Seharusnya Alex menyadari kehadiran mereka saat dua kuda berjalan ke arah kediamannya. Gadis itu terlihat mencolok dengan rambut putihnya, meskipun ia sudah mengenakan tudung untuk menyembunyikan penampilan dirinya.
Ia buru-buru membukakan pintu masuk saat ia melihat keberadaan Lord itu. Tak pernah sekalipun tuannya itu mengunjunginya, kecuali kalau ia memiliki kabar buruk, atau singgah untuk sementara karena memiliki urusan di kota ini.
“Pagi, Lord,” sapa Alex saat kedua orang itu sudah memasuki pondok rumahnya. Alex segera membantu si kakek melepaskan jubah kumalnya, lalu pergi ke arah dapur untuk membuatkan teh atau makanan kecil lainnya untuk memuaskan tuannya.
“Tidak usah, Alex,” kata kakek itu sambil tersenyum. Pria tua itu langsung duduk di atas sofa, lalu memejamkan matanya.
Wajahnya menunjukkan ekspresinya yang kelelahan. Kantong mata sudah menghiasi mata kakek itu yang berkerut karena efek usia. Tak biasanya pemimpinnya berpenampilan seperti itu. “Aku hanya mampir untuk sejenak.”
“Ah,” Alex mengangguk tanda mengerti. Matanya kemudian melirik gadis itu, teman yang sudah ia kenal sejak ia bergabung menjadi anggota Sapphire Blood, lebih tepatnya 7 tahun. Teman yang tanpa izin darinya sudah menggeladah isi rumahnya. Ia sibuk menyentuh pajangan mahal miliknya. Patung singa yang dicurinya dari seorang Lord yang waktu itu menerobos masuk rumahnya sambil mabuk-mabukan.
Alex menggunakan kesempatan itu untuk mencuri barang berharga miliknya, sebagai hukuman karena sudah seenaknya menginjak kaki di pondok kecilnya.
“Ini punyamu?” Gadis itu menyipitkan matanya, kemudian dengan kasarnya menaruh kembali patung mini singa itu karena matanya sudah melihat benda lain yang jauh lebih menarik. Potret lukisan seorang Lord dan Lady yang merangkul bayi kecil. Lukisan yang juga dicurinya tahun lalu di sebuah museum.
“Jangan sentuh itu.”
Gadis itu menaikkan sebelah alisnya. “Hoo…memangnya ini punyamu?” Ia menyeringai, kemudian sengaja menyentuh lukisan itu dengan ujung jarinya. “Aku yakin kamu mencuri semua barang berharga ini, Alex.”
Kemudian, Srreett!! Lukisan itu disobek oleh belati kecil yang entah muncul darimana.
“Dasar j*l*ng!” Alex menghampirinya, kemudian sudah mendaratkan tinju ke wajah gadis itu. Gadis itu ternyata mampu menghindari serangannya dengan cepat, sehingga terjadilah pertengkaran dadakan.
Dalam sekejap mata, tubuh mereka sudah terguling-guling di atas lantai, dengan tubuh gadis itu di atasnya. Gadis itu melukai pipinya dengan belati, sedangkan Alex sibuk menjambak rambut panjangnya yang menyebalkan.
“Kalian ini,” si kakek tidak melerai mereka. Ia malah menghampiri mereka, kemudian berjongkok di samping. “Aku tidak punya waktu lagi untuk mengubur mayat. Jadi jangan ada nyawa yang melayang lagi.” Ia lalu menghilang di balik dinding yang memisahkan ruangan tamu dengan ruangan santai.
“Lepaskan aku!” Teriakan gadis itu sampai menulikan telinganya. Mukanya sampai memerah, dan ia meringis kesakitan karena rambutnya dijambak. Gadis itu menyikut dadanya dengan kasar, dan akhirnya cengkeramannya terlepas dari rambutnya.
Gadis itu buru-buru berdiri, kemudian menodongnya dengan belatinya. “Aku tidak peduli kalau kamu hanyalah Juniorku, Alex. Tapi aku tak akan segan-segan menyerangmu dengan belatiku.”
“Lagipula kenapa kamu melakukan itu?!” Alex juga berdiri, kemudian memandang gadis itu dengan amarah. “Kamu seenaknya merusak lukisan mahal itu-“
“Aku cuma melihatnya sebentar!” Tanpa rasa bersalah, gadis itu merapikan rambutnya yang acak-acakan. “Nanti juga kamu bisa curi lagi.”
Alex mengepalkan tangannya. Memangnya dipikir mudah untuk mencuri? Ia sudah salah membuka pintu masuk untuk gadis kasar ini.
***
Liana terus memperhatikan gerak gerik Alex. Alex Sebastian, teman lamanya yang sudah lama tidak ia temui. Alex adalah salah satu anggota Sapphire Blood. Ia baru bergabung dengan mereka 7 tahun yang lalu, sedangkan Liana sudah menjadi anggota kelompok penjahat ini sejak ia lahir.
Kata Lordnya, Liana adalah cucunya sendiri. Ibunya telah meninggal saat ia melahirkannya, sedangkan Ayahnya sudah menelantarkan Ibunya sendiri saat tahu bahwa istrinya adalah mantan Sapphire Blood.
Liana tertawa kecil. Ibunya dulu sampai mengkhianati Ayahnya sendiri alias kakeknya yang sudah berkedudukan sebagai Ketua kelompoknya. Ia rela keluar dari kelompok ini demi membangun kehidupan rumah tangga bersama suami yang dicintainya itu.
Liana tahu semua itu sia-sia, karena pada akhirnya, suaminya meninggalkannya, meskipun ia sudah menjadi mantan anggota. Siapa yang mau mempunyai istri yang dulunya seorang penjahat? Lebih baik Ayahnya meninggalkan istrinya dan mencari istri baru.
Liana menggeleng-geleng, tidak mau memikirkan latar belakang keluarganya lagi. Baginya, itu adalah aib terbesarnya. Itu adalah hal yang bisa menjatuhkan reputasinya sebagai seorang anggota Sapphire Blood. Ia malu sudah memiliki kedua orangtua yang lemah.
"Aku tidak akan menjadi lemah seperti kalian," bisik Liana kepada dirinya sendiri. "Akan kubuktikan bahwa aku berbeda. Akan kubuktikan bahwa aku bisa menjadi anggota terhebat di Sapphire Blood. Tidak akan ada yang berani menentangku. Aku bertekad untuk membuat King menunduk kepadaku," katanya sambil tertawa jahat.
"Sedang berlatih bermain drama ya?" Tanya temannya yang ternyata sudah duduk disampingnya.
Sontak Liana terkejut dan langsung merasa malu.
"Tak perlu merasa malu," kata Alex lagi sambil menyengir. "Setahuku, kau memang tidak punya rasa malu."
"Diam kau!" Liana sudah kembali merogoh sakunya untuk mengeluarkan belati miliknya. Belati super langka, belati yang dulunya milik Ibunya. Belati ini merupakan warisan turun temurun pemimpin Sapphire Blood. Saat ini, Lordnya sudah memberikannya kepadanya. Bukan karena ia sekarang adalah pemimpinnya, melainkan ia satu keturunan darah dengannya.
Liana juga bertekad akan sukses dan membuat kakeknya bangga. Kemudian, ia bisa naik jabatan dan akhirnya menjadi pemimpin Sapphire Blood, sama seperti kakeknya yang tak kenal ampun.
Tapi sekarang, dirinya bahkan sudah dibuat kewalahan dan panik karena tidak menemukan keberadaan belati itu di kantungnya.
"Mencari ini?" Alex tiba-tiba menaikkan sebuah belati familiar. Belati miliknya karena ia mengenali safir hijau itu.
"Dasar, kau ini-"
"Makanya jangan melamun," Alex sudah menjulurkan lidah.
"Kapan kau mengambilnya?!" Hardik Liana.
"Hmm, kapan ya?"
Liana merasa geram. Saat ia hendak mengambil kembali belati itu, Alex sudah menyingkir dan berlari menjauhinya.
"Jangan ragukan kemampuan seorang pencuri," lanjut temannya lagi sebelum ia berlari membawa belati kesayangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Bagus Effendik
semangat ya thor
2021-01-10
1
ARSY ALFAZZA
like like 👍
2021-01-02
0
༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐
Hahahaha...
Persahabatan yang luar biasa 🥴
2020-12-02
1