Nayla menghampiri Faya yang sedang tidur di kamarnya.
Saat ini mereka libur semester, sehingga tak banyak kegiatan yang harus dilakukan pada siang hari. Biasanya dirinya akan sibuk nonton drakor dari laptop atau sibuk bikin bermacam-macam kue di dapur kecil kamar kostnya karena ia memang hobi memasak. Jika tidak mereka berdua nongkrong sambil jalan-jalan keliling Kota.
Tapi semua itu membutuhkan biaya, sedang saat ini mereka baru bokek, sehingga Nayla lebih memili mengganggu Faya yang tengah asik tidur siang.
“Fay, bangun dong jangan tidur terus!” pintanya sambil memutar arah kipas angin kecil yang ada di depannya ke arah sofa tempat ia duduk. “Gue bete nih, gak tahu mesti ngapain.” ujar Nayla lagi.
“Heem...”
“Kita jalan-jalan yuk? Kemana gitu?"
“Emang elo punya uang?” Tanya Faya terus terang.
“Ya elo dong yang bayarin gue?”
Faya terdiam beberapa saat kemudian, “Elo tuh kebiasaan deh, kalau lagi kagak punya duit, maunya aneh-aneh. Udah, mending elo tidur siang sono jangan gangguin gue!” Ujar Faya.
Nayla merubah posisinya dari duduk di sofa menjadi tiduran di sebelah Faya dan memeluk cewek itu dari belakang, “Ayo dong Fay! kita jalan-jalan!” rengekannya lagi.
“Bukan karena gue pelit atau gak mau ngajakin elo main Nay, tapi kebutuhan harian kita berdua itu sangat banyak, kalau cuma mengandalkan uang gaji gue saja takutnya kagak cukup sampai bulan depan, sedang ortu elo belum tahu kapan mau ngirimin uang buat elo.”
“Gue tahu, tapi gue sudah dapat kerja sekarang Fay,” tutur Nayla.
“Hah, yang bener, kerja di mana? Kapan mulainya?” Faya kaget, kemudian memutar tubuhnya menghadap ke Nayla.
“Kerja di cafe. Kemarin gue cerita sama Farel, kalau gue lagi butuh pekerjaan dan Farel bilang gue bisa bekerja di cafe dimana tempat dia bekerja selama ini.”
“Maksud lo?”
“Ya, selama ini Farel menghindari gue bukan karena dia kagak sayang atau pengen hubungan kita berakhir, tapi karena dia bekerja setelah kuliah. Dia ngumpul kan uang buat bikin party ultah gue semalam, dan sekarang Farel meminta gue yang gantikan dia bekerja disana, selain karena gue sedang butuh pekerjaan, café itu juga menolak dia untuk berhenti.”
“Terus kapan elo akan mulai bekerja?”
“Belum tahu. Nunggu Farel bilang sama bosnya dulu, nanti kalau mereka setuju secepatnya gue bakal dikabarin dan gue bisa langsung pergi kerja sekalian bawa CV.”
“Semoga secepatnya di kabarin ya,” ujar Faya tulus, sambil menepuk lengan kiri Nayla.
“Amin,” Jawab Nayla.
Kemudian keduanya saling diam. Sampai beberapa saat Nayla mulai ngomong lagi,
“Oh ya Fay, sekarang kan gue sudah dewasa nih, umur gue juga sudah memenuhi syarat. Jadi boleh dong, kalau sesekali elo ngajakin gue main ke tempat kerja elo itu. Kan kemarin elo bilang bakal ngajakin gue kesana kalau umur gue sudah dua puluh satu. Sekarang umur gue sudah cukup, malah lebih dua hari. Jadi sudah boleh dong?” tanya Nayla sambil mengedip-edipkan matanya genit.
“Ogah!” tolak Faya tegas.
“Ayo lah Fay?!” rengek Nayla.
“Lagian elo mau ngapain juga ke sana?” tanya Faya pada sahabatnya itu.
“Gak ada. Gue cuma penasaran saja, seperti apa sih tempat kerja elo itu, gitu aja.”
“Yang bener aja deh Nay? Tempat kerja gue itu tempat paling berbahaya. Apa lagi buat cewek cantik juga polos kayak elo gini. Dan lagi, disana kita tidak tahu, itu orang baik atau jahat, salah kenal sama orang, hidup kita bisa hancur, berantakan.”
“Kan gue punya elo, sohib yang akan selalu jagain gue.”
“Ish, elo nih," Faya menonyor kening Nayla.
“Bentar juga gak apa deh, gue tuh mati penasaran banget tahu. Lagian nih Fay, elo juga biasanya ngajak mbak-mbak kos kita ke sana? Kenapa giliran gue yang pengen ikut elo gak mau. Sebenernya elo itu sohib gue bukan sih?”
“Tahu ah gelap," Faya membuang muka.
Nayla menangkupkan tangan nya pada wajah Faya, meminta cewek itu kembali memandang dirinya.
“Ish, ayo lah Fay!"
“Lagian ya Nay, Farel juga gak bakal ngizin kan elo pergi ketempat begituan.”
“Ya, kita diem-diem saja dong. Cuma rahasia kita berdua saja, gak usah ngomong sama Farel. Ok!” Paksa Nayla, “Nanti malam ya Fay! Soalnya tadi pagi Farel bilang kalau dia nanti malam ada acara, jadi gak bisa ngapel kesini. Nah, kita bisa pergi. Gue janji bakal jadi anak manis selama disana dan bakal nurut apa yang elo omongin," Ujar Nayla sambil mengangkat dua jarinya membentuk huruf V tanda dia sedang berjanji.
“Tapi bentar saja ya? Paling lama satu jam, kagak boleh lebih.”
“Ok bos, sipp!” Nayla tersenyum sumringah karena permintaanya telah dipenuhi olah Sahabatnya.
*
*
*
*
Faya
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam namun Nayla belum juga nongol menghampiri dirinya yang membuat Faya terpaksa mendatangi kamar sahabatnya.
“Sudah siap belum?” tanya Faya sambil melongok ke dalam kamar kost Nayla yang bersebelahan dengan kamar miliknya.
“Gue bingung," jawab Nayla.
“Bingung kenapa lagi?”
“Emang gue harus pakai baju ginian ya?” tanya Nayla dengan wajah buram, sambil menunjukkan dress hitam milik Faya.
Karena Nayla tidak punya baju yang cocok untuk dia gunakan ke tempat kerjanya, maka Faya meminjamkan baju miliknya pada gadis itu. Untung ukuran tubuh mereka hampir sama, sehingga tidak terlalu susah bagi Nayla maupun Faya jika keduanya harus bertukar baju satu sama lain.
“Nah, mau elo?”
“Apa tidak bisa gue pakai baju kayak punya elo gitu,” Nayla menunjuk baju yang dikenakan Faya, celana jins warna hitam dengan kemeja lengan panjang.
“Kagak bisa dong Nay, kalau disana pakaiannya emang sudah ditentukan, yang rada-rada kebuka gitu,” Sambung Faya menjelaskan.
“Nah elo, kenapa bisa pakai baju kayak gitu?"
“Gue kan pegawai Nay, entar disana juga gue ganti dengan seragam kerja yang rada terbuka gitu, kagak beda jauh dengan baju yang elo pakai," Faya menjelaskan, “Kan gue juga udah bilang, tempat itu tidak cocok buat elo.”
Kekecewaan terlihat jelas di wajah Nayla. Membuat Faya tak tega melihatnya, sehingga ia kembali ke kamar untuk mencari baju lain yang kira-kira bisa dipakai oleh Nayla malam ini.
Pilihan Faya jatuh pada sebuah dress summer warna navy bergaris putih yang sederhana, namun tampak sangat cocok jika dikenakan oleh Nayla. Dilengkapi dengan sepatu high heel tujuh senti milik gadis itu, membuat sosok Nayla terlihat cantik nan anggun.
Jam setengah sepuluh malam, keduanya sudah berada di sebuah Bar elit tempat dimana Faya bekerja. Mereka masuk lewat pintu belakang yang digunakan khusus para karyawan.
Faya meminta Nayla menunggu dirinya berganti baju dengan seragam kerjanya terlebih dahulu, yaitu sebuah kemeja warna merah pas badan dipadukan dengan rok sepan satu jengkal diatas lutut, ditambah high hell tujuh senti yang membuat tubuh Faya tampak seksi menggoda.
"seragam kerja gue lebih parah dari baju elo kan?" tanya Faya.
Nayla mengamati penampilan sahabatanya sejenak, kemudian mengangguk meng 'iya kan' Faya.
Setelah selesai dengan segala keperluan yang ia lakukan, Faya mengajak Nayla untuk keluar dari kamar ganti dan masuk kebagian dalam Bar. Ia meminta sahabatnya duduk didepan bartender agar lebih mudah baginya untuk mengawasi gadis itu ketika ia bekerja nanti. Karena Faya tidak ingin terjadi hal buruk yang menimpa gadis perawan itu.
“Ingat ya Nay, Jangan menerima minuman dari siapa pun selain dari gue, jangan mabuk, dan jangan pergi jauh-jauh dari gue, karena gue gak mau terjadi sesuatu yang buruk sama elo. Juga kita di sini cuma satu jam, kagak lebih, ok!” pesan Faya untuk kesekian kalinya sebelum ia mulai bekerja mengantarkan minuman dan makanan dari meja ke meja.
“Ok!” Nayla menautkan jemari telunjuk dengan jempol membentuk huruf O yang artinya Ok.
Namun lagi-lagi apa yang dikhawatirkan Faya terjadi, baru ditinggal beberapa menit saja Nayla sudah mirip orang mabuk, dia terhuyung hampir jatuh.
Faya yang melihat itu buru-buru menghampiri sahabatnya, “Kamu kenapa Nay?” tanya Faya panik sambil menaruh nampan yang ia pengan ke atas meja bar dan memapah tubuh Nayla agar tidak ambruk di lantai.
“Tidak tahu Fay, kepala gue tiba-tiba pusing.”
“Gue bilang juga apa, elo kagak bisa nongkrong di tempat beginian, elo sih maksa,” Omel Faya sambil meminta sebotol air pada laki-laki penjaga bartender yang ada dibelakang meja kemudian menyodorkan botol air itu pada Nayla.
“Fay gue pengen pulang!” pinta Nayla.
“Duh, elo gimana sih Nay, belum juga setengah jam tapi sudah mau pulang. Kalau pergi sekarang gue bisa kena marah sama bos,” Faya meminta pengertian pada sahabatnya.
“Tapi bau rokoknya bikin gue pusing Fay.”
“Ok deh, Minum dulu biar agak enakan. Nanti baru kita nyari tempat duduk yang agak jauh dari asap rokok.”
Nayla menerima botol plastik yang berisi air putih dari tangan Faya. Dia meminum isinya hingga setengah, kemudian Nayla meletakan kepalanya di atas meja bar layaknya orang mabuk berat.
Faya tahu Nayla tidak tahan dengan asap rokok, karena itu ia engan mengajak sang sahabat ketempat kerjanya. Tapi ia memang sudah pernah berjanji pada Nayla setahun yang lalu. Jika usia Nayla sudah genap dua puluh satu tahun, maka ia akan mengijinkan Nayla melihat tempat kerjanya. Nah sekarang ketika Nayla menagih janji itu, mesti berat hati tentu Faya harus mengabulkannya.
Setelah dirasa cukup istirahat, Faya mengajak Nayla pindah ke sebuah sofa yang agak jauh belakang. Sehingga gadis itu dapat istirahat dengan nyaman.
“Kepala gue beneran pusing Fay, bau alkohol dan asap yang menyengat langsung menusuk hidung gue, ditambah dengan music sekeras setan dan lampu warna warni begini, membuat kepala gue terasa sangat berat,” Curhat Nayla menjelaskan keadaanya pada Faya.
“Iya gue tahu.”
“Dengan keadaan seperti ini kenapa orang-orang bisa enjoy dan enak aja menikmatinya ya, Fay?”
“Karena mereka sudah terbiasa Nay, sedang elo kan masih baru pertama kesini, makanya elo masih merasakan pusing begitu. Kalau elo sering datang kesini juga entar terbiasa dengan semua suasana yang ada," Faya menjelaskan. “Ini yang namanya club, tempat clubbing. Orang pada joget begitu. Tempat ini umum untuk siapa saja. Nah kalau di lantai atas sana, lebih ke cafenya. Meskipun sama-sama tempat minum, tapi suasananya lebih tenang dan elo juga bisa memesan berbagai macam makanan pendamping di sana. Elo mau kesana?”
“Entar deh Fay, sekarang kepala gue masih pusing banget," tolak Nayla sambil mengibaskan tangannya.
“Ya sudah, kalau gitu elo istirahat dulu saja disini. Biar lebih enakan elo pakai ini," Faya memasangkan earphone ke telinga Nayla guna menghalau kerasnya suara music. “Gue pesankan elo minum ya? Sambil gue balik kerja lagi,” kata Faya.
Nayla mengangguk setuju.
...*****...
Ilustrasi tentang sosok Faya (Sahabatnya Nayla)
Nama lengkap Faya Nur Latifa
Usia 23th. Mahasiswi semester enam. Jurusan Manajemen, Universitas Indonesia.
...Terimakasih dan jangan like dan komentar nya 😃😃😃...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
Eyu
Lbh cantik faya
2022-02-25
0
ARSY ALFAZZA
jejak dukungan ❤️
2021-05-17
1
BELVA
melengkapi kembali jempol nih
2021-01-27
1