaimana, ya? Aku bingung harus bicara dari mana," ucap Nathan sambil memegang tengkuknya.
"Ya sudah, sekarang kau tenangkan dulu dirimu. Dan ikut aku, kita tidak akan membicarakan masalahmu di sini," ucap Davin.
Davin mengajak Nathan untuk duduk di taman samping rumah utama. Ia meminta Nathan untuk duduk di sampingnya.
Nathan menghembuskan napasnya dengan perlahan. Ia mengangkat wajahnya, sampai ia dan Davin saling menatap.
"Jadi, aku, aku sudah membuat kesalahan. Aku bingung, aku bingung harus cerita dan meminta pendapat pada siapa. Hanya kau teman perempuanku, dan hanya kaulah yang mengerti diriku." Nathan tertunduk.
"Nathan?" Davin menyentuh bahu Nathan. Davin benar-benar tidak menyangka, kalau Nathan akan selemah ini sekarang.
'Bukannya tadi siang dia baik-baik saja?' Batin Davin bertanya.
"Agnes...."
"Ada apa dengan Agnes?"
"Aku...." Nathan menyeka air matanya.
"Davin.... Kumohon, bantu aku. Aku ingin bertemu dengannya." Nathan berlutut di hadapan Davin. Membuat Davin langsung bingung harus berbuat apa.
"Nathan? Bangunlah, dan coba ceritakan padaku, agar aku bisa membantumu," ucap Davin lembut.
Davin menyentuh bahu Nathan lalu meminta Nathan untuk kembali duduk seperti semula.
"Aku telah membuat kesalahan. Aku tidak sengaja. Aku juga tidak sadar. Ini bukan sepenuhnya salahku. Aku benar-benar tidak berniat untuk melakukannya."
"Apa? Aku tidak mengerti, Than!"
"Aku, malam itu, aku." Nathan menatap Davin sejenak.
"Aku meniduri Agnes, aku benar-benar tidak sadar, aku dalam pengaruh obat, aku tidak berbohong, padamu." Nathan langsung tertunduk.
"Kumohon, bantu aku untuk bertemu dengannya. Aku ingin meminta maaf dan bertanggung jawab atas semuanya," lanjut Nathan.
Plak....
Nathan terdiam, saat merasakan satu tamparan keras mendarat di pipinya.
Semenatara Davin, ia menatap tangannya yang sudah mendaratkan satu tamparan pada Nathan.
Davin menatap Nathan yang masih tertunduk dan bahkan takut untuk mengangkat wajahnya.
"Paman sudah bilang, kan?! Agar kau jangan bergaul dengan mereka?! Jangan ikuti pergaulan mereka?!"
"Tapi kau!" Davin menggelengkan kepalanya.
"Nathan.... Aku dan kau tumbuh bersama. Dididik bersama. Ayahku, dan Papumu tidak pernah mengajarkan hal-hal yang aneh pada kita,'' lanjut Davina.
"Aku tidak sadar, Davin, aku benar-benar tidak sadar, aku dalam pengaruh obat saat itu."
"Lalu? Bagaimana kau tau kalau wanita yang kau tiduri itu adalah Agnes?!"
"Aku sempat melihat wajahnya, dan sempat menahan diri agar tidak melakukan hal itu. Dan dia juga sempat membrontak, bahkan memukulku."
"Kumohon, bantu aku untuk bertemu dengannya.... Hanya kau yang bisa membantuku sekarang. Aku tidak mungkin mengatakan semua ini pada Papa dan Mama. Aku belum sanggup melihat wajah kecewa mereka," lanjut Nathan memelas.
"Aku tidak bisa membantumu! Agnes sudah menghilang sejenak 2 minggu yang lalu. Ia bahkan pergi tanpa berpamitan padaku dan juga yang lainnya."
Davin menatap wajah Nathan. Ia bisa melihat ada penyesalan dan juga kekecewaan di mata pria itu.
"Baiklah, aku akan berusaha mencari Agnes, dan juga mempertemukanmu dengannya. Jadi, kau jangan seperti ini lagi." Davin menyentuh bahu Nathan.
"Ada hikmah di balik kejadian ini. Aku percaya, Tuhan tau yang terbaik untuk Aku, untuk kau, dan untuk kita semua.''
"Terimakasih, Davin. Terimakasih karena mau membantuku. Dan aku mohon, jangan katakan hal ini apa Paman, atau pun pada Papaku."
"Sepintar apapun kita menyembunyikan bangkai. Bau bangkai itu pasti akan segera tercium oleh orang lain. Dan aku juga tidak bisa menolongmu, jika Ayah dan Paman Ken sudah mengadili dirimu."
"Baiklah, aku akan meminta bantuanmu untuk saat ini saja. Dan tidak untuk selanjutnya."
"Emmm, sekarang hapus air matamu! Aku jijik melihatmu menangis seperti itu!" Canda Davin sambil menepuk bahu Nathan.
"Aku masuk dulu, kau tenangkan dulu dirimu, dan bergabunglah untuk makan malam dengan Ayah dan Ibu."
Davin melangkahkan kakinya memasuki rumah utama. Ia mengembuskan napas, dan berusaha untuk mengontrol emosinya.
Sementara Nathan. Pria itu menatap lurus pada kolam ikan yang ada di depannya. Nathan menenangkan dirinya, setelah tenang, barulah ia ikut bergabung untuk makan malam bersama Aldy dan juga Jessica.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
IrmaAyundra💝💝
awal yg bgus buat nathan memperbaiki kesalahan yaaahhh walaupun bkn spenuh ny salah nathan sih
2020-11-29
3
Sry Roxy
sebenarnya nathan juga minum karna di jebak sama temanya marshal
2020-11-19
1
gorheen_1607
ceritanya menarik Thor, lanjutan
2020-11-14
1