Selesai makan siang, Alia langsung menuju tempat laundry dan di antar oleh Andra.
" Andra, kamu tolong berikan makan siang untuk Ayah ya. Kakak kerja dulu." Kata Alia yang turun dari motor Andra.
" Iya, Kak. Tenang saja."
" Kalau bisa kamu jangan terlalu larut pulangnya ya, kasihan Ayah."
" Iya. Andra usahakan. Andra pulang dulu ya, assalamualaikum."
" Waalaikumsalam, hati-hati ya kamu." Andra segera pulang dan Alia segera mulai untuk bekerja.
" Assalamualaikum," sapa Alia.
" Waalaikumsalam. Eh kamu, Al. Ayo cepat bantuin. Ini ada baju milik pelanggan harus selesai hari ini. Katanya mau di pakai acara nanti malam," kata Santi.
" Yang lain mana, Mbak?"
" Nggak tahu nih, mereka kompakan pada nggak masuk. Nanti kalau udah selesai, langsung kamu antar ya ke rumahnya."
" Siap, Mbak." Jawab Alia dengan semangat. Alia hari ini bekerja begitu keras. Sementara Andra sesampainya di rumah, segera menyiapkan makan siang untuk Ayahnya.
" Nak, ini makanan mahal. Kamu dapat uang darimana?"
" Ayah, Andra dapat uang dari teman-teman Andra. Soalnya kan Andra bantuin mereka belajar jadi Andra di kasih uang. Mereka anggap Andra jadi guru privat, jadinya ya gitu, Yah. Nggak apa-apalah kita sekali-kali makan enak, Yah."
" Lalu Kakak kamu?"
" Kakak tadi udah makan sama Andra terus Andra antar Kak Alia ke loundry langsung."
" Oh jadi itu alasan kamu pulang larut terus."
" Maaf ya, Yah. Andra juga kasihan sama teman-teman. Lagian cuma empat jam aja, Yah. Andra kan juga tetap bisa belajar," kata Andra yang berbohong.
" Ya sudah kalau begitu, kamu jaga kesehatan."
" Ya udah kalau gitu Andra berangkat dulu ya, Yah. Assalamualaikum," Kata Andra sambil mencium punggung tangan Ayahnya.
" Hati-hati, Nak. Waalaikumsalam." Andra pun segera bergegas menuju cafe.
"Ya Allah, maafkan aku jika harus berbohong. Kasihan Kak Alia kalau harus bekerja sendiri. Apalagi aku adalah anak laki-laki, mana mungkin membiarkan Kak Alia bekerja sendirian. Sementara Ayah butuh kontrol setiap bulannya." Gumam Andra dalam hati.
-
Jam menunjukkan pukul 5 sore. Pekerjaan Alia pun selesai.
" Mbak mana alamatnya?" tanya Alia pada Mbak Santi, seniornya.
" Itu, Al ada di buku kok catatannya. Namanya Tuan Elvan. Kamu hati-hati ya, itu baju mahal banget."
" Emangnya di rumah nggak ada pembantu apa, Mbak? dari bajunya sih milik orang kaya." Kata Alia sembari menulis alamat rumah Elvan.
" Mana aku tahu, Al. Tadinya baju itu kayak ketumpahan kuah masakan. Dan yang ngantar kesini Ibu-ibu gitu. Baru pertama kali sih kesini dan mintanya hari ini selesai, soalnya jam 7 malam mau di pakai acara." Kata Mbak Santi yang tetap fokus menyetrika baju.
" Oh gitu. Ya udah Mbak, yang penting kan loundry kita laku."
" Iya, benar. Stelan jas mahal gini, kamu harus hati-hati bawanya. Jangan sampai kotor. Itu kunci motornya ada di meja."
" Siap. Aku pergi dulu ya, Mbak. Assalamualaikum."
" Waalaikumsalam."
Alia segera menuju alamat rumah Elvan. Alia sama sekali belum tahu Elvan itu siapa. Karena bagi Alia, ia hanya fokus untuk kuliah. Bahkan teman laki-lakinya yang akrab hanyalah Rendra. Setelah perjalanan kurang lebih dua puluh menit, Alia tiba di rumah mewah Elvan.
" Ya Allah, bagus banget rumahnya. Baju satu stel aja di bawa ke loundry, emang nggak bisa nyuci apa," gumam Alia dalam hati.
" Ada perlu apa, Mbak? tanya satpam yang ada di rumah Elvan.
" Oh, mau antar laundry, Pak. Apa benar ini rumah Tuan Elvan?"
" Iya, benar. Sebentar ya, saya buka dulu gerbangnya." Pak Satpam segera membuka gerbang rumah Elvan yang besar itu.
" Terima kasih, Pak."
" Lewat belakang ya, Mbak."
" Oh iya, Pak." Alia pun segera lewat belakang dan pintu itu tembus dapur.
" Assalamualaikum," kata Alia sembari celingak celinguk.
" Waalaikumsalam," sahut Bi Marni.
" Mbak Loundry ya?"
" Iya, Bu."
" Jangan panggil, Bu. Panggil Bi Marni aja."
" Oh iya, Bi Marni. Ini setelan jasnya."
" Ya ampun, akhirnya bisa bernafas lega. Kalau Den Elvan tahu bisa ngamuk." Kata Bi Marni dengan cemas.
" Kenapa tidak di cuci di rumah saja, Bi."
" Tadinya gitu, Mbak. Tadinya Aden suruh cuci, eh nggak sengaja ketumpahan kuah sayur. Daripada Tuan marah, jadi diam-diam saya bawa ke loundry aja. Dan maaf ya kalau Mbak harus lewat belakang."
" Nggak apa-apa, Bi. Kalau begitu saya permisi dulu ya. Assalamualaikum," pamit Alia.
" Waalaikumsalam, Mbak. Terima kasih ya, Mbak."
" Sama-sama, Bi." Alia pun segera berlalu meninggalkan rumah Elvan. Namun langkahnya terhenti saat sebuah mobil sport berhenti di depannya. Elvan keluar dari mobilnya dalam keadaan mabuk.
" Hah? dia?" gumam Alia tidak menyangka.
" Hei, elo? ngapain elo ada di rumah gue?" kata Elvan dengan suaranya yang mabuk, bahkan untuk berdiri pun tidak bisa tegap.
" Astaghfirullah, amit-amit punya suami kayak dia. Tampan dan kaya memang tapi nggak ada akhlak," gumam Alia sembari mengetukkan kepalan tangannya pada kepala. Alia melanjutkan langkahnya dengan cuek melewati Elvan. Namun tiba-tiba tubuh Elvan terhuyung ke depan menimpa tubuh Alia. Seketika Alia membelalakkan matanya. Reflek Alia mendorong tubuh Elvan hingga Elvan terjatuh. Dan tidak sengaja pelipisnya terbentur batu hias besar, yang berbentuk bulat seperti bola di halaman rumahnya.
" Ya Allah, berdarah. Aduh gimana nih?" kata Alia panik.
" Tolong, tolong," teriak Alia minta tolong.
" Ada apa, Mbak?" tanya Pak Danu, satpam.
" Itu jatuh." Tunjuk Alia dengan panik.
" Astaga, Den Elvan," seru Pak Danu.
" Hah? Elvan? dia?" gumam Alia penuh rasa terkejut. Pak Danu lalu segera membopong Elvan menuju kamarnya. Alia yang merasa bersalah mengikuti Pak Danu. Bi Marni yang melihat Alia mengekor Pak Danu yang membopong Elvan, kemudian merasa cemas dan segera menyusul. Pak Danu segera melepaskan sepatu dan menyelimuti Elvan.
" Ya ampun, Den. Kenapa sih mabuk-mabukan terus," kata Pak Danu dengan suara sedih.
" Pak Danu, kenapa Den Elvan?" sahut Bi Marni yang panik.
" Mabuk dan ini sampai jatuh. Itu pelipisnya berdarah."
" Pak, Bi. Maafkan saya ya. Saya nggak sengaja mendorongnya karena tiba-tiba jatuh menimpa saya. Saya pikir, Tuan mau macam-macam. Tapi saya akan tanggung jawab. Saya akan mengobati lukanya," kata Alia dengan rasa bersalah.
" Iya, Mbak. Bukan salah Mbak juga. Den Elvan emang begini hobinya." Kata Pak Danu.
" Ya sudah, Mbak. Saya ambil kotak P3K dulu ya."
" Iya, Bi."
" Saya ke depan dulu ya, Mbak."
" Iya, Pak. Maafkan saya, ya." Ucap Alia penuh sesal. Alia dengan panik mengirim pesan pada Santi.
*Maaf mbak, baju udah sampai dengan selamat. Tapi aku ijin langsung pulang ya. Tiba-tiba nggak enak badan. Nanti kalau udah enakan motornya aku kembaliin atau biar Andra yang mengantarnya
baiklah cepat sehat, kerjaan banyak (jawaban Santi*)
" Ini P3Knya, Mbak." Kata Bi Marni.
" Terima kasih ya, Bi." Alia segera membersihkan luka di pelipis Elvan. Kemudian Alia memplester pelipis Elvan. Sementara, sedari tadi Bi Marni memperhatikan Alia yang begitu sabar dan telaten mengobati luka Elvan.
"Bi, sudah selesai. Dan sebentar lagi Maghrib. Saya boleh pulang kan?"
" Iya, Mbak. Terima kasih ya."
" Tidak usah terima kasih, Bi. Saya yang sudah membuat Elvan seperti ini. Sebenarnya kami satu kampus."
" Oh begitu. Ya sudah nggak apa-apa, Mbak." Jawab Bi Marni. Saat Alia akan beranjak dari sisi tempat tidur, tiba-tiba Elvan menarik tangan Alia.
" Ma, jangan pergi. Jangan tinggalin, Elvan," kata Elvan yang mengigau. Elvan dengan erat menggenggam tangan Alia.
" Bi, tangan saya di pegang. Ini sudah adzan Maghrib." Kata Alia dengan panik.
" Mbak sholat di sini saja. Nanti saya ambilkan mukena. Tunggu ya." Kata Bi Marni yang meninggalkan kamar Elvan. Alia lalu berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Elvan.
" Ya Allah maafkan aku, ini bagaimana tangannya nggak bisa di lepas," gumam Alia dalam hati sembari berusaha melepas cengkraman tangan Elvan.
" Elvan butuh, Mama." Rintih Elvan kembali. Kini terlihat air mata menetes dari mata Elvan yang terpejam. Melihat itu, Alia tiba-tiba merasa ada sesuatu yang menjadi beban dalam hidup Elvan. Alia pun berhenti memberontak dan membiarkan tangan Elvan menggenggamnya karena genggaman tangan Elvan semakin kuat.
" Mbak, ini mukenanya." Kata Bi Marni.
" Terima kasih, Bi."
" Saya tinggal dulu ya, Mbak."
" Bi, pintunya di buka saja ya."
" Oh, iya, Mbak."
next?? tungguin yaaa....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Yani
Si bibi kenapa di tinggalin Alya nya
2023-01-21
0
Aliya Jazila
menghindar tapi malah bersama
2022-12-02
0
🌸 andariya❤️💚
next kak...💜💜💜
2022-01-01
1