Selamat membaca
Dua orang gadis sedang duduk di sebuah kantin salah satu kampus ternama di Indonesia. Keduanya saling diam dengan posisi yang sama kedua tangan berada di atas meja menopang dagu mereka.
Tampangnya menjelaskan kalau keduanya tengah setres berat, padahal saat ini kuliah sedang libur semester, namun kedua gadis itu masih juga berkunjung ke kampus dengan wajah kusut.
Keduanya menghela nafas kasar, mencoba melepaskan beban yang sedang dipikul bersama udara yang dikeluarkan lewat mulut mungil mereka, mengharap sesuatu yang baik akan terjadi setelahnya.
Sedangkan Smart Phone mereka tergeletak begitu saja di atas meja, tampaknya kedua gadis itu tidak berniat lagi menyentuh benda pipih yang sedari tadi mereka mainkan.
“Elo apaan?” tanya seorang gadis cantik dengan rambut kuncir ala ekor kuda yang biasa dipanggil Nayla pada sahabatnya.
Gadis yang bernama Faya menatapnya dengan malas, “Emak minta kiriman duit, Bapak lagi sakit.” Dia menjelaskan masalah yang dihadapinya. “Elo sendiri apaan?” gadis manis dengan rambut ekor kuda itu balik bertanya pada Nayla yang duduk di depannya.
“Ibu belum bisa kirim uang, soalnya gaji bapak dipakai buat daftar SMA Aldi juga berobat nenek," Jawabnya sedih.
“Terus?”
Gadis yang bernama Nayla mengangkat kedua bahunya tanda tidak tahu, kemudian ia menjatuhkan kepalanya ke atas meja,
pasrah. Beberapa menit kemudian ia mendongakkan kepalanya lagi dan menatap Faya, “Elo sendiri gimana?” ia balik bertanya kepada sahabatnya.
“Sama, kagak tahu juga," Jawab Faya sambil menjatuhkan kepalanya ke atas meja.
Keduanya larut dalam pikiran masing-masing, memikirkan cara untuk memecahkan masalah yang mereka alami.
“Gimana caranya gue bisa bayar kost dan kuliah ya?” Nayla mencoba mengungkapkan apa yang terlintas di kepalanya, bingung.
“Entah lah, gue juga bingung gimana caranya bisa dapat banyak uang untuk dikirim ke rumah.”
Keduanya mengangkat kepala dan menghela nafas berat.
“Susah ya hidup jadi orang miskin, mau ngapain saja mesti pusing dulu," ujar Faya sambil mengacak rambut kuncir kudanya yang membuat jadi berantakan.
Nayla mengangguk, setuju dengan apa yang diucapkan sahabatnya.
“Gimana kalau gue kerja saja Fay?” Tanya Nayla pada Faya
“Ide bagus tuh Nay, emang elo mau kerja apa?” tanya Faya antusias.
Nayla terdiam, ia bingung harus menjawab apa, karena memang tidak tahu pekerjaan apa yang cocok untuknya. Ia juga tidak memiliki keahlian khusus, terlebih memang tidak pernah bekerja sebelumnya, “Belum tahu Fay, kira-kira kerjaan apa ya yang cocok buat gue?” Nayla balik tanya, “Entar deh gue pikirin dulu, nanti bantuin cari kerja ya Fay?” pinta Nayla.
“Heem," jawab Faya sambil mengangguk setuju dengan permintaan temannya.
“Kerjaan yang enak, yang tidak capek, terus gajinya banyak ya?” Pinta Nayla mengajukan syarat.
“Heem,” jawab Faya lagi. Aneh-aneh saja nih anak mana ada kerja enak yang gajinya banyak, pikir Faya namun dia enggan merusak mood Nayla yang sudah berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Lalu keduanya saling bertatapan dan terkikik geli melihat tampang kusut satu sama lain. Kemudian kedua gadis itu bangkit dan meninggalkan kantin yang sudah mereka singgahi sedari tadi.
*
*
*
*
Faya dan Nayla, kedua bersahabat kini sedang berada di kamar kost Nayla. Faya sedang tiduran di sofa, sambil sebelah tangannya memainkan remot TV yang tengah menyala. Memindahkan dari chanel yang satu ke chanel yang lain sesuai yang dia mau. Sedang pemilik kamar tengah duduk di lantai dengan tumpukan baju yang menggunung.
“Elo sudah bilang sama Farel mengenai situasi elo saat ini?” tanya Faya pada Nayla yang sedang menyetrika baju di depannya.
Nayla menggeleng.
“Kenapa? Siapa tahu dia bisa bantu?”
“Elo kan tahu, hubungan gue sama Farel gak sebaik dahulu lagi, setelah merayakan satu bulan kita jadian, sampai sekarang dia selalu menghindari gue. Tidak tahu apa salah gue, tapi setiap gue telpon dia selalu bilang kalau lagi sibuk dan kalau gue ajak ketemuan juga kagak bisa, katanya dia lagi sibuk lah, ini lah, itu lah, entah sibuk apa dia itu. Heran gue!”
“Emang kalian ada masalah?”
“Tidak?”
“Berantem?”
“Gak juga,” Nayla menggeleng,
“Sejauh ini kita baik-baik saja, cuma kagak tahu kenapa tuh si Farel tiba-tiba berubah. Seolah menghindar dan menjauh dari gue. Bahkan sudah lama gue tidak ketemu dia. Terakhir gue lihat dia, pas kemarin saat kita habis UAS. Setelah itu kagak ada kabar sama sekali. Jadi bagaimana gue mau cerita tentang kondisi gue sama dia. Dia juga kagak pernah nongol.”
Faya mengangguk, seolah dia paham dengan situasi Nayla saat ini.
“Mungkin dia bosan Fay pacaran sama gue? Elo sendiri kan tahu gue kalau pacaran kagak aneh-aneh, paling banter cuma pegang tangan dan gandengan doang. Jadi mungkin dia merasa bosan pacaran sama gue. Pengen putus tapi tidak tega. Takut gue sedih, makanya dia mengantungkan hubungan ini begitu saja. Menunggu saat gue mutusin dia.”
“Lalu? Apa elo ada rencana buat mutusin dia?” tanya Faya sambil duduk di sofa
“Gue juga gak tahu? Kalau menurut elo, gue harus bagaiman? Gue yang putusin Farel atau nunggu dia yang mutusin gue?” Nayla balik bertanya pada Faya.
“Gue juga gak tahu, tapi saran gue sih elo tunggu saja, siapa tahu saat ini Farel memeng beneran sibuk dan gak bisa ketemu sama elo. Takutnya kalau elo ngambil keputusan langsung mutusin dia tanpa tahu situasi yang sebenarnya terjadi, nanti bisa timbul salah paham.”
Nayla mengangguk setuju dengan apa yang baru saja diucapkan Faya. Ia memang tidak tahu apa yang terjadi pada Farel saat ini, jadi ada bagusnya jika Nayla menunggu keputusan Farel terlebih dahulu, toh meskipun jarang bertemu Farel masih menelponya sekedar untuk bertanya kabar meski itu sekali dalam seminggu.
“Jadi gimana?” tanya Nayla pada Faya, seraya menatap wajah sahabatnya.
“Gimana apa nya?” Faya balik tanya.
“Pekerjaan buat gue? Sudah dapat belum?”
Faya menggeleng, “Belum, di tempat gue kagak ada lowongan Nay. Kemarin gue sudah tanya sama bos dan saat ini dia belum membutuhkan karyawan baru. Coba nanti gue tanyakan ke teman-teman yang lain siap tahu ada yang butuh karyawan."
Nayla meng ‘iya kan’ kata-kata Faya. Bagi Nayla tidak harus mendapat gaji banyak dalam bekerja yang penting ada penghasilan tambahan karena orang tua juga belum tahu kapan akan kirim uang.
Mengingat orang tuanya yang saat ini tengah kesulitan, tentu tidak tega jika Nayla harus melaporkan kepada mereka kalau duit sakunya hampir habis.
Tapi nyatanya mencari kerja di Jakarta tidak semudah di kampung. Mungkin karena jumlah penduduk yang padat, sehingga lowongan pekerjaan selalu sulit, meski hanya sekedar menjaga konter atau toko kecil.
Sudah hampir tiga minggu Nayla dibantu Faya memasukan lamaran pekerjaan di daerah sekitar kost, namun tidak ada satu pun yang memberi respon.
Sedang Farel pacarnya, kini sedang sibuk dengan kehidupan pribadinya sendiri, sehingga Nayla merasa tidak enak hati jika harus menceritakan masalah yang menimpanya pada pria itu, apa lagi meminta bantuan untuk mencari kerja. Sedangkan chatnya saja beberapa hari ini tidak dibalas oleh Farel.
Faya menepuk bahu sahabatnya, “Sudah jangan sedih. Gue pasti bantuin elo kok, sampai elo dapat kerjaan," Ujarnya menenangkan, “Jangan biarkan semua ini jadi beban, karena ada banyak jalan menuju Toma,” Faya mencoba menghibur Nayla yang wajahnya sudah berubah menjadi mendung.
“Jika tidak hari ini, kan masih ada hari esok. Yang jelas gue akan menghubungi teman-teman yang lain, minta bantuan mereka buat carikan elo kerjaan, ok!”
Nayla mengangguk setuju.
“Kalau begitu gue mau siap-siap buat kerja dulu ya.” Ujar Faya sambil meninggalkan kamar kost Nayla.
*
*
*
*
Ini ilustrasi sosok Nayla.
Yang nama lengkapnya Nayla Thalita Firliany.
Usianya 21th. Mahasiswi semester enam. Jurusan manajemen, Universitas Indonesia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
like like 👍🏻
2021-05-17
1
zien
aku hadir disini dan memberimu like 😘❤️
mampir juga di novelku JODOHKU YANG LUAR BIASA 🙏😘
mari kita saling mendukung karya kita 🙏❤️
2021-03-08
1
HIATUS
Like ❤
2021-02-19
1