Chapter 2: Seni Memanipulasi Karma

Keesokan harinya, tepat saat fajar menyingsing, sebuah notifikasi singkat muncul di bidang pandang Li Fan.

[Pembaruan Sistem...]

[Fitur Tugas Resmi Dinonaktifkan.]

[Sistem sekarang beroperasi dalam mode pasif. Semua Poin Pengaruh akan diberikan berdasarkan penilaian sistem terhadap dampak tindakan pengguna, tanpa panduan atau tujuan yang ditetapkan sebelumnya.]

[Selamat berburu, Pengguna.]

"Bangs*t," sumpah Li Fan pelan, sendok kayunya berhenti di atas bubur yang hambarnya. Fitur tugas itu adalah satu-satunya petunjuk nyata yang dia miliki. Sekarang, dia benar-benar buta. Berapa banyak poin yang akan dia dapatkan karena menyelamatkan Old Man Zhang? Seratus? Lima puluh? Sepuluh? Atau... mungkin tidak sama sekali?

Kepastian 120 poin dari kemarin tiba-tiba terasa seperti harta karun yang tak ternilai.

Dia menyelesaikan makannya dengan cepat, pikirannya berputar kencang. Sistem ini seperti bos yang kejam: "Lakukan sesuatu yang besar, tapi aku tidak akan memberitahumu apa yang kuanggap 'besar', dan aku juga tidak akan memberitahumu berapa upahmu."

Dia perlu bereksperimen. Dia perlu menemukan "nilai tukar" yang tidak terlihat dari dunia ini.

Old Man Zhang menemukannya di dekat dapur, wajahnya masih bersinar dengan kelegaan dan energi baru. "Li Fan! Li Fan! Elder Pengelola memberiku sepetak tanah kecil untuk kukelola sendiri! Dan... dan ini." Dia dengan malu-malu mengulurkan sepotong kue beras yang dibungkus daun. "Ini jatahku. Kau... kau harus membaginya."

Kebaikan hati, pikir Li Fan. Tapi berapa poinnya? Dia menerima kue itu dengan senyum. "Terima kasih, Old Man Zhang. Tapi jaga saja tenagamu. Kau masih perlu pulih."

[Perbuatan Baik Kecil: Menerima Rasa Terima Kasih. Poin Pengaruh: +0.1]

Li Fan hampir tersedak. NOL KOMA SATU? Jadi, dia butuh sepuluh ribu perbuatan baik kecil seperti ini hanya untuk naik dari Kayu Rendah? Itu gila. Sistem ini jelas tidak menghargai amal biasa. Ini menginginkan gelombang kejut. Ini menginginkan revolusi.

Dia tersenyum getar kepada Old Man Zhang dan berbalik, hatinya berat. Pendekatan langsung tidak akan membawanya ke mana-mana.

Sepanjang hari, saat dia melakukan tugasnya yang membosankan—mencangkul, menyiangi, mengairi—pikirannya bekerja tanpa henti. Dia mengamati. Dia mendengarkan. Dia adalah seorang analis data dalam kehidupan sebelumnya, dan sekarang dia mengumpulkan data tentang dunia barunya.

Dia memperhatikan bagaimana para murid Outer Court dengan akar Perak dan Emas memonopoli Pil Spirit Rendah mereka. Dia melihat bagaimana sistem distribusi makanan tidak efisien, menyebabkan beberapa orang kelaparan sementara yang lain menyia-nyiakan makanan. Dia mendengar desas-desus tentang persaingan antar kelompok murid, tentang perselisihan sepele yang bisa berubah menjadi pertempuran.

Ini bukan sekte; ini adalah pasar saham mikro dengan kekuatan sebagai mata uangnya, dan dia adalah seorang analis yang tidak memiliki modal.

Di penghujung hari, kakinya pegal dan pikirannya lelah, tapi dia memiliki benih sebuah rencana. Bukan rencana untuk menjadi pahlawan, tapi rencana untuk menjadi katalis.

Dia mendekati seorang murid Outer Court yang cemberut, bernama Wang, yang bertugas mengawasi gudang alat. Wang dikenal mudah marah dan iri pada mereka yang lebih beruntung darinya.

"Senior Wang," panggil Li Fan dengan suara hormat.

"Apa yang kau inginkan, sampah?" geram Wang tanpa melihatnya.

"Saya hanya memperhatikan... Senior pasti sangat frustrasi. Bertanggung jawab atas semua alat, tapi jatah Pil Spirit Senior tidak lebih banyak dari murid lain yang hanya bertugas menjaga gerbang. Padahal, tugas Senior jauh lebih berat."

Wang berhenti memeriksa catatannya dan menatap Li Fan. Matanya menyipit. "Kau pikir aku tidak tahu itu? Apa maksudmu?"

"Tidak ada, Senior." Li Fan mengangkat tangannya dengan takut. "Saya hanya... berpikir keras. Bagaimana jika para senior yang bertugas di pos-pos kunci seperti gudang, dapur, dan perpustakaan membentuk... semacam 'aliansi'? Untuk saling mendukung. Mungkin menukar jatah, atau setidaknya memastikan tidak ada yang dirugikan."

Dia tidak menyarankan pemogokan. Itu terlalu berisiko. Dia hanya menanamkan ide gagasan tentang solidaritas di antara para pekerja yang diremehkan.

Wang terdiam sejenak, wajahnya keruh. "Pergilah. Omong kosong."

Tapi Li Fan bisa melihat roda yang berputar di kepalanya. Benih itu telah tertanam.

Kemudian, dia pergi ke dapur, di mana seorang koki yang kelebihan berat badan mengeluh tentang kurangnya bumbu.

"Paman Koki," katanya, "saya perhatikan ada banyak jamur liar yang tumbuh di dekat mata air di lereng bukit timur. Mungkin bisa menambah rasa?"

Si koki mendengus. "Jamur? Kau pikir ini tempat makan kelas rendah?"

"Tapi... dengan rasa baru, mungkin bahkan Elder akan memperhatikan. Meningkatkan status dapur..."

Si koki meliriknya, lalu kembali ke wajan. Tapi keesokan harinya, Li Fan melihat seorang pelari dikirim ke lereng bukit timur.

Dia tidak melakukan apa pun secara langsung. Dia hanya... menyarankan. Menghubungkan titik-titik. Memberikan solusi kecil untuk masalah kecil, dengan harapan solusi itu akan menciptakan riak.

Dua hari berlalu tanpa pemberitahuan poin. Keraguan mulai menyusup. Mungkin idenya salah. Mungkin sistem hanya menghargai tindakan langsung dan dramatis.

Pada hari ketiga, keributan pecah di halaman. Senior Wang dan beberapa murid Outer Court lainnya dari pos kunci berdiri berhadapan dengan sekelompok murid dari faksi "Anak-Anak Berbakat", yang akar spiritualnya lebih tinggi.

"Kami muak jatah kami dipotong sementara kalian bersenang-senang!" teriak Wang, berani karena dukungan di belakangnya.

"Kau pikir siapa dirimu, sampah?" sergah pemimpin kelompok berbakat itu.

Tapi kali ini, Wang tidak mundur. Murid-murid dari dapur dan perpustakaan berdiri di sampingnya, membentuk blok yang bersatu. Itu bukan pemberontakan, tapi itu adalah tantangan terbuka pertama terhadap hierarki yang ada.

Konflik itu akhirnya diredakan oleh seorang Elder, tapi tidak sebelum semua orang menyadari bahwa para "pekerja" ini telah mengembangkan gigi.

Malam itu, ketika Li Fan berbaring di balai jeraminya, notifikasi yang sangat dinantinya akhirnya muncul.

[Riak Perubahan Terdeteksi.]

[Konflik Sosial yang Diinduksi Pengguna telah mengganggu keseimbangan kekuatan internal Sekte Awan Yang Bergejolak.]

[Dinilai: Dampak Kecil pada Struktur Kekuatan Sekte.]

[Poin Pengaruh: +25]

[Total Poin Pengaruh: 145]

Dua puluh lima poin. Tidak sebanyak menyelamatkan hidup seseorang, tapi jauh lebih efisien. Dia tidak mempertaruhkan nyawanya. Dia hanya menggunakan kata-kata.

Dia tersenyum di kegelapan. Ini bukan tentang menjadi pahlawan atau penjahat. Ini tentang menjadi arsitek. Dia tidak perlu mengayunkan pedang; dia hanya perlu mendorong batu pertama, dan menyaksikan efek domino itu jatuh.

Dia sekarang memahami aturan permainan dengan lebih jelas. Sistem ini menghargai gangguan terhadap tatanan yang ada. Semakin mapan struktur yang diguncang, semakin banyak poin yang dihasilkan.

Mata Li Fan berbinar dengan tekad dingin. Sekte Awan Yang Bergejolak ini hanyalah papan catur pertamanya. Dan dia baru saja mempelajari cara memindahkan bidaknya.

Dia menutup matanya, bukan untuk bermeditasi, tapi untuk merencanakan. Langkah selanjutnya. Gelombang keikut berikutnya. Dunia mengira dia hanyalah sebutir pasir. Tapi dia akan membuktikan bahwa sebutir pasir yang tepat, pada tempat yang tepat, dapat memicu longsoran.

Episodes
1 Prolog: Kontrak Pengubah Takdir
2 Chapter 1: Negosiasi dengan Takdir Tua
3 Chapter 2: Seni Memanipulasi Karma
4 Chapter 3: Ekonomi Sebutir Pil Spirit
5 Chapter 4: Pasar Gelap dan Buku Catatan
6 Chapter 5: Catur dan Tikus
7 Chapter 6: Badai dalam Cangkir Teh
8 Chapter 7: Ketika Gajah Mengamuk, Rumput yang Tersisa Akan Tumbuh Subur
9 Chapter 8: Titik Kritis
10 Chapter 9: Sebatang Bambu di Tengah Badai
11 Chapter 10: Kembali sebagai Peramal Kacau
12 Chapter 11: Mata-Mata di Balik Jubah Pertapa
13 Chapter 12: Akar yang Merayap di Bawah Istana
14 Chapter 13: Badai di Atas Awan yang Tenang
15 Chapter 14: Katalis di Dalam Gua
16 Chapter 15: Mata Baru untuk Melihat Dunia
17 Chapter 16: Inventaris Diri
18 Chapter 17: Mengasah Pedang
19 Chapter 18: Panggung Ujian
20 Chapter 19: Angin Perubahan dan Akar yang Berpindah
21 Chapter 20: Bayangan di Bawah Bulan Sabit
22 Chapter 21: Mata Air dan Puncak
23 Chapter 22: Gerbang Silver dan Jalan Tak Terhingga
24 Chapter 23: Landak dan Roda Penggerak
25 Chapter 24: Kota Bawah dan Mimpi yang Dijual
26 Chapter 25: Ulang Tahun dan Anugerah Tak Terduga
27 Chapter 26: Pertemuan di Kedai Minuman "Pemberhentian Pemandu"
28 Chapter 27: Badai Kecil dan Panen Besar
29 Chapter 28: Tanah Gersang dan Memori Embun
30 Chapter 29: Embun yang Berkumpul Menjadi Sungai
31 Chapter 30: Badai di Ufuk
32 Chapter 31: Jejak di Atas Salju
33 Chapter 32: Nama yang Berbisik
34 Chapter 33: Pertempuran untuk Jiwa Sebuah Desa
35 Chapter 34: Perisai dari Jerami dan Senyum dari Masa Lalu
36 Chapter 35: Tali-Tali yang Tak Terlihat
37 Chapter 36: Umpan dan Palu
38 Chapter 37: Noda Racun dan Akar yang Meresap
39 Chapter 38: Pasar Bebas dan Cengkeraman yang Longgar
40 Chapter 39: Bayangan dari Masa Lalu dan Terang Masa Depan
41 Chapter 40: Di Tepi Jurang, Sebuah Keputusan
42 Chapter 41: Hukum Bernapas, Badai Mendatang
43 Chapter 42: Angin Berembun
44 Chapter 43: Bakat Surgawi Untuk Rencana Iblis
45 Chapter 44: Mencuri Langit dan Mengganti Hari
46 Chapter 45: Darah Perak Membuat Langit Berduka
47 Chapter 46: Jiwa yang Kembali
48 Chapter 47: Membangun Kembali Dasar Sang Raja
49 Chapter 48: Menyambut Tamu
Episodes

Updated 49 Episodes

1
Prolog: Kontrak Pengubah Takdir
2
Chapter 1: Negosiasi dengan Takdir Tua
3
Chapter 2: Seni Memanipulasi Karma
4
Chapter 3: Ekonomi Sebutir Pil Spirit
5
Chapter 4: Pasar Gelap dan Buku Catatan
6
Chapter 5: Catur dan Tikus
7
Chapter 6: Badai dalam Cangkir Teh
8
Chapter 7: Ketika Gajah Mengamuk, Rumput yang Tersisa Akan Tumbuh Subur
9
Chapter 8: Titik Kritis
10
Chapter 9: Sebatang Bambu di Tengah Badai
11
Chapter 10: Kembali sebagai Peramal Kacau
12
Chapter 11: Mata-Mata di Balik Jubah Pertapa
13
Chapter 12: Akar yang Merayap di Bawah Istana
14
Chapter 13: Badai di Atas Awan yang Tenang
15
Chapter 14: Katalis di Dalam Gua
16
Chapter 15: Mata Baru untuk Melihat Dunia
17
Chapter 16: Inventaris Diri
18
Chapter 17: Mengasah Pedang
19
Chapter 18: Panggung Ujian
20
Chapter 19: Angin Perubahan dan Akar yang Berpindah
21
Chapter 20: Bayangan di Bawah Bulan Sabit
22
Chapter 21: Mata Air dan Puncak
23
Chapter 22: Gerbang Silver dan Jalan Tak Terhingga
24
Chapter 23: Landak dan Roda Penggerak
25
Chapter 24: Kota Bawah dan Mimpi yang Dijual
26
Chapter 25: Ulang Tahun dan Anugerah Tak Terduga
27
Chapter 26: Pertemuan di Kedai Minuman "Pemberhentian Pemandu"
28
Chapter 27: Badai Kecil dan Panen Besar
29
Chapter 28: Tanah Gersang dan Memori Embun
30
Chapter 29: Embun yang Berkumpul Menjadi Sungai
31
Chapter 30: Badai di Ufuk
32
Chapter 31: Jejak di Atas Salju
33
Chapter 32: Nama yang Berbisik
34
Chapter 33: Pertempuran untuk Jiwa Sebuah Desa
35
Chapter 34: Perisai dari Jerami dan Senyum dari Masa Lalu
36
Chapter 35: Tali-Tali yang Tak Terlihat
37
Chapter 36: Umpan dan Palu
38
Chapter 37: Noda Racun dan Akar yang Meresap
39
Chapter 38: Pasar Bebas dan Cengkeraman yang Longgar
40
Chapter 39: Bayangan dari Masa Lalu dan Terang Masa Depan
41
Chapter 40: Di Tepi Jurang, Sebuah Keputusan
42
Chapter 41: Hukum Bernapas, Badai Mendatang
43
Chapter 42: Angin Berembun
44
Chapter 43: Bakat Surgawi Untuk Rencana Iblis
45
Chapter 44: Mencuri Langit dan Mengganti Hari
46
Chapter 45: Darah Perak Membuat Langit Berduka
47
Chapter 46: Jiwa yang Kembali
48
Chapter 47: Membangun Kembali Dasar Sang Raja
49
Chapter 48: Menyambut Tamu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!