Ben memungut bantal yang dilemparkan Maura padanya.
"Aku mau bertanggungjawab dan kau tidak mau. Ya sudah...." Ben mengembalikan bantal itu ke atas tempat tidur. Tawanya hampir saja pecah melihat Maura yang ingin sekali memukulnya namun terhalang karena dirinya yang tidak menggunakan pakaian.
"Aku mau tanya, apakah sekarang masa suburmu?" tanya Ben sambil duduk di tepi tempat tidur, tepat didekat kaki Maura.
"Apa maksudmu?"
"Maaf, semalam aku lupa menggunakan pengaman, aku takut jika kamu sedang masa subur, kamu bisa saja hamil"
Maura terbelalak. "Ha.....mil?" Ia memegang erat selimut yang menyelimuti tubuhnya.
"Aku akan membunuhmu...!" suara gadis itu bergetar. Ia benar-benar marah.
Ben terkekeh " Kau tak mungkin membunuh ayah dari anakmu kan?"
"Ah......!" teriak Maura frustasi.
tok.....tok....
Ben beranjak membuka pintu. Ternyata anak buahnya yang mengantar pesanan baju untuknya dan juga gadis itu. Ben memang tidak menyimpan bajunya di kamar ini karena Alicia Aslon mamanya akan selalu mengosongkannya. Ia tak ingin Ben tinggal di club malamnya itu.
"Ini bajumu. Mandi dan berpakainlah. Sebab bajumu yang semalam sudah robek karena ulahmu yang sedikit liar."
Ben meletakan baju itu didekat Maura lalu ia juga memberikan sebuah jubah mandi.
"Aku akan ke ruangan sebelah. Jika sudah selesai, makanlah sarapanmu. Jangan coba-coba untuk melarikan diri karena urusan kita belum selesai. Lagi pula pintu itu hanya bisa dibuka dengan kode." Ben mengambil paper bag miliknya dan segera keluar dari kamar itu.
Maura segera bangun dan menuju ke kamar mandi. Saat gadis itu menatap cermin besar yang ada di kamar mandi itu, dia kembali berteriak histeris.
Di lehernya ada 3 bekas kissmark.
"Dasar lelaki gila....." Maura menangis. Ia duduk di atas kloset dengan perasaan marah dan geram.
Mama....maafkan aku. Aku tak bisa menjaga diriku seperti yang mama pesankan.
Maura segera mandi dan mengganti pakaiannya. Celana Jeans hitam dipadu dengan t-shirt berwarna putih. Maura sedikit bingung bagaimana mungkin laki-laki itu tahu ukuran dalaman dan bajunya.
Setelah selesai mandi, Maura keluar kamar mandi. Ia menatap sajian sarapan di atas meja. Sebenarnya Maura malas untuk sarapan. Namun matanya melihat sajian nasi goreng dan telur mata sapi.
"Nasi goreng?" guman Maura senang. Akhirnya ia duduk dan menikmati makanan itu sampai habis. Rasa rindunya pada makanan Indonesia bagaikan terobati di pagi ini.
Pintu terbuka. Ben masuk ke kamar sudah berganti pakaian dan langsung diserang oleh Maura.
"Hei..ada apa ini?" tanya Ben sambil menangkis pukulan Maura.
"Apa yang kau lakukan pada tubuhku?"tanya Maura sambil terus menyerang Ben.
"Itu kissmark sayang....bukankah biasanya dilakukan oleh pasangan yang bercinta?"
"Kamu menjijikan. Aku benci kamu....."
"Aku kan sudah bilang kalau aku akan bertanggungjawab. Aku juga tak ingin anakku lahir tanpa seorang ayah."
Maura berhenti. Ia nampak putus asa karena tidak berhasil memukul Ben. "Siapa yang mau menikah denganmu? Lagi pula aku belum tentu hamil. " Maura duduk di tepi ranjang dengan napas yang agak tersengal-sengal.
"Bagaimana kalau kau akhirnya hamil? Memangnya kau mau anakmu lahir tanpa ayah?"
"Aku akan menggugurkan kandunganku ini. Bagaimana mungkin aku bisa bersama dengan seorang laki-laki tanpa rasa cinta?"
"Kalau begitu belajarlah untuk mencintai aku"
"Aku tak mungkin akan jatuh cinta padamu walaupun kau adalah pria terakhir di dunia ini. Aku lebih mati dari pada harus menghabiskan seluruh hidupku bersamamu" teriak Maura dengan kemarahan yang meluap-luap.
Ben tersenyum, "Mari kita buktikan. Dan kau harus siap mati jika jatuh cinta padaku"
"Aku mau pergi! Buka pintunya" teriak Maura lagi.
"Tenang sayang...apa kau mau pergi dengan baju seperti itu?" tanya Ben sambil menunjuk tanda merah dileher Maura.
"Siapa yang memilih baju ini untukku?" Maura benar-benar akan memukul Ben.
Ben mengambil jaket jeansnya "Pakailah ini. Dan pastikan kita tidak akan pernah bertemu lagi. Sebab jika sekali lagi kita ketemu, aku pastikan kalau kita akan menikah Maura Belinda Nasution"
Maura terkejut karena pria di depannya tahu namanya. Namun ia memlih pergi begitu Ben membuka pintu kamarnya.
Ben tersenyum. Inilah untungnya ia berteman dengan Joe Alonso. Hanya dengan mengirim foto Maura saja, Joe sudah bisa menemukan identitas gadis itu.
Hp Ben berbunyi.
"Hallo Ben, kita jadikan untuk mengambil foto malam ini? Mereka sudah bersedia di wawancara" terdengar suara Alina dari seberang. Dia adalah salah satu wartawan majalah LIVES . Sebuah majalah yang khusus mengupas kehidupan masyarakat Inggris.
"Ok. kita ketemu jam 7 malam ini"
*******
Maura memasuki sebuah kawasan yang ada di pinggir kota. Ia memarkir motornya dan segera masuk ke dalam satu bangunan yang letaknya paling sudut.
Terdengar suara musik yang menghentak dan suara teman-temannya yang sedang latihan.
Ini adalah markas penari jalanan yang menamakan diri mereka The Crown.
Saat melihat Maura yang masuk, seorang lelaki yang berkulit warna sawo matang itu menghentikan musiknya dan menatap Maura.
"Kemana kamu semalam, Ra? Kata mereka ada dua orang laki-laki yang menarikmu" tanya Alan. Dia adalah pria berdarah campuran. Ayahnya seorang lelaki berkulit hitam dari Afrika dan ibunya seorang wanita berkulit putih asal Inggris.
"Mereka menjebakku. Memasukan obat perangsang dalam minumanku." kata Maura sambil menatap Kelly. Ya, pesta semalam adalah pesta ulang tahun saudaranya kelly.
Alan menatap Kelly tajam "Siapa mereka Kelly?"
Kelly nampak ketakutan "Aku sungguh tak tahu. Aku semalam sangat heran melihat Maura diseret oleh dua orang laki-laki"
"Siapa 2 lelaki itu?" tanya Alan sambil menatap Maura penuh selidik.
"Aku tak mengenal mereka. Yang pasti merekalah yang melihat saat pil itu dimasukan diminumanku. Saat pagi hari aku bangun, aku sudah berada di salah satu hotel."
"Apa? hotel?" Alan nampak sedikit emosi.
"Aku masih berpakaian lengkap dan ada seorang perempuan yang menemaniku. Dialah yang mengatakan bahwa ada orang yang akan menjebakku" Maura berusaha untuk berbohong karena ia takut Alan akan marah jika tahu yang sebenarnya.
Alan memeluk Maura dengan perasaan lega. Ia senang karena gadis yang disukainya ini baik-baik saja.
"Gantilah bajumu dan kita akan latihan karena pertandingan tak lama lagi akan digelar." Kata Alan saat melepaskan pelukannya.
"Bolehkah malam ini aku tidak latihan. Aku merasa nggak enak badan" Maura mencari alasan. Pada hal sebenarnya ia sedang menghindar agar Alan tak melihat tanda merah yang ada di lehernya. Malam ini Maura sengaja memakai mantel yang tertutup sampai dilehernya.
"Baik. Tapi jangan pulang ya. Sebentar lagi akan datang wartawan dari majalah Lives. Dia akan memuat tentang club tarian kita ini dan memasukan di majalahnya"
Semua nampak antusias.
Sudah 2 tahun Maura bergabung dengan club Tari The Shadow ini. Sebuah club tari yang menghimpun anak-anak jalanan untuk bisa menunjukan bakatnya. Tahun yang lalu mereka meraih juara 3 dalam pertandingan dance antar club di kota London ini. Dan sekarang mereka sementara persiapan untuk mengikuti lomba yang sama.
Alan Konlin adalah pemimpin club tari ini. Dan dia adalah pacar Maura. Mereka sudah 6 bulan ini resmi berpacaran. Walaupun Maura sendiri tak mengerti dengan perasaanya pada Alan. Namun ia senang karena Alan sangat mengerti tentang dirinya. Bergabung dengan club ini membuat Maura bisa menghilangkan keinginannya untuk meninggalkan London.
"Good evening"
Sebuah sapaan membuat semua yang ada di ruangan itu menoleh ke arah pintu masuk.
"Alina.....mari masuk!" Alan langsung berdiri melihat siapa yang datang.
Alina, perempuan cantik berusia 29 tahun itu nampak anggun dengan baju casualnya. Rambut coklatnya yang panjang nampak cantik dibiarkan tergerai begitu saja.
"Hallo semua...!" sapa Alina sambil melambaikan tangannya.
Kaki Maura bagaikan kehilangan kekuatan melihat siapa yang berdiri di belakang Alina.
Ben sendiri tak menduga siapa yang akan ditemuinya di club tarian anak jalanan ini.
Mengapa dia bisa ada di sini? Bukankah data yang Joe kirimkan padaku kalau dia adalah putri dari salah satu bangsawan yang ada?
"Saya Alina dan ini teman saya Ben. Dia adalah fotografer." Alina memperkenalkan Ben.
"Honey..., come here." Alan memanggil Maura yang nampak agak pucat.
"Are you sick?" tanya Alan sambil menggenggam tangan Maura.
Maura tersenyum sambil menggeleng. Ia rasanya ingin lari dan meninggalkan ruangan ini. Pandangan mata Ben padanya membuat jantungnya berdetak 3 kali lebih cepat.
Alina pun memulai sesi wawancaranya sedangkan Ben asyik dengan kameranya. Tanpa ada yang tahu kalau cowok ganteng itu kebanyakan mengambil gambar Maura yang kelihatan sangat tidak nyaman duduk di sebelah kekasihnya.
Gadis ini ternyata sudah punya pacar. Ehm.....jadi penasaran saja dengannya batin Ben sambil sesekali mencuri pandang ke arah Maura.
Selesai wawancara, Alina minta difoto bersama seluruh anggota club yang ada.
"Terima kasih ya atas kesediaan kalian untuk diwawancara. Aku senang bisa membagi kisah hidup kalian." Alina menjabat tangan semua yang ada. Demikian juga dengan Ben.
"Aku pikir kamu sakit nona. Tanganmu sangat dingin" ucap Ben selesai berjabat tangan dengan Maura.
Ya Tuhan, aku ingin sekali membunuh laki-laki ini dengan tanganku sendiri batin Maura kesal namun dia berusaha tersenyum.
Hatinya merasa sedikit tenang melihat kepergian mereka.
"Kamu baik-baik saja, babe?" tanya Alan sambil memegang kedua tangan Maura.
"Ya"
"Tapi tanganmu memang sangat dingin." Alan menggosok tangan Maura dengan tangannya sendiri.
"Aku baik-baik saja. Sebaiknya aku pulang. Nanti besok kita latihan lagi" Maura akan beranjak namun Alan menahan pinggangya dan mencium dahi Maura. Saat ia menunduk dan mencium bibir Maura, gadia itu tiba-tiba menolak.
"Why?" tanya Alan sedikit bingung.
"Nggak enak sama teman-teman. Aku pergi dulu ya..." pamit Maura.
Gadis itu melangkah menuju ke tempat motornya diparkir. Membayangkan Ben yang telah menidurinya tadi malam membuat Maura merasa enggan dicium oleh Alan.
Gadis itu memacu motornya dan berhenti di dekat sungai Thames. Entah mengapa ia sangat senang menghabiskan malamnya di sini. Memandang air sungai di malam hari membuatnya merasa tenang.
"Hai sayang....kau mau mengenang tempat kita pertama bertemu?"
Bahasa Indonesia yang diucapkan dengan aksen orang Inggris membuat Maura merinding mendengarnya.
Ia membalikan badannya dan menemukan cowok itu sudah berdiri didepannya dengan kedua tangan dimasukan ke dalam saku celananya.
#jangan lupa di like dan komentarnya dong...
#makasi atas kesediaannya membaca
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
gia nasgia
pertemuan yg ke tiga... maut siap aja kamu akan takluk dgn pesonanya si tengil,
2024-09-25
0
Iis Mansyur
keren bangeeetttt
2022-12-24
1
HazëL
tengil betul rupanya si Ben ini bah. tp ucul 😆
2022-10-07
0