Kini, Elvan, Leon dan Fandi tengah berada di tempat parkir khusus mobil mereka.
" Eh tuh cewek cantik juga sih," ceplos Leon.
" Iya juga sih tadi pas kita papasan sama dia, gue sempat curi pandang," sahut Fandi.
" Apaan sih kalian? nggak ada omongan yang lebih penting," ketus Elvan sembari masuk ke dalam mobilnya. Leon dan Fandi saling pandang dan saling melempar senyum. Mereka segera memasuki mobil mereka masing-masing. Saat melewati gerbang kampus, mereka melihat Alia berdiri di depan gerbang. Leon yang iseng berhenti di samping Alia. Sementara mobil Elvan berada di belakang mobil Leon dan Fandi. Sepertinya Leon dan Fandi sengaja menghadang Elvan. Ingin sekali Elvan menyalip mobil Leon dan Fandi karena tidak ada gunanya bermain-main seperti itu. Leon lalu menurunkan kaca mobilnya.
" Hai, nungguin siapa?" tanya Leon. Mendengar ada yang bertanya padanya, Alia pun menoleh.
" Assalamualaikum," kata Alia. Mendengar ucapan Alia, tiba-tiba Leon menjadi kikuk.
" Wa.. alaikumsalam," jawab Leon. Tin tin tin tin tin, bunyi klakson mobil Elvan memekakkan telinga.
" Buruan, woi. Ngapain sih kalian," teriak Elvan sembari menjulurkan kepalanya keluar jendela mobilnya.
" Buang, buang waktu saja. Ayo cepat," sambung Elvan yang semakin kesal.
" Iya, iya," sahut Leon. Leon pun menutup kaca mobilnya dan segera melajukan mobilnya sembari melambaikan tangannya pada Alia. Alia hanya mengangguk sembari melempar senyum. Elvan melirik sinis saat melewati Alia dan Alia hanya menatap mobil Elvan.
" Huh, sombong sekali itu yang belakang. Apa hanya karena tadi, dia marah ya." Gumam Alia.
" Kakak," sapa Andra.
" Assalamualaikum," sahut Alia mengingatkan.
" Hehe iya, maaf. Assalamualaikum."
" Waalaikumsalam," jawab Alia.
" Ayo, Kak. Aku antar pulang, ini helmnya." Kata Andra. Alia lalu menaiki motor bersama Andra.
" Andra, kamu belajar kelompok lagi?" tanya Alia.
" Iya, Kak. Tugas ku banyak sekali. Oh ya hari ini, aku traktir makan siang gimana?"
" Memangnya kamu ada uang?"
" Ada, Kak. Kakak tenang saja. Teman-teman ku yang minta di ajari, ngasih aku uang, Kak. Uang jajan."
" Kamu memeras mereka ya?" tuduh Alia.
" Kakak ini keterlaluan. Masak iya aku memeras mereka. Aku awalnya nolak tapi mereka maksa, Kak. Ya kata mereka, anggap aja sebagai uang les privat. Kakak kan tau, kalau aku siswa teladan." Kata Andra sambil tetap fokus membawa motornya.
" Hehehe iya, iya. Kakak percaya kalau kamu siswa teladan. Kakak cuma bercanda," goda Alia dengan tawa kecilnya. Andra lalu membawa Alia ke sebuah cafe. Cafe yang menurut Alia itu cukup mewah.
" Andra, kok ke cafe? masakan Padang udah cukup, lho. Sayang uangnya, Andra. Kan bisa di tabung."
" Kak, udah lah. Sekali-kali nggak apa-apa kan. Nanti kita bungkus buat Ayah juga." Alia hanya bisa mengalah dan menuruti keinginan Andra. Andra lalu memilih tempat di sudut ruangan dekat jendela. Pelayan pun datang sambil membawakan buku menu. Andra segera memesankan makanan dan Alia pun hanya mengikuti apa yang di pesan oleh Andra. Tak lama kemudian dua cappucino float dan dua porsi beef steak tersaji untuk mereka.
" Andra, bukankah ini mahal?"
" Kak, nggak apa-apa. Aku kan sekali-kali ingin membuat Kakak makan seperti ini. Nanti kita bungkus untuk, Ayah."
" Kamu, sekarang sudah dewasa ya," kata Alia dengan kagum sembari mengusap kepala adiknya.
" Ayo kita berdoa dulu." Ajak Andra. Mereka berdua menengadahkan tangan untuk berdoa bersama, setelah itu segera menyantapnya. Alia melihat Andra makan dengan berantakan, Alia mengambil tisu dan menyeka sisa makanan yang menempel di bibir Andra.
" Udah gede, makan masih belepotan aja." Kata Alia. Andra hanya menyunggingkan senyumnya.
" Gimana, Kak? Kakak suka suasananya?"
" Iya. Desainnya vintage yang unik dan banyak tanaman gantung, membuat suasana menjadi asri dan natural."
" Dan suatu saat, aku ingin memiliki cafe seperti ini, Kak. Aku ingin menjadi pengusaha cafe. Doain aku ya, Kak."
" Amin, Kakak selalu membawa nama kamu di dalam sujud Kakak." Kata Alia sembari menggenggam tangan Andra. Rupanya ada tiga pasang mata yang mengawasi Alia dan Andra dari tadi. Siapa lagi kalau bukan Elvan, Leon dan Fandi. Mereka bertiga kompak senyum sinis. Dan mereka bertiga ternyata ada di cafe yang sama dengan Alia
" Wah, dia sudah punya pacar. Lihat, mereka romantis sekali," sahut Fandi. Mereka menganggap Andra pacar Alia karena Andra menyembunyikan seragamnya di balik jaket yang ia kenakan.
" Iya. Kita nggak jadi deh taruhan," timpal Leon dengan kecewa.
" Hhh, cewek kayak gitu yang kalian anggap alim. Alim apanya? sama aja kayak cewek lain. Dia juga pacaran, pegangan tangan, pakai usap kepala lagi, jijik banget. Makanya gue ogah dan males. Mereka itu munafik, mungkin hijabnya hanya sebagai fashion saja. Udah jelas mereka yang nggak pakai hijab lah, mereka apa adanya. Nah kayak gitu, berlagak alim doang," ketus Elvan.
" Justru itu, sekarang kita goda dia. Dia goyah nggak sama kita, kalau emang dia punya pacar. Dia gampangan nggak," sahut Leon.
" Setuju, gue juga penasaran sih. Cewek kayak gitu gimana." Timpal Fandi.
Selesai makan dan membawa bungkusan beef steak, Alia dan Andra segera pulang. Andra membantu Alia memakai helm. Alia lalu duduk menyamping sambil memegang pinggang Andra. Leon dan Fandi menatap kepergian Alia dan Andra.
" Wah, romantis sekali mereka. Jaman sekarang masih ada, cewek di ajak naik motor mau. Apalagi motor butut gitu," sahut Fandi.
" Iya juga ya, sedangkan cewek yang dekatin kita karena wajah dan kekayaan kita." Timpal Fandi. Sementara Elvan fokus pada makanannya tanpa mempedulikan ocehan kedua sahabatnya yang tidak penting.
" El," suara seorang wanita membuat Elvan menghentikan makan siangnya.
" Siapa kamu?" tanya Elvan sembari meminum jus yang ada di hadapannya.
" Aku Clara, aku yang waktu itu di klub. Kamu janji mau ngajak aku jalan." Kata Clara si cewek seksi. Elvan pun mencoba mengingatnya. Leon dan Fandi pun melongo, melihat cewek seksi di hadapannya dengan pakaian minim.
" Oh iya, aku ingat. Kamu yang waktu kita dansa itu kan."
" Aku coba hubungi handphone kamu tapi nggak bisa. Terus kebetulan aku kesini dan lihat kamu. Sekalian aja aku tagih janji kamu."
" Oh, sorry. Handphone aku mati, lupa nge-cas" kata Elvan yang menunjukkan kalau handphonenya mati.
" Oke, ayo kita jalan," sambung Elvan yang beranjak dari duduknya lalu merangkul pinggang Clara.
" Owh, kamu terlalu agresif," kata Clara dengan suara mendesah.
" Owh, so seksi," kompak Leon dan Fandi. Elvan lalu meninggalkan cafe bersama Clara.
" Gokil, gokil, gokil. Benar-benar gokil si Elvan. Makin brengsek aja tuh, anak." Sahut Leon dengan heboh.
" Kalau nggak kayak gitu, bukan Elvan namanya."
" Dia selalu beruntung mendapatkan yang bening-bening tahu."
" Udahlah, kalau gitu ayo kita pergi mencari wanita. Daripada elo panas dingin dan tegang gitu," goda Fandi sambil merangkul Leon.
" Ahhh, tahu aja, Lo. Ayo cabut," sahut Leon dengan semangat. Fandi terkekeh dengan sikap Leon yang selalu apa adanya itu.
ayo dukung karya ketiga author ini ya, jangan lupa like, komen dan votenya yaa, makasih 🙏❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Yani
Dasar Elvan buaya buntung
2023-01-21
0
🌸 andariya❤️💚
lanjutkan, semangat kak 👍👍💪💪🥰
2022-01-01
1
🌸 andariya❤️💚
Elvan..Playboy cap...kadal hahaha hahaha hahaha 😀😀😀😀🤭
2022-01-01
1