*flashback on*
Saat para Pandawa dan Kurawa masih muda.
Setelah selamat dari kejadian Bale Sigala-gala, yaitu upaya pembakaran Pandawa oleh Kurawa.
Setelah kejadian itu, Pandawa pun menuntut haknya atas negara Astina.
Sengkuni yang berpikiran licik, menghasut Duryudhana agar tak memberikan Astina kepada para Pandawa. Maka Suyudana (Duryudhana muda)pun memberikan sayembara kepada para Pandawa, jika ingin menjadi raja di Astina, para Pandawa harus merubah hamparan hutan menjadi sebuah kerajaan, dan hutan yang dipilih oleh Suyudana adalah hutan Wanamarta, hutan yang terkenal sangat angker.
Raden Wijakangka yang didesak oleh Bratasena, Permadi,Pinten dan Tansen(para Pandawa muda) pun menyetujui syarat tersebut. Hutan-hutan pun dibabat untuk mendirikan kerajaan. Semar dan anak-anaknya juga membantu para Pandawa.
Setelah hutan dibabat, ternyata para penghuni ghaib hutan tersebut marah besar. Mereka pun menyerang para Pandawa. Tentu saja para Pandawa kewalahan menghadapi musuhnya yang tak kasat mata.
"Raden Lermadi, gunakanlah minyak Jayengkaton" saran Semar ketika melihat para ndoro nya kewalahan. Raden Permadi pun menggunakan minyak mongoleskan minyak tersebut kepada pelupuk matanya dan para saudaranya.
"WAH, TERNYATA MEREKA YANG MENGGANGGU KITA. KENAPA KAKANG SEMAR TAK MEMBASMI MEREKA?" kata Bratasena setelah melihat ada pasukan demit yang mengeroyok mereka.
"Saya tak boleh melakukannya den, ini adalah ujian buat para Pandawa, jadi para Pandawa yang harus menghadapi mereka.
"Lihat den, merekalah pemimpin para demit ini" Semar menunjuk ke sebuah pohon besar, disana berdiri lima makhluk yang memimpin para demit hutan Wanamarta.
"Siapa mereka kakang Semar?" Tanya Permadi.
" Mereka adalah Prabu Yudhistira, yang tinggi besar itu Dandunwacana, yang tampan itu namanya Dananjaya, dan yang kembar itu Nakula dan Sadewa" jawab Semar.
"Kalian manusia, berani-beraninya merusak kerajaanku apa kalian sudah bosan hidup?" Bentak Dandun Wacana setelah melihat semua anak buahnya berhasil di tumpas oleh Bratasena dengan kuku Pancanaka.
Para Pandawa pun berkelahi melawan mereka. Wijakangka melawan prabu Yudhistira, Bratasena melawan Dandun Wacana, Permadi melawan Dananjaya, Pinten melawan Nakula, sedangkan Tansen melawan Sadewa.
Pertempuran sengit pun terjadi. Tapi keanehan terjadi ketika para Pandawa telah memenangkan pertarungan, maka kelima musuhnya pun menitis/bersatu pada para Pandawa.
"Wijakangka, sudah saatnya aku menyatukan diri padamu. Maka dengan otomatis kamu juga akan menyandang nama Yudhistira, kerajaan Amarta aku serahkan padamu" kata Prabu Yudhistira, kemudian dia lenyap menyatu kedalam raga Wijakangka.
"Aku juga, aku serahkan Ksatrian Jodipati padamu. Kamu juga akan menyandang nama Dandun Wacana" kata Dandun Wacana sebelum menghilang menyatu pada Bratasena.
Dananjaya menyatu kepada Permadi dan memberikan namanya serta ksatrian Madukara. Nakula dan Sadewa menyatu dengan Pinten dan Tansen serta memberikan nama berikut ksatrian Sawojajar dan Bumirata.
*Flashback off*
*Amarta
gbr dr kiri Werkudara,Kresna, Puntadewa, Nakula, Sadewa.
Kini Amarta telah menjadi kerajaan megah, bahkan mengalahkan kemegahan Astinapura. Wijakangka telah menjadi raja bergelar Prabu Puntadewa. Banyak rakyat pendatang dari berbagai negeri memilih menjadi rakyat Amarta, karena kepemimpinan Prabu puntadewa yang adil dan bijaksana.
Hari itu, Prabu Puntadewa sedang berkumpul dengan adik-adiknya yaitu Werkudara(Bima),Nakula dan Sadewa. Tak ketinggalan hadir juga kakak sepupu mereka yaitu Sri Bathara Kresna atau biasa dipanggil Kresna.
Mereka sibuk membahas bebagai hal. Sejak Amarta didirikan, Kresna ditunjuk sebagai penasehat kerajaan karena kecerdasan dan kebijaksanaannya.
Kresna adalah Raja dari Dwarawati. Ayah Kresna yang bernama Basudewa merupakan kakak dari Kunti, ibu dari Puntadewa,Werkudara dan Arjuna.
"Kemanakah perginya Arjuna?" Kresna menanyakan sepupu yang paling dicintainya.
"Dimas Arjuna sedang pergi ke tempat kakang Semar. Kakang Kresna dengan siapa kesini?" jawab Puntadewa.
"Biasa, aku mengajak dimas Setyaki, tapi dia tak mau masuk, dia sedang ada dialun-alun bersama Gatotkaca dan Antareja" jawab Kresna.
Sedang asik bercengkerama, tiba-tiba datanglah Bathara Guru dan Narada. Wajah mereka terlihat tegang. Semua yang hadir pun membungkuk kepada Bathara Guru dan Narada, kecuali Werkudara. Bukan karena dia tak hormat, tapi segala bentuk penghormatan seperti berbicara krama(halus) atau bahkan membungkuk pada dewa pun tak boleh dilakukan oleh Werkudara.
"Ada apa pukulun?kelihatannya pukulun sedang tertimpa musibah" tanya Puntadewa.
"Iya Puntadewa, kahyangan Jonggring Salaka diserang oleh kerajaan Gowacintaka" jawab Bathara Guru.
Batara Narada pun menjelaskan dengan detil apa yang terjadi dikahyangan serta maksud tujuan mereka datang ke Amarta.
"Jika para dewa saja kalah bagaimana dengan kami?" Tanya Bathara Kresna.
"Bukankah sudah sering terjadi, ketika kahyangan kacau, yang bisa membantu adalah para Pandawa atau Kresna?" Jawab Narada.
Kresna nampak ragu, dirinya merasakan firasat buruk. Kresna adalah orang yang sangat cerdas, kesaktiannya pun tak diragukan, akan tetapi dia yang merupakan titisan Bathara Wisnu, tak bisa menggunakan kesaktian nya sembarangan.
Maka dari itu, Kresna jarang sekali terlibat pertempuran. Paling-paling dia hanya sekedar memberi taktik dan tips-tips untuk menghadapi musuh kepada para saudara atau temannya. Tapi hari itu Kresna juga nampak bingung.
"Begini saja , aku minta kalian datang saja ke kahyangan Jonggring Salaka. Aku yakin orang-orang dari Gowacintaka akan datang tak lama lagi" kata Bathara Guru.
"Ide bagus, jika kekuatan kita disatukan maka ada kemungkinan kita bisa mengalahkan mereka" jawab Kresna.
"Seperti biasa, aku akan membawa dimas Werkudara dan para putra-putranya" lanjutnya.
"Baiklah kalau begitu, aku dan kakang Narada akan kembali ke kahyangan. Kalian segera menyusul" kata Bathara Guru kemudian terbang meninggalkan Amarta.
"Dimas Puntadewa, aku dan Werkudara mohon pamit, kami pergi membantu Bathara Guru" kata Kresna
"Iya kakang, berhati-hatilah" jawab Puntadewa.
"Nakula dan Sadewa, jagalah kakakmu selama kami pergi" pesan Kresna kepada si kembar.
"Iya kakang, serahkan pada kami" jawab Sadewa.
Kresna dan Werkudara pun pergi ke alun-alun kerajaan Amarta. Mereka memanggil Gatotkaca,Antareja dan Setyaki. Mendengar Kresna memanggil, ketiga ksatria ini pun langsung bergegas menemui Kresna.
"Ada apa kakang prabu?" Tanya Setyaki kepada kakaknya.
Kresna pun menceritakan niatnya yang membantu kahyangan Jonggring Salaka. Bathara Wisnu yang kini menyatu dengan Kresna, adalah anak dari Bathara Guru. Jadi secara tak langsung kresna adalah anak Bathara Guru. Maka ketika Bathara Guru ada masalah, Kresna juga merasa berkewajiban membantunya.
gbr dr kiri: Setyaki, Gatotkaca, Antareja
"Gatotkaca, kamu yang bisa terbang, ikuti aku. Kita terbang bersama menuju kahyangan" kata Kresna kepada Gatotkaca.
"Baik *wa" jawab Gatotkaca.
*Wa/uwa : sebutan untuk kakak dari orangtua kita , jaman sekarang berganti menjadi pakdhe
"Setyaki, temani Werkudara" kata Kresna.
"Baik" jawab Setyaki.
"Antareja, kamu bisa amblas dan berjalan di bawah tanah. Kamu lewat bawah tanah" kata Kresna
"Baik wa" jawab Antareja.
Mereka berlima pun berangkat ke kahyangan, para dewa kahyangan bergembira melihat para jagoan Amarta sudah datang membantu mereka.
***
Karang Kadempel.
Karang Kadempel adalah kediaman Semar Badranaya. Dia tinggal bersama tiga anaknya yaitu Gareng, Petruk dan Bagong. Walaupun wujudnya jelek abis, tapi Semar adalah seorang dewa yang memilih tinggal di dunia manusia(Arcapada) untuk mengasuh para manusia.
Sudah banyak yang menjadi anak asuhnya, ketika dijaman Ramayana, Semar mengasuh Prabu Sri Rama(musuh Rahwana), Raden Lesmana, Anoman, dan dijaman Mahabaratha hampir seluruh trah kerajaan Astina pernah diasuh oleh Semar.
gbr dr kiri: Arjuna, Semar, Gareng, Petruk, Bagong
Saat itu Raden Arjuna sedang berkunjung. Dia merasa kangen dengan pengasuhnya itu. Diantara Pandawa yang lain, Arjuna lah yang paling dekat hubungannya dengan Semar. Arjuna berencana mengajak Semar ke Madukara.
"Kakang Semar, ayo kita berangkat" ajak Arjuna.
Tapi belum sampai Arjuna, Demar dan anak-anaknya berangkat, datanglah Bathara Bayu, Kamajaya dan Dewi Ratih terbang menghampirinya.
Melihat ayahnya, Kamajaya dan Dewi Ratih menunduk hormat.
"Romo, tolong bantu saya" kata Kamajaya.
"Ada apa Kamajaya?" Semar kebingungan melihat anaknya tiba-tiba meminta tolong kepadanya.
"Truk, Bathara Kamajaya kan anaknya bapak, dia kan dewa, berarti kita dewa juga dong?" Bagong bertanya pada Petruk.
"Dewa mabok, kita ini kan cuma anak pungut Gong, diem jangan berisik" jawab Petruk.
"Romo, kahyangan kedatangan angkara murka. Ada seorang raja dari Arcapada meminta bidadari dari kahyangan, sedangkan yang diminta adalah Ratih istri saya" Kamajaya menjelaskan pada Semar.
"Apaaa???" Teriak Semar. Bagong yang dari tadi melamun langsung kaget.
"Ga usah teriak-teriak dong pak, berisik" protes Bagong. Gareng menjitak kepala Bagong.
"PENYARIKAN BILANG KALAU MUSUH SUDAH PULANG KARENA SIASAT PUKULUN BATHARA GURU, KITA DI MINTA UNTUK BERKUMPUL KE KAHYANGAN" kata Bathara angin setelah menerima pesan dari Penyarikan yang dibawa oleh angin. Sebagai penguasa angin, Bayu bisa mengerti bahasa angin.
"Den, maukah Raden membantu anak saya?" Pinta Semar pada Arjuna.
"Masalah kakang Semar adalah masalahku, ayo kita berangkat ke kahyangan, kita jaga kahyangan" jawab Arjuna mantap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Yoyon Hadinata
anak pungut dewa namanya dewa pungut, bukan dewa mabok..kwkwkwk...
2021-11-21
1
🎯Pak Guru📝📶
mantab lah
2021-08-23
0
🎯Pak Guru📝📶
mahtab
2021-08-23
0