Bab 3

Nayla menghampiri Faya yang sedang tidur di kamarnya.

Saat ini mereka libur semester, sehingga tak banyak kegiatan yang harus dilakukan pada siang hari. Biasanya dirinya akan sibuk nonton drakor dari laptop atau sibuk bikin bermacam-macam kue di dapur kecil kamar kostnya karena ia memang hobi memasak. Jika tidak mereka berdua nongkrong sambil jalan-jalan keliling Kota.

Tapi semua itu membutuhkan biaya, sedang saat ini mereka baru bokek, sehingga Nayla lebih memili mengganggu Faya yang tengah asik tidur siang.

“Fay, bangun dong jangan tidur terus!” pintanya sambil memutar arah kipas angin kecil yang ada di depannya ke arah sofa tempat ia duduk. “Gue bete nih, gak tahu mesti ngapain.” ujar Nayla lagi.

“Heem...”

“Kita jalan-jalan yuk? Kemana gitu?"

“Emang elo punya uang?” Tanya Faya terus terang.

“Ya elo dong yang bayarin gue?”

Faya terdiam beberapa saat kemudian, “Elo tuh kebiasaan deh, kalau lagi kagak punya duit, maunya aneh-aneh. Udah, mending elo tidur siang sono jangan gangguin gue!” Ujar Faya.

Nayla merubah posisinya dari duduk di sofa menjadi tiduran di sebelah Faya dan memeluk cewek itu dari belakang, “Ayo dong Fay! kita jalan-jalan!” rengekannya lagi.

“Bukan karena gue pelit atau gak mau ngajakin elo main Nay, tapi kebutuhan harian kita berdua itu sangat banyak, kalau cuma mengandalkan uang gaji gue saja takutnya kagak cukup sampai bulan depan, sedang ortu elo belum tahu kapan mau ngirimin uang buat elo.”

“Gue tahu, tapi gue sudah dapat kerja sekarang Fay,” tutur Nayla.

“Hah, yang bener, kerja di mana? Kapan mulainya?” Faya kaget, kemudian memutar tubuhnya menghadap ke Nayla.

“Kerja di cafe. Kemarin gue cerita sama Farel, kalau gue lagi butuh pekerjaan dan Farel bilang gue bisa bekerja di cafe dimana tempat dia bekerja selama ini.”

“Maksud lo?”

“Ya, selama ini Farel menghindari gue bukan karena dia kagak sayang atau pengen hubungan kita berakhir, tapi karena dia bekerja setelah kuliah. Dia ngumpul kan uang buat bikin party ultah gue semalam, dan sekarang Farel meminta gue yang gantikan dia bekerja disana, selain karena gue sedang butuh pekerjaan, café itu juga menolak dia untuk berhenti.”

“Terus kapan elo akan mulai bekerja?”

“Belum tahu. Nunggu Farel bilang sama bosnya dulu, nanti kalau mereka setuju secepatnya gue bakal dikabarin dan gue bisa langsung pergi kerja sekalian bawa CV.”

“Semoga secepatnya di kabarin ya,” ujar Faya tulus, sambil menepuk lengan kiri Nayla.

“Amin,” Jawab Nayla.

Kemudian keduanya saling diam. Sampai beberapa saat Nayla mulai ngomong lagi,

“Oh ya Fay, sekarang kan gue sudah dewasa nih, umur gue juga sudah memenuhi syarat. Jadi boleh dong, kalau sesekali elo ngajakin gue main ke tempat kerja elo itu. Kan kemarin elo bilang bakal ngajakin gue kesana kalau umur gue sudah dua puluh satu. Sekarang umur gue sudah cukup, malah lebih dua hari. Jadi sudah boleh dong?” tanya Nayla sambil mengedip-edipkan matanya genit.

“Ogah!” tolak Faya tegas.

“Ayo lah Fay?!” rengek Nayla.

“Lagian elo mau ngapain juga ke sana?” tanya Faya pada sahabatnya itu.

“Gak ada. Gue cuma penasaran saja, seperti apa sih tempat kerja elo itu, gitu aja.”

“Yang bener aja deh Nay? Tempat kerja gue itu tempat paling berbahaya. Apa lagi buat cewek cantik juga polos kayak elo gini. Dan lagi, disana kita tidak tahu, itu orang baik atau jahat, salah kenal sama orang, hidup kita bisa hancur, berantakan.”

“Kan gue punya elo, sohib yang akan selalu jagain gue.”

“Ish, elo nih," Faya menonyor kening Nayla.

“Bentar juga gak apa deh, gue tuh mati penasaran banget tahu. Lagian nih Fay, elo juga biasanya ngajak mbak-mbak kos kita ke sana? Kenapa giliran gue yang pengen ikut elo gak mau. Sebenernya elo itu sohib gue bukan sih?”

“Tahu ah gelap," Faya membuang muka.

Nayla menangkupkan tangan nya pada wajah Faya, meminta cewek itu kembali memandang dirinya.

“Ish, ayo lah Fay!"

“Lagian ya Nay, Farel juga gak bakal ngizin kan elo pergi ketempat begituan.”

“Ya, kita diem-diem saja dong. Cuma rahasia kita berdua saja, gak usah ngomong sama Farel. Ok!” Paksa Nayla, “Nanti malam ya Fay! Soalnya tadi pagi Farel bilang kalau dia nanti malam ada acara, jadi gak bisa ngapel kesini. Nah, kita bisa pergi. Gue janji bakal jadi anak manis selama disana dan bakal nurut apa yang elo omongin," Ujar Nayla sambil mengangkat dua jarinya membentuk huruf V tanda dia sedang berjanji.

“Tapi bentar saja ya? Paling lama satu jam, kagak boleh lebih.”

“Ok bos, sipp!” Nayla tersenyum sumringah karena permintaanya telah dipenuhi olah Sahabatnya.

*

*

*

*

Faya

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam namun Nayla belum juga nongol menghampiri dirinya yang membuat Faya terpaksa mendatangi kamar sahabatnya.

“Sudah siap belum?” tanya Faya sambil melongok ke dalam kamar kost Nayla yang bersebelahan dengan kamar miliknya.

“Gue bingung," jawab Nayla.

“Bingung kenapa lagi?”

“Emang gue harus pakai baju ginian ya?” tanya Nayla dengan wajah buram, sambil menunjukkan dress hitam milik Faya.

Karena Nayla tidak punya baju yang cocok untuk dia gunakan ke tempat kerjanya, maka Faya meminjamkan baju miliknya pada gadis itu. Untung ukuran tubuh mereka hampir sama, sehingga tidak terlalu susah bagi Nayla maupun Faya jika keduanya harus bertukar baju satu sama lain.

“Nah, mau elo?”

“Apa tidak bisa gue pakai baju kayak punya elo gitu,” Nayla menunjuk baju yang dikenakan Faya, celana jins warna hitam dengan kemeja lengan panjang.

“Kagak bisa dong Nay, kalau disana pakaiannya emang sudah ditentukan, yang rada-rada kebuka gitu,” Sambung Faya menjelaskan.

“Nah elo, kenapa bisa pakai baju kayak gitu?"

“Gue kan pegawai Nay, entar disana juga gue ganti dengan seragam kerja yang rada terbuka gitu, kagak beda jauh dengan baju yang elo pakai," Faya menjelaskan, “Kan gue juga udah bilang, tempat itu tidak cocok buat elo.”

Kekecewaan terlihat jelas di wajah Nayla. Membuat Faya tak tega melihatnya, sehingga ia kembali ke kamar untuk mencari baju lain yang kira-kira bisa dipakai oleh Nayla malam ini.

Pilihan Faya jatuh pada sebuah dress summer warna navy bergaris putih yang sederhana, namun tampak sangat cocok jika dikenakan oleh Nayla. Dilengkapi dengan sepatu high heel tujuh senti milik gadis itu, membuat sosok Nayla terlihat cantik nan anggun.

Jam setengah sepuluh malam, keduanya sudah berada di sebuah Bar elit tempat dimana Faya bekerja. Mereka masuk lewat pintu belakang yang digunakan khusus para karyawan.

Faya meminta Nayla menunggu dirinya berganti baju dengan seragam kerjanya terlebih dahulu, yaitu sebuah kemeja warna merah pas badan dipadukan dengan rok sepan satu jengkal diatas lutut, ditambah high hell tujuh senti yang membuat tubuh Faya tampak seksi menggoda.

"seragam kerja gue lebih parah dari baju elo kan?" tanya Faya.

Nayla mengamati penampilan sahabatanya sejenak, kemudian mengangguk meng 'iya kan' Faya.

Setelah selesai dengan segala keperluan yang ia lakukan, Faya mengajak Nayla untuk keluar dari kamar ganti dan masuk kebagian dalam Bar. Ia meminta sahabatnya duduk didepan bartender agar lebih mudah baginya untuk mengawasi gadis itu ketika ia bekerja nanti. Karena Faya tidak ingin terjadi hal buruk yang menimpa gadis perawan itu.

“Ingat ya Nay, Jangan menerima minuman dari siapa pun selain dari gue, jangan mabuk, dan jangan pergi jauh-jauh dari gue, karena gue gak mau terjadi sesuatu yang buruk sama elo. Juga kita di sini cuma satu jam, kagak lebih, ok!” pesan Faya untuk kesekian kalinya sebelum ia mulai bekerja mengantarkan minuman dan makanan dari meja ke meja.

“Ok!” Nayla menautkan jemari telunjuk dengan jempol membentuk huruf O yang artinya Ok.

Namun lagi-lagi apa yang dikhawatirkan Faya terjadi, baru ditinggal beberapa menit saja Nayla sudah mirip orang mabuk, dia terhuyung hampir jatuh.

Faya yang melihat itu buru-buru menghampiri sahabatnya, “Kamu kenapa Nay?” tanya Faya panik sambil menaruh nampan yang ia pengan ke atas meja bar dan memapah tubuh Nayla agar tidak ambruk di lantai.

“Tidak tahu Fay, kepala gue tiba-tiba pusing.”

“Gue bilang juga apa, elo kagak bisa nongkrong di tempat beginian, elo sih maksa,” Omel Faya sambil meminta sebotol air pada laki-laki penjaga bartender yang ada dibelakang meja kemudian menyodorkan botol air itu pada Nayla.

“Fay gue pengen pulang!” pinta Nayla.

“Duh, elo gimana sih Nay, belum juga setengah jam tapi sudah mau pulang. Kalau pergi sekarang gue bisa kena marah sama bos,” Faya meminta pengertian pada sahabatnya.

“Tapi bau rokoknya bikin gue pusing Fay.”

“Ok deh, Minum dulu biar agak enakan. Nanti baru kita nyari tempat duduk yang agak jauh dari asap rokok.”

Nayla menerima botol plastik yang berisi air putih dari tangan Faya. Dia meminum isinya hingga setengah, kemudian Nayla meletakan kepalanya di atas meja bar layaknya orang mabuk berat.

Faya tahu Nayla tidak tahan dengan asap rokok, karena itu ia engan mengajak sang sahabat ketempat kerjanya. Tapi ia memang sudah pernah berjanji pada Nayla setahun yang lalu. Jika usia Nayla sudah genap dua puluh satu tahun, maka ia akan mengijinkan Nayla melihat tempat kerjanya. Nah sekarang ketika Nayla menagih janji itu, mesti berat hati tentu Faya harus mengabulkannya.

Setelah dirasa cukup istirahat, Faya mengajak Nayla pindah ke sebuah sofa yang agak jauh belakang. Sehingga gadis itu dapat istirahat dengan nyaman.

“Kepala gue beneran pusing Fay, bau alkohol dan asap yang menyengat langsung menusuk hidung gue, ditambah dengan music sekeras setan dan lampu warna warni begini, membuat kepala gue terasa sangat berat,” Curhat Nayla menjelaskan keadaanya pada Faya.

“Iya gue tahu.”

“Dengan keadaan seperti ini kenapa orang-orang bisa enjoy dan enak aja menikmatinya ya, Fay?”

“Karena mereka sudah terbiasa Nay, sedang elo kan masih baru pertama kesini, makanya elo masih merasakan pusing begitu. Kalau elo sering datang kesini juga entar terbiasa dengan semua suasana yang ada," Faya menjelaskan. “Ini yang namanya club, tempat clubbing. Orang pada joget begitu. Tempat ini umum untuk siapa saja. Nah kalau di lantai atas sana, lebih ke cafenya. Meskipun sama-sama tempat minum, tapi suasananya lebih tenang dan elo juga bisa memesan berbagai macam makanan pendamping di sana. Elo mau kesana?”

“Entar deh Fay, sekarang kepala gue masih pusing banget," tolak Nayla sambil mengibaskan tangannya.

“Ya sudah, kalau gitu elo istirahat dulu saja disini. Biar lebih enakan elo pakai ini," Faya memasangkan earphone ke telinga Nayla guna menghalau kerasnya suara music. “Gue pesankan elo minum ya? Sambil gue balik kerja lagi,” kata Faya.

Nayla mengangguk setuju.

...*****...

Ilustrasi tentang sosok Faya (Sahabatnya Nayla)

Nama lengkap Faya Nur Latifa

Usia 23th. Mahasiswi semester enam. Jurusan Manajemen, Universitas Indonesia.

...Terimakasih dan jangan like dan komentar nya 😃😃😃...

Terpopuler

Comments

Eyu

Eyu

Lbh cantik faya

2022-02-25

0

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

jejak dukungan ❤️

2021-05-17

1

BELVA

BELVA

melengkapi kembali jempol nih

2021-01-27

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1
3 Bab 2
4 Bab 3
5 Bab 4
6 Bab 5
7 Bab 6
8 Bab 7
9 Bab 8
10 Bab 9
11 Bab 10
12 Bab 11
13 Bab 12
14 Bab 13
15 Bab 14
16 Bab 15
17 Bab 16
18 Bab 17
19 Bab 18
20 Bab 19
21 Bab 20
22 Bab 21
23 Bab 22
24 Bab 23
25 Bab 24
26 Bab 25
27 Bab 26
28 Bab 27
29 Bab 28
30 Bab 29
31 Bab 30
32 Bab 31
33 Bab 32
34 Bab 33
35 Bab 34
36 Bab 35
37 Bab 36
38 Bab 37
39 Bab 38
40 Bab 39
41 Bab 40
42 Bab 41
43 Bab 42
44 Bab 43
45 Bab 44
46 Bab 45
47 Bab 46
48 Bab 47
49 Bab 48
50 Bab 49
51 Bab 50
52 Bab 51
53 Bab 52
54 Bab 53
55 Bab 54
56 Bab 55
57 Bab 56
58 Bab 57
59 Bab 58
60 Bab 59
61 Bab 60
62 Bab 61
63 Bab 62
64 Bab 63
65 Bab 64
66 Bab 65
67 Bab 66
68 Bab 67
69 Bab 68
70 Bab 69
71 Bab 70
72 Bab 71
73 Bab 72
74 Bab 73
75 Bab 74
76 Bab 75
77 Bab 76
78 Bab 77
79 Bab 78
80 Bab 79
81 Bab 80
82 Bab 81
83 Bab 82
84 Bab 83
85 Selamat Tahun Baru
86 Bab 84
87 Bab 85
88 Bab 86
89 Bab 87
90 Bab 88
91 Bab 89
92 Bab 90
93 Bab 91
94 Bab 92
95 Bab 93
96 Bab 94
97 Bab 95
98 Bab 96
99 Bab 97
100 Bab 98
101 Bab 99
102 Bab 100
103 Bab 101
104 Bab 102
105 Bab 103
106 Bab 104
107 Bab 105
108 Bab 106
109 Bab 107
110 Bab 108
111 Bab 109
112 Bab 110
113 Bab 111
114 Bab 112
115 Bab 113
116 Bab 114
117 Bab 115
118 Bab 116
119 Bab 117
120 Bab 118
121 Bab 119
122 Bab 120
123 Bab 121
124 Bab 122
125 Bab 123
126 Bab 124
127 Bab 125
128 Bab 126
129 Bab 127
130 Bab 128
131 Bab 129
132 Bab 130
133 Bab 131
134 Bab 132
135 Bab 133
136 Bab 134
137 Bab 135
138 Bab 136
139 Bab 137
140 Bab 138
141 Bab 139
142 Bab 140
143 Bab 141
144 Bab 142
145 Bab 143
146 Bab 144
147 Bab 145
148 Bab 146
149 Bab 147
150 Bab 148
151 Bab 149
152 Bab 150
153 Bab 151
154 Bab 152
155 Bab 153
156 Bab 154
157 Bab 155
158 Bab 156
159 Bab 157
160 Bab 158
161 Bab 159
162 Bab 160
163 Bab 161
164 Bab 162
165 Bab 163
166 Bab 164
167 Bab 165
168 Bab 166
169 Bab 167
170 Bab 168
171 Bab 169
172 Bab 170
173 Bab 171
174 Bab 172
175 Bab 173
176 Bab 174
177 Bab 175
178 Bab 176
179 Bab 177
180 Bab 178
181 Bab 179
182 Bab 180
183 Bab 181
184 Bab 182
185 Bab 183
186 Bab 184
187 Bab 185
188 Bab 186
189 Bab 187
190 Bab 188
191 Bab 189
192 Bab 190
193 Bab 191
194 Bab 192
195 Bab 193
196 Bab 194
197 Bab 195
198 Bab 196
199 Bab 197
200 Bab 198
201 Bab 199
202 Bab 200
203 Bab 201
204 Bab 202
205 Bab 203
206 Bab 204
207 Bab 205
208 Bab 206
209 Bab 207
210 Bab 208
211 Bab 209
212 Bab 210
213 Bab 211
214 Bab 212
215 Bab 213 Epilog
Episodes

Updated 215 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1
3
Bab 2
4
Bab 3
5
Bab 4
6
Bab 5
7
Bab 6
8
Bab 7
9
Bab 8
10
Bab 9
11
Bab 10
12
Bab 11
13
Bab 12
14
Bab 13
15
Bab 14
16
Bab 15
17
Bab 16
18
Bab 17
19
Bab 18
20
Bab 19
21
Bab 20
22
Bab 21
23
Bab 22
24
Bab 23
25
Bab 24
26
Bab 25
27
Bab 26
28
Bab 27
29
Bab 28
30
Bab 29
31
Bab 30
32
Bab 31
33
Bab 32
34
Bab 33
35
Bab 34
36
Bab 35
37
Bab 36
38
Bab 37
39
Bab 38
40
Bab 39
41
Bab 40
42
Bab 41
43
Bab 42
44
Bab 43
45
Bab 44
46
Bab 45
47
Bab 46
48
Bab 47
49
Bab 48
50
Bab 49
51
Bab 50
52
Bab 51
53
Bab 52
54
Bab 53
55
Bab 54
56
Bab 55
57
Bab 56
58
Bab 57
59
Bab 58
60
Bab 59
61
Bab 60
62
Bab 61
63
Bab 62
64
Bab 63
65
Bab 64
66
Bab 65
67
Bab 66
68
Bab 67
69
Bab 68
70
Bab 69
71
Bab 70
72
Bab 71
73
Bab 72
74
Bab 73
75
Bab 74
76
Bab 75
77
Bab 76
78
Bab 77
79
Bab 78
80
Bab 79
81
Bab 80
82
Bab 81
83
Bab 82
84
Bab 83
85
Selamat Tahun Baru
86
Bab 84
87
Bab 85
88
Bab 86
89
Bab 87
90
Bab 88
91
Bab 89
92
Bab 90
93
Bab 91
94
Bab 92
95
Bab 93
96
Bab 94
97
Bab 95
98
Bab 96
99
Bab 97
100
Bab 98
101
Bab 99
102
Bab 100
103
Bab 101
104
Bab 102
105
Bab 103
106
Bab 104
107
Bab 105
108
Bab 106
109
Bab 107
110
Bab 108
111
Bab 109
112
Bab 110
113
Bab 111
114
Bab 112
115
Bab 113
116
Bab 114
117
Bab 115
118
Bab 116
119
Bab 117
120
Bab 118
121
Bab 119
122
Bab 120
123
Bab 121
124
Bab 122
125
Bab 123
126
Bab 124
127
Bab 125
128
Bab 126
129
Bab 127
130
Bab 128
131
Bab 129
132
Bab 130
133
Bab 131
134
Bab 132
135
Bab 133
136
Bab 134
137
Bab 135
138
Bab 136
139
Bab 137
140
Bab 138
141
Bab 139
142
Bab 140
143
Bab 141
144
Bab 142
145
Bab 143
146
Bab 144
147
Bab 145
148
Bab 146
149
Bab 147
150
Bab 148
151
Bab 149
152
Bab 150
153
Bab 151
154
Bab 152
155
Bab 153
156
Bab 154
157
Bab 155
158
Bab 156
159
Bab 157
160
Bab 158
161
Bab 159
162
Bab 160
163
Bab 161
164
Bab 162
165
Bab 163
166
Bab 164
167
Bab 165
168
Bab 166
169
Bab 167
170
Bab 168
171
Bab 169
172
Bab 170
173
Bab 171
174
Bab 172
175
Bab 173
176
Bab 174
177
Bab 175
178
Bab 176
179
Bab 177
180
Bab 178
181
Bab 179
182
Bab 180
183
Bab 181
184
Bab 182
185
Bab 183
186
Bab 184
187
Bab 185
188
Bab 186
189
Bab 187
190
Bab 188
191
Bab 189
192
Bab 190
193
Bab 191
194
Bab 192
195
Bab 193
196
Bab 194
197
Bab 195
198
Bab 196
199
Bab 197
200
Bab 198
201
Bab 199
202
Bab 200
203
Bab 201
204
Bab 202
205
Bab 203
206
Bab 204
207
Bab 205
208
Bab 206
209
Bab 207
210
Bab 208
211
Bab 209
212
Bab 210
213
Bab 211
214
Bab 212
215
Bab 213 Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!