Alina dan Ben akhirnya mampir di sebuah restaurant setelah selesai wawancara dengan club dance itu.
"Mengapa kau mau meliput berita tentang mereka?" tanya Ben membuka percakapan setelah selesai memesan makan malam.
"Mereka itu sering dianggap anak jalanan. Namun Alan mengubah mereka menjadi orang yang lebih berguna. Dari pada menari di jalan dan menganggu orang yang lewat, mereka justru mengembangkan talenta yang ada dengan ikut club itu." kata Alina.
"Waw.... kamu memang briliant dalam mencari menu hebat untuk majalahmu"
"Ben, ada sesuatu yang aneh denganmu tadi"
Ben mengerutkan dahinya "Apa?"
"Kau menatap gadis yang menjadi pacarnya Alan dengan tatapan yang sangat aku kenal"
"Kau belum lupa tatapan itu?" tanya Ben lalu tersenyum menggoda.
Alina mengangguk. Dulu, 4 tahun yang lalu, ia pernah menjadi pacar Ben. Hubungan mereka berjalan cukup lama dibandingkan dengan gadis lain. 6 bulan Ben menjadi cowok yang sedikit manis karena tak pernah kencan dengan cewek lain. Namun Alina akhirnya sadar kalau Ben tidak pernah mencintainya.
"Kau tertarik menjadikannya sebagai salah satu petualanganmu? Aku pikir kamu nggak suka dengan gadis yang punya pacar." tanya Alina.
Ben tersenyum "Dia sedikit liar dan ganas. Aku belum pernah punya hubungan dengan gadis seperti dirinya."
"Aku pikir kamu sudah bertobat, Ben. Aku dengar setahun belakangan ini, kamu tak pernah kencan."
Ben mengangkat kedua tangannya "Mungkin aku sudah dikutuk untuk tidak akan pernah memiliki cinta sejati. Jadi, nikmati sajalah"
Alina menggelengkan kepalanya. Ia dan Ben sekarang berteman baik. Masa lalu yang pernah tercipta diantara mereka sudah lama Alina kubur. Karena sekarang ia sudah menikah dan menikmati kebahagiaannya dengan suami juga putri kecilnya.
Selesai makan malam, Ben mengantar Alina pulang ke rumahnya.
"Ben, hati-hatilah. Alan bukan pria yang baik. Dia adalah salah satu pimpinan mafia di daerah itu. Dari situlah ia mendapat uang banyak untuk membiayai club dance nya." pesan Alina sebelum turun dari mobil.
"Makasi atas peringatannya." ucap Ben sebelum menjalankan mobilnya kembali.
Ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang saat berjalan pulang menuju ke apartemennya.
Saat melewati sungai Thames, ia melihat lagi gadis berambut hitam lurus itu sedang berdiri di dekat pagar pembatas sungai.
Sepertinya tempat ini menjadi tempat faforitnya Maura. Apa yang gadis itu pikirkan?
Ben memarkir mobilnya. Ia turun dan mendekati Maura.
"Hai sayang, kau mau mengenang tempat kita pertama kali bertemu?"
Maura membalikan badannya dan menatap cowok yang berdiri tepat dihadapannya sekarang.
"What do you want?" tanya Maura dengan tatapan tajam.
"Matamu yang indah itu jadi menakutkan dengan tatapan seperti itu. Kamu jadi tak cantik" kata Ben tanpa menjawab pertanyaan Maura.
"Aku tak peduli dengan penilaianmu tentang diriku. Aku akan buat laporan polisi atas ketidaknyamanan ini. Kau seorang penguntit" tuding Maura.
"Silahkan. Akan kujawab pada polisi kalau aku sengaja melakukannya untuk memastikan kalau kamu tidak hamil. Karena aku sudah terlanjur merebut keperawananmu."
Maura melayangkan tangannya hendak menampar Ben namun cowok itu dengan cepat menahan tangannya.
"Jangan kasar. Nggak baik untuk kandunganmu nanti. Siapa tahu di perutmu itu sementara berkembang benihku"
"Ah......!" Maura menarik tangannya namun Ben lebih kuat menahannya.
"Aku kan sudah bilang kalau kita bertemu untuk yang ketiga kalinya, maka kita harus menikah"
"In your dream......!" Maura berhasil menendang kaki Ben sehingga membuat cowok itu meringis kesakitan dan melepaskan pegangan tangannya. Maura langsung berlari ke arah motornya dan segera pergi secepat mungkin.
Ben tersenyum menatap kepergian Maura. Kau akan terkejut jika tahu kenyataan yang sebenarnya sayang....batin Ben lalu ia pun menuju ke mobilnya.
***********
"Selamat malam nona!" sapa seorang pelayan yang membukakan pintu baginya.
"Selamat malam Naomi" balas Maura pada kepala pelayan di rumah ini. Naomi adalah salah satu orang yang Maura sukai di rumah ini.
Naomi mengambil helm yang diserahkan oleh Maura dan mengikuti langkah gadis itu dari belakang.
Melewati ruang tamu yang kosong, Maura harus melihat 2 orang yang sangat dibencinya. Gerald dan Iriana yang sedang menonton.
"Selamat malam!" sapa Maura sebelum menaiki tangga.
"Maura tunggu!" terdengar suara Gerald. Maura menghentikan langkahnya dan mendekati ayahnya.
"Ada apa?" tanya Maura dengan ketus.
"Kemana kamu semalam? Katanya kamu pulang sudah jam 10 pagi ya?"
"Apa pedulimu?"
"Selama kau ada di rumah ini maka kau harus mendengarkan aku."
"Pulangkan aku ke Indonesia. Aku nggak suka di sini. Aku benci UK. Aku benci rumah ini. Aku mau tinggal di rumahku yang dulu"
Gerald hendak menampar Maura namun Iriana menahan tangan Gerald.
"Jangan......"
"Biar saja dia memukulku. Pukul aku sampai mati sehingga kau puas...." Maura menatap papanya tanpa rasa takut sedikitpun.
Gerald memegang kepalanya.
"Sudahlah. Tekanan darahmu bisa naik. " Iriana menuntun suaminya untuk duduk kembali.
Maura segera melangkah menaiki tangga dan masuk ke kamarnya sambil membanting pintu.
Ia duduk di atas tempat tidurnya sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Kak....." terdengar suara Gery. Adik lelakinya. Buah pernikahan papanya dan Iriana.
Maura membuka pintu. Selain Naomi, Gery adalah orang kedua yang Maura sayangi di rumah ini.
"Ada apa sayang? Kenapa jam segini kamu belum tidur?" tanya Maura sambil mengacak rambut adiknya.
"Aku menungguh kakak untuk curhat"
Maura mengajak adiknya masuk dan duduk di atas sofa. "Apa yang akan kau ceritakan?"
"Bagaimana cara menyatakan cinta pada seorang gadis?"
"What?" Maura terpana. Usia adiknya ini belum juga 8 tahun dan sudah bicara cinta?
"Kamu beneran suka?"
Gery mengangguk.
Maura menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia pacaran saja saat usianya 17 tahun. Waktu ia duduk di kelas 3 SMA. Pria blesteran Inggris Cina yang bernama Cheng Lun itu adalah cowok pertama yang Maura terima untuk menjadi pacarnya.
"Gery, kalau kamu memang menyukainya, bilang saja secara langsung. Apakah dia akan menerima cintamu atau tidak , itu tergantung perasaannya padamu. Tapi jangan memaksa ya.." kata Maura sambil memegang tangan adiknya.
"Makasi kakak...."
Maura memeluk adiknya "Sekarang kamu tidur ya?"
"Good night kakak"
"Good night Gery"
Maura menatap adiknya sampai punggung kecil itu menghilang bersama pintu yang tertutup. Ia segera membuka mantelnya dan segera mengganti dengan baju tidurnya. Saat ia duduk di depan kaca untuk membersihkan wajahnya, ia kembali kesal menatap tanda merah di lehernya itu.
Apa yang sudah dia lakukan pada tubuhku? Mengapa aku tidak merasakan sesuatu pada tubuhku? Bagaimana kalau aku beneran hamil?
Ya Tuhan, mengapa aku harus bertemu dengan laki-laki gila seperti dia? Siapa namanya tadi? Ya Ben.
Aku ingin sekali mematahkan tangan dan kakinya.
Maura memegang bibirnya. Membayangkan pria itu menciumnya membuat Maura merasa mual.
Lamunan Maura terhenti saat hp nya berbunyi. Maura meraihnya. Ada nomor baru yang masuk.
"Hallo..." sapa Maura
"Apakah kau merindukan aku?"
Mata Maura langsung melotot "Kau....!"
"Apakah kau menjaga benihku dalam rahimmu dengan baik?"
"Kamu gila....!" Maura langsung mengahiri percakapan dan mematikan hp nya secara total. Ia takut Ben akan meneleponnya lagi.
Sementara itu Ben yang ada di apartemennya tertawa senang.
"Ah....gadis ini ternyata sangat menyenangkan bila dimainkan."
Ben menatap foto Maura. Kulitnya tidak seputih Faith. Kulit Maura berwarna sawo matang. Tapi dia kelihatan cantik dengan kulit itu.
Apakah aku akan jadi play boy lagi karena mengenal gadis ini? batin Ben sambil membaringkan tubuhnya.
#makasi sudah baca part ini
#berikan tanda jempol dan komentarmu jika suka
#jangan lupq baca ceritaku yang lain judulnya LERINA
Ben Aslon
Maura Belinda
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
gia nasgia
Mauara manis pantas jiwa Casanova Ben meronta
2024-09-25
0
Anonymous
ben....maura lbh cantikkkkk
2023-02-14
1
Iis Mansyur
visual
2022-12-24
1