Nathan membuka matanya secara perlahan. Matanya langsung menatap ke arah lantai kamar. Ekspresi wajah Nathan seketika berubah, saat melihat bajunya dan juga bantal yang tergeletak begitu saja di atas lantai itu.
Pria itu memegang dadanya. Dan bangun saat menyadari ia tidak memakai apapun sekarang, kecuali kain tipis yang menutupi area kejantanannya.
"Darah?" Nathan menatap bingung darah yang mengotori seprei yang ia tiduri. Ia terdiam sesaat, dengan otak yang mulai berkerja, dan berusaha untuk mengingat, apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya semalam?
"Ya, Tuhan... Apa yang sudah kulakukan?" Nathan mengacak-acak rambutnya. Ia berteriak mengutuki kebodohan dirinya sendiri.
Nathan mengedarkan pandangannya. Mencari sosok wanita yang telah ia nodai semalam. Namun nihil, ia tidak menemukan siapapun di dalam kamar itu, kecuali dirinya dan juga barang-barang yang tergeletak begitu saja.
"Agnes...." bibir Nathan bergetar saat menyebut nama Agnes. Nathan benar-benar bingung sekarang. Ia bingung, apa yang harus ia katakan dan lakukan jika bertemu dengan Agnes nanti?
Nathan bangkit lalu menarik paksa seprei itu, sampai seprei itu terlepas, dan sedikik robek di ujung. Nathan memasukkannya ke dalam sebuah keresek, yang ia dapatkan di laci lemari, di kamar Marshall.
Nathan merapikan penampilannya, lalu berjalan dengan kepala yang masih terasa berat. Ia berjalan keluar dari kamar, langkah kakinya terhenti sejenak, saat teringat akan kesalahan yang ia lakukan terhadap Agnes semalam.
"Aku harus mencarinya, aku harus meminta maaf padanya!" gumam Nathan sambil mempercepat langkahnya. Nathan menaiki motor, dan melajukan motor kesayangannya itu keluar dari Markas Geng Motor Marshall.
* * *
Beberapa menit setelah kepergian Nathan.
Marshall melajukan motornya ke arah Markas. Ia kini dilanda rasa khawatir dengan kondisi Nathan. Dan ingin segera mengecek keadaan pria yang menjadi teman barunya itu.
Sesampainya di sana, Marshall langsung memarkirkan motornya. Ia terdiam sejenak, saat melihat motor Agnes tidak ada di tempat, seperti semalam.
"Mungkin Agnes sudah mengambilnya?" gumam Marshall sambil melangkahkan kaki memasuki Markas, dan langsung melanjutkan langkahnya menuju kamar yang terletak di bagian belakang Markas.
Marshall mematung di depan pintu kamarnya, otaknya terasa beku, dan tidak mampu menafsirkan, apa sebenarnya yang sudah terjadi pada kamarnya. Kenapa bisa terlihat seperti kapal pecah sekarang?
Marshall berlari mendekati meja. la membuka laci dan sedikit kaget karena tidak mendapati kunci motor Agnes di sana.
"Semalam?" Marshall langsung berlari keluar dari kamar. Ia berlari menuju gerbang belakang, dan langsung membeku ketika melihat gembok gerbang yang terbuka.
"Nggak mungkin! Aku yakin, itu nggak mungkin terjadi!"
Marshall kembali masuk dan berlari menuju halaman depan. Ia menaiki motor dan melajukannya ke arah kediamannya, yang tidak terlalu jauh dari Markas.
Marshall membuka pintu utama rumahnya, dengan napas yang masih belum beraturan, ia menaiki tangga menuju kamar yang digunakan Agnes jika menginap di sana.
"Mars? Apa yang kau cari?" tanya Jelita mengagetkan Marshall.
"Agnes, Ma? Apa dia datang ke sini?"
"Iya, kemarin dia datang, dan bukannya semalam dia datang ke tempatmu? Katanya mau ambil motornya di sana," jawab Jelita sambil menatap bingung wajah anaknya.
"Ini salahku.... Maafkan aku Agnes, maafkan aku...." lirih Marshall tertunduk lemas.
Marshall yakin dengan apa yang ada di pikirannya, ia yakin kalau Agnes dan Nathan bertemu selamam di kamarnya. Dan semua ini akibat kecerobohannya, karena tidak mengunci kamar sebelum Agnes datang!
* * *
Nathan membaringkan tubuhnya di atas kasur, matanya menatap langit-langit kamar, dengan pikiran yang entah tertuju ke mana.
"Aku harus mencarinya ke mana? Aku tidak tau di mana rumahnya? Bahkan, aku tidak tau siapa nama lengkapnya," gumam Nathan. Saat itu, belum terlintas di pikiran Nathan tentang kedekatan Agnes dengan Davina. Membuat dirinya kesulitan untuk mencari keberadaan Agnes dan bertemu dengan gadis itu.
"Nathan?" panggil Keisha dari ambang pintu kamar Nathan. Keisha masuk ke dalam kamar putranya. Ia menatap Nathan yang sama sekali tidak menyadari kehadiran dirinya.
"Nathan? Apa kau sakit, Nak?" Keisha memegang kening Nathan, membuat Nathan langsung tersadar dari lamunannya.
"Istirahatlah, Mama akan menyiapkan sarapan untukmu." Keisha menghembuskan napasnya pelan, lalu melangkahkan kaki keluar dari kamar Nathan, putranya.
"Apa aku harus mengatakan semuanya pada Papa dan Mama?" gumam Nathan. Nathan merubah posisi tidur, ia menarik selimut sampai menutupi tubuhnya. Pria. benar-benar dihantui oleh rasa bersalah saat itu, membuat dirinya tidak pernah tenang, sebelum ia bisa bertemu dan meminta maaf pada Agnes. Walau Nathan sadar, kata maaf darinya tidak bisa mengembalikan apa yang telah ia renggut dari Agnes.
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
ChaManda
Kok aku yang sesak ya?
2021-05-05
0
Minthil She Judhezt
Mencintai Seseorang Bodyguard , Devano Pranata Yoga sekarang lanjut ini thor
2021-03-31
1
Fauzan Kaap
sudah terjadi..
2021-03-28
0