Prabu Dewa Kintaka gelisah menunggu jawaban apa yang akan dibawa oleh adik dan patihnya. Sebenarnya bisa saja Dewa Kintaka langsung melamar sendiri Dewi Ratih. Tapi peraturan jaman dulu, raja tak boleh membiarkan istananya kosong, kecuali ada hal yang sangat mendesak.
Pikirannya sudah melayang membayangkan dirinya menikah dengan Dewi Ratih, namun lamunannya pudar tatkala Raden Kintakamurti dan Patih Wisamurka datang menghadap.
"Akhirnya kalian datang juga, sejak kalian meninggalkan istana, waktu berjalan begitu lambat rasanya" kata Dewakintaka.
"Maafkan saya Paduka, jarak dari sini ke Kahyangan Jonggring Salaka sangat jauh, belum lagi Jongring Salaka adalah tempat keramat yang sangat susah ditemukan" jawab wisamurka.
"Tak apa kakang Patih, lalu bagaimana jawaban para dewa? Apakah mereka memberikan Dewi Ratih?" Dewa Kintaka tak sabar ingin mendengar penjelasan patihnya.
"Lamaran paduka diterima oleh para dewa, akan tetapi mereka minta syarat" kata Wisamurka.
"Apa syaratnya?" Tanya Dewa Kintaka.
"Syaratnya adalah paduka harus datang sendiri kesana pada hari Jumat Kliwat bulan Jumadilawas" jawab Wisamurka.
Dewa Kintaka mendadak berubah rona mukanya, dari semula sumringah menjadi masam.
"Para dewa keparat. Mana ada hari macam itu" teriak Dewa Kintaka sambil membalikkan meja dihadapannya.
"Mungkin saja memang ada hari itu di dunia dewa kakang" Kintakamurti mencoba menenangkan kakaknya yang tersulut emosi.
"Tak ada hari macam itu di dunia dewa sekalipun dhimas. Yang ada hari Jumat Kliwon, bulan Jumadilawal. Mereka sengaja mempermainkanku" jawab Dewa Kintaka meledak-ledak.
"Lalu apa yang akan kita lakukan paduka?nampaknya para dewa menyepelekan kita" tanya Wisamurka.
"Siapkan prajurit, kita gempur Jonggring Salaka, jangan beri ampun" perintah Dewa Kintaka.
Prabu Dewa Kintaka masuk kedalam kamar pribadinya, mengganti bajunya dengan baju perang. Sementara Patih Wisamurka dan Raden Kintakamurti keluar mengumpulkan para prajurit raksasa.
"Ada tugas apa Patih, tumben kami semua disuruh berkumpul" tanya salah seorang prajurit.
"Kita akan berperang, siapkan semua senjata, dan perbekalan selama kita berperang" jawab Wisamurka.
"Kali ini negara mana yang akan kita lawan?" Tanya prajurit.
"Kahyangan Jonggring Salaka" jawab Wisamurka singkat.
Para prajurit pun berhamburan menyibukkan diri mengumpulkan senjata dan makanan untuk bekal berperang. Setelah dirasa cukup mereka segera berkumpul.
"Semuanya sudah siap Patih" kata prajurit.
"Jangan lama-lama, kita berangkat sekarang. Kakang Prabu Dewa Kintaka akan menyusul nanti" kata Kintaka Murti. Dan rombongan perang pun Berangkat ke medan peperangan.
Prabu Dewa Kintaka terbang diatas para prajurit yang mengikuti Patih Wisamurka dan Kintakamurti. Patih Wisamurka masih ingat betul jalan menuju ke Kahyangan Jongring Salaka.
***
Kahyangan Jonggring Salaka.
Para dewa dibantu oleh Kresna dan ksatria Amarta berjaga di perbatasan kahyangan Jonggring Salaka. Mereka sengaja menunggu para musuhnya di luar kahyangan.
Sementara itu rombongan Semar baru saja datang, mereka datang dengan cepat menaiki angin dari Bathara Bayu. Mereka segera disambut oleh Bathara Guru, Narada dan Kresna.
"Selamat datang kakang Semar" kata Bathara Guru menyambut kakaknya yang baru saja sampai.
"Kenapa kahyangan bisa sampai diusik oleh penghuni Arcapada? apa kamu sudah bosan menjadi raja dewa?" Semar memarahi Bathara Guru.
"Maafkan aku kakang Semar, ini diluar perkiraan kami. Musuh kami kali ini sangat sakti." Jawab Bathara Guru.
"Diingat-ingat, kalian akhir-akhir ini ada salah dengan orang Arcapada atau tidak? biasanya dewa itu kalah kalau dewanya salah" tanya Semar.
"Tidak kakang, kami tak berbuat kesalahan pada penghuni Arcapada" jawab Bathara Guru.
"Hmmm. Kalau begitu bisa jadi ini adalah skenario dari pukulun Pada Wenang" kata Semar.
Semar yang jika di Arcapada hanyalah rakyat jelata yang bertugas menjadi pengasuh dan pelayan para ksatria tanah Jawa, pamornya meningkat ketika berada di Suralaya(dunia para dewa). Bahkan raja sekelas Kresna pun hormat kepada Semar ketika berada di Suralaya.
"Sudahlah kakang Semar, jangan memarahi pukulun Bathara Guru, mungkin ini memang skenario dari Sanghyang Wenang" Kresna meredam emosi Semar.
Tiba-tiba dari udara datanglah Gatotkaca yang ditugaskan oleh Kresna untuk berpatroli menjaga keamanan. Gatotkaca segera turun dari udara dan membungkuk kepada para tetua tetua yang ada disana.
"Ada apa Gatotkaca?" Tanya Kresna.
"Rombongan musuh sudah terlihat wa Prabu. Mereka membawa prajurit raksasa yang sangat banyak" kata Gatotkaca.
"Baiklah segara bersiap, kita hadang mereka" perintah Kresna.
"Arjuna bantu para dewa menghadapi musuh" kata Kresna. Arjuna pun berangkat menghadapi musuh setelah berpamitan dengan semua yang ada disitu.
"KAMAJAYA, AYO KITA JUGA MEMBANTU" Bayu dan Kamajaya pun menyusul yang lain. Sementara Dewi Ratih berada di dalam tenda.
Gareng, Petruk, Bagong. Ikuti para *ndoro mu, siapa tahu bantuan kalian dibutuhkan" perintah Semar ke anak-anaknya.
*Ndoro: Tuan/Juragan.
Gareng dan Petruk langsung pergi mengikuti Arjuna.
"Males pak, capek" protes Bagong.
"Tenang saja Bagong. Aku kasih roti gratis" kata Kresna.
Bagongpun lari menyusul saudaranya dengan semangat begitu mendapat imbalan roti.
"Dasar Bagong" kata Semar melihat kelakuan anak kesayangannya.
Semua telah berada dimedan perang menghadapi musuh. Sedangkan Bathara Guru, Narada, Semar dan Kresna menjaga Dewi Ratih di tenda, dan mengamati situasi dari jauh.
Ksatria Amarta dan para dewa terlibat baku hantam dengan prajurit raksasa milik Prabu Dewa Kintaka. Gatotkaca terlihat menyambar raksasa, membawanya terbang tinggi lalu menjatuhkannya ketanah.
Sementara Antareja dari dalam tanah menarik para raksasa masuk kedalam tanah. Beberapa kali Antareja menjilat bekas tapak kaki para raksasa ditanah, lalu sang pemilik bekas tapak kaki pun mati seketika. Selain menyemburkan bisa mirip dengan Wisamurka, kehebatan Antareja yang lain adalah mempunyai kekuatan yang unik yaitu ketika ada bekas tapak kaki ditanah, lalu Antareja menjilatnya maka pemilik tapak kaki akan mati.
Setyaki mengamuk menggunakan Gada Wesi Kuning. Sementara Bathara Bayu dan Werkudara berduet menggunakan Kuku Pancanaka. Kenapa senjata Werkudara dan Bayu sama? Jawabannya adalah karena ketika Kunti menggunakan ajian untuk mendapat anak, Dewa Bayu datang menganugerahkan anak kepada Kunti, lalu tak lama kemudian Kunti hamil dan melahirkan Werkudara. Jadi sifat Werkudara yang tak bisa berbicara halus itu disebabkan karena menurun dari Bathara Bayu.
Arjuna mengamuk menggunakan panahnya. Gareng, Petruk dan Bagong mengikuti Arjuna sambil memukuli raksasa yang sudah sekarat. Sekali-kali Bagong memeriksa mayat raksasa berharap menemukan dompet atau makanan.
Musuh kalah telak, banyak bangkai raksasa bergelimpangan dimedan perang. Mengetahui prajuritnya banyak yang mati, Prabu Dewa Kintaka menghampiri gundukan mayat lalu meraba mayat para prajuritnya tersebut. Keanehan terjadi, prajurit yang tadinya mati segera bangkit lagi setelah dipegang oleh Dewa Kintaka, tak lama kemudian sudah banyak raksasa yang kembali hidup dan menyerang balik para dewa dan satria Amarta.
Ditambah lagi kini Kintakamurti dan Wisamurka keluar ke medan perang. Wisamurka mengamuk menyemburkan bisanya kemana-mana, segala kesaktian dewa dan ksatria Amarta tak mempan di hadapan Kintaka Murti. Kini gantian para ksatria Amarta yang mati bergelimpangan terkena semburan bisa dan gigitan Wisamurka, sedangkan para dewa sudah takhluk di tangan Kintakamurti.
Kresna segera memasuki peperangan dan menghidupkan para ksatria dengan Kembang Wijaya Kusuma. Kresna mempunyai pusaka bernama Kembang Wijaya Kusuma yang mempunyai kesaktian menghidupkan orang mati diluar takdir.
"Kakang semar, kalau begini terus maka tak akan ada habisnya. Mereka akan terus berperang sampai kiamat" kata Narada.
"Bagaimana ini kakang Semar?" Tanya Bathara Guru.
Semar segera mengheningkan cipta meminta petunjuk Tuhan.
"Aku ada ide" kata Semar.
"Ide apa itu kakang?" Tanya Narada penasaran.
"Begini. Narada, kamu akan kubuang, ketika kamu jatuh, lalu bertemu makhluk apapun, mau hewan, mau manusia, pria wanita, besar kecil pokoknya siapapun yang kamu temui, bawa dia kesini" kata Semar.
"Hadehhh, nasib orang pendek " Narada menggerutu, tapi demi berakhirnya peperangan maka diapun rela.
Semar segera menggenggam tangan Narada dan melemparkannya sekuat tenaga.
Perang masih berkecamuk, kekuatan ksatria Amarta melawan prajurit raksasa yang tak bisa mati.
Kintakamurti segera melawan para ksatria Amarta, alhasil para ksatia Amarta pun dibuat lemas seakan hilang seluruh tulang dan ototnya. Lalu para ksatria dimasukkan kedalam kerangkeng yang dijaga oleh Prabu Dewa Kintaka, Raden Kintakamurti dan Patih Wisamurka.
Kresna tak bisa mendekati mereka. Walaupun sakti, tapi Kresna tak menyukai perang. Ahli dalam taktik perang tapi tak suka berperang itulah Prabu Kresna.
Sementara itu matahari pun telah tenggelam dan siang berganti malam. Peraturan tak tertulis dalam perang jaman dulu adalah berhenti perang saat malam. Maka mereka pun pergi ke perkemahan masing-masing.
Di dalam perkemahan, Semar, Bathara Guru dan Kresna merembug tentang taktik perang yang akan mereka gunakan untuk menghadapi Prabu Dewa Kintaka.
"Kakang Semar, para jagoan kita sudah di tawan oleh Dewa Kintaka" kata Kresna.
"Jangan cemas Kresna, bukankah kamu dan kakang Semar bisa menghidupkan orang mati" kata Bathara Guru.
" Benar pukulun, tapi hanya orang yang mati diluar takdirnya. Tapi jika takdir para ksatria Amarta adalah dibunuh oleh Dewakintaka maka saya tak akan bisa menghidupkannya." Jelas Kresna.
"Betul itu Guru, jadi boleh dibilang mati diluar takdir itu adalah sekarat atau mati suri, tapi kalau mati karena sudah dipanggil Tuhan, tentu kami tak bisa menghidupkannya kembali. Apalah daya kita di hadapan Tuhan" kata Semar.
Semar orang yang suka guyon, sama seperti anak-anaknya. Tapi kalau menghadapi masalah serius seperti saat ini, maka akan menjadi orang yang bijaksana.
"Jadi harapan kita saat ini hanya pukulun Bathara Narada, benar begitu kakang Semar?" Tanya Kresna.
" Siapapun yang di bawa oleh Narada nanti, mudah-mudahan bisa melawan Dewa Kintaka" jawab Semar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Yoyon Hadinata
Gara2 ndak minum susu capi, Batara Narada malah tumbuh kesamping bukan tumbuh keatas... kwkwkwk...
2021-11-21
0
Yoyon Hadinata
hadeh... ini si bagong kok yo ndk minta "gethuk yg asli soko telo" malah minta roti kayak bule saja... hadeh...
2021-11-21
0