Tak lama setelah kepergian Kintakamurti, maka para dewa keluar menyusul Wisamurka. Batara Brama, Indra, Surya, Masna, dan Penyarikan menyusul Wisamurka ke alun-alun kahyangan.
"Kakang Brama, bagaimana jika Wisamurka tak mau pulang"? Tanya Penyarikan kepada Bathara Brama yang merupakan dewa api di dunia perwayanggan.
"Kita paksa, kalau dia melawan kita juga harus melawan, tapi mudah-mudahan saja dia akan menurut pulang" jawab Brama.
" Kita temui dia satu persatu saja, kalau beramai-ramai seperti ini rasanya tak etis". Kata Batara Surya.
"Iya, kalau begitu aku dulu yang akan menemuinya." Usul Penyarikan, dewa yang paling muda.
"Hati-hati penyarikan, dia bukan bukan manusia biasa. Buktinya dia bisa sampai ke kahyangan yang tak mungkin dijangkau oleh manusia" saran Bathara Surya.
"Iya kakang, aku minta doanya" Penyarikan pamit.
"Kami akan mengasawimu dari sini dik" kata Masna.
Penyarikan pun bergegas menemui Wisamurka yang sedang duduk dibawah pohon beringin. Sosok Wisamurka begitu besar, 5 kali lipat dari besar badan Penyarikan. Bahkan Bathara Bayu pun kalah besar dibanding Wisamurka.
"Wisamurka. Aku datang" kata Penyarikan. Wisamurka pun membungkuk hormat pada Penyarikan.
"Begini tak usah basa basi, aku sebagai salah satu dewa disini tak bisa memenuhi permintaan rajamu. Jadi aku minta, kamu segera pulang" kata Penyarikan.
"Maaf pukulun, aku tak bisa pulang jika belum tercapai tujuanku kesini" jawab Wisamurka.
"Apa perlu aku harus menggunakan kekerasan?" Penyarikan mengancam Wisamurka.
Tapi bukan Wisamurka namanya kalau lari dari medan perang. Gayung bersambut, ancaman Penyarikan malah ditantang balik oleh Wisamurka.
"Kalau niatmu memang mau berkelahi denganku, tak perlu lagi aku bersopan santun padamu, maju sini" tantang Wisamurka.
Dengan gesit penyarikan menyerang Wisamurka, Wisamurka berbadan besar tapi ternyata cukup gesit menghindari pukulan-pukulan Penyarikan. Penyarikan terbang hendak mendaratkan pukulan ke wajah Wisamurka, tapi dengan sigap Wisamurka menangkap tangan Penyarikan dan membantingnya ke tanah.
Penyarikan terbanting keras di tanah. Para bidadari dan anak para dewa yang tadinya sedang bermain di alun-alun membubarkan diri melihat ada pertarungan sengit tersebut.
"Rasakan ini" Wisamurka mengeluarkan semburan berbisanya.
Penyarikan yang belum sempat berdiripun terkena semburan bisa mematikan dari Wisamurka. Rasa panas menjalar ke seluruh tubuhnya, walaupun para dewa makhluk abadi tapi tetap saja bisa merasa sakit.
"Jadi hanya begini kekuatan dewa?" Teriak Wisamurka melihat Penyarikan mulai terdesak melawannya.
Merasa tak mampu melawan Wisamurka, maka Penyarikan pun terbang meninggalkan medan pertempuran.
"Hahahaha. Larilah suruh para kakakmu kesini" sumbar Wisamurka melihat Penyarikan kabur meninggalkannya.
Penyarikan menemui Batara Brama dan lainnya yang dari tadi mengawasi nya dari jauh.
"Wah wah wah. Penampilanmu benar-benar acak-acakan dik" Masna meledek Penyarikan.
"Iya, maafkan aku. Aku tak menyangka kalau Wisamurka mempunyai kadigdayan yang begitu hebatnya. Seluruh ilmu sudah ku kerahkan tapi tak mempan padanya" kata Penyarikan.
"Duduk, lihat kakakmu ini" kata Masna yang segera terbang menemui Wisamurka.
Wisamurka ternyata sangat kuat, Masna pun terpaksa malu di ledek ganti oleh Penyarikan.
Satu persatu dewa menemui Wisamurka dan semuanya bukan tandingan Wisamurka.
"Kita hajar dia bersama-sama" usul Penyarikan yang kemudian disetujui para dewa yang lain.
Para dewa pun mengeroyok Wisamurka dengan kekuatan penuh. Wisamurka pun menyemburkan bisanya pada mereka. Tapi saat terkena bisa, para dewa yang kesakitan segera sembuh.
"Gawat kalau begini, lama-lama tenagaku akan habis" kata Wisamurka dalam hati.
Bathara Brama pun merubah wujudnya menjadi api terbang hendak menyambar Wisamurka. Namun tiba-tiba Kintaka Murti datang membantu Wisamurka.
Kintakamurti mengeluarkan ajian andalannya, saat Bathara Brama dipegang olehnya, mendadak api padam. Bathara Brama pun lemas seketika tak punya kekuatan bahkan untuk sekedar berdiri.
Para dewa yang tadinya mengeroyok Wisamurka segera beralih ke kintakamurti. Tapi mereka pun senasib dengan Bathara Brama. Mereka terkena ajian Kintakamurti, lemas seketika.
" Kalau kalian tak menuruti permintaanku, maka kahyangan ini akan ku obrak abrik" teriak Wisamurka.
gbr: kiri Bathara Narada, kanan Bathara Guru.
"Hentikan kekacauan ini" Bathara Guru dan Narada terbang menemui Wisamurka dan Kintakamurti.
"Kalian tenangkanlah emosi kalian, dengarkan apa yang mau dikatakan Bathara Guru" kata Narada.
"Tadi kami hanya menguji seberapa seriuskah kalian melamar Dewi Ratih, sekarang aku sudah percaya jika kalian serius" kata Bathara Guru.
Mendengar penjelasan Bathara Guru, Wisamurka dan Kintakamurti pun teredam emosinya. Mereka pun membungkuk hormat pada kedua dewa di depannya.
"Lalu apakah lamaran raja saya ditrima pukulun?" Tanya Wisamurka.
"Iya. Tapi dengan syarat" jawab Bathara Guru.
"Aku akan menerima lamaran kalian jika kalian melamar pada hari jumat kliwat, bulan jumadilawas" kata Bathara Guru yang tentu saja berniat mengelabuhi Wisamurka dan Kintakamurti.
"Jadi kalian pulanglah dan datanglah saat hari yang sudah ditentukan." Lanjut Bathara Guru.
"Baiklah pukulun. Kalau begitu kami mohon pamit" kata Kintakamurti.
"Obati dulu kami" kata Bathara Brama
"Baiklah pukulun" Kintaka Murti kembali menyentuh para dewa yang tadi dilumpuhkan. Mereka pun sembuh seketika. Sebenarnya dosis ajian yang dikeluarkan Kintakamurti hanya berlangsung selama satu jam saja efeknya.
Kintakamurti dan Wisamurka membungkuk kembali dan keluar dari wilayah kahyangan. Sebenarnya Kintakamurti sudah mengetahui hari yang dijanjikan Bathara Guru itu tak pernah ada. Dia tahu Bathara Guru hanya mengulur waktu. Tapi dia setuju dengan usul itu.
"Mudah-mudahan kakang Dewa Kintaka tak menyadarinya". Kata Kintakamurti dalam hati.
"Apa rencanamu dik?" Tanya Narada ke Bathara Guru.
"Kita harus meminta tolong kepada Kresna kakang, mungkin dia punya solusi" kata Bathara Guru.
"Ayo kita berangkat" ajak Narada.
"Kalian perketat penjagaan selama kami pergi" perintah Narada kepada para dewa sebelum dia dan Bathara Guru melesat terbang menuju ke Amarta.
***
Para prajurit Gowacintaka yang seluruhnya berupa raksasa menunggu di depan gerbang kahyangan. jumlahnya puluhan, mereka adalah prajurit yang terpilih. Prajurit elit untuk melaksanakan tugas berat.
"Bagaimana tuan patih?apakah berhasil?" tanya salah seorang prajurit.
"Kita disuruh pulang dan menunggu hari yang tepat untuk melamar Dewi Ratih lagi" jawab Wisamurka.
"Sekarang siapkan kereta untuk pulang" perintah Wisamurka
Para prajurit segera menyiapkan kereta kuda yang super cepat untuk untuk junjungan mereka. Perjalanan mereka dari kahyangan ke Gowacintaka memakan waktu tiga bulan perjalanan manusia normal, tapi karena kesaktian mereka, mereka bisa menempuh perjalanan hanya dengan dua hari saja.
***
Di Kahyangan Cakra Kembang, Bathara Kamajaya dan Dewi Ratih sedang kedatangan Bathara Bayu. Bathara Bayu pun menjelaskan apa yang terjadi di Jonggring Salaka.
"Kakang, lebih baik aku mati jika harus melayani Dewa Kintaka" kata Dewi Ratih.
"Iya dinda, kakang juga tak rela melepaskan mu dengan pria lain" jawab Kamajaya.
"MENURUT PERASAANKU, PARA DEWA DI JONGGRING SALAJA TAK AKAN BISA MELAWAN WISAMURKA" kata Bathara Bayu.
"Kalau begitu aku akan meminta tolong *romo ku, mungkin beliau punya saran" kata kamajaya.
*romo: ayah
"IDE BAGUS,KALAU BEGITU KITA KESANA BERSAMA-SAMA" usul Bathara Bayu.
"Baiklah ayo kita segera menemui rama ku" kamajaya, Dewi Ratih dan Bayu pun berangkat.
Mereka bertiga pun menuju ke kediaman ayah Bathara Kamajaya yang tak lain adalah Ki Semar Badranaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
kurniawan santoso
Wisanggeni joss
2024-08-08
0