Bab 2 : Tondo, i'm coming

Ivy melangkahkan kaki menginjak tangga pesawat sambil membetulkan kacamatanya. Dia menghela napas, memandang sejenak lapangan parkir bandara Ninoy Aquino, Manila, Filipina. Ini adalah kali pertama Ivy menginjak tanah Filipina. Meskipun cukup dekat dengan Indonesia, Ivy belum pernah ke sini.

Dia membalikan badan dan mengambil Aiden untuk digendong. Aiden baru berusia hampir empat tahun. Ivy takut Aiden jatuh saat turun tangga. Ivy mengikuti petunjuk arah dan menuju ke tempat pengambilan bagasi. Barang yang dibawanya tidak terlalu banyak. Hanya saja karena Aiden masih kecil mau tidak mau baju-baju Aiden yang paling banyak dan membutuhkan koper besar. Tidak ada oleh-oleh atau bingkisan tangan untuk keluarga Rafael karena kunjungan kali ini berbeda. Ivy datang untuk pemakaman.

Tidak lama bagasinya sudah diambil dan Ivy menuju pintu keluar. Ivy berdiri sejenak untuk melihat tulisan penjemput. Matanya berhenti di salah satu penjemput bertubuh tinggi kekar menggunakan kemeja hitam dan celana jeans slim fit serta topi hitam. Di tangannya ada tulisan "IVY CECILIA VERGARA".

Ivy membuka kaca matanya dan melambaikan tangan kepada orang itu. Ivy sudah diberitahu bahwa di sana mereka bisa menggunakan bahasa Inggris. Ivy menyapa dan menjabat tangan orang itu.

"Ivy,"

"Damon," pria itu memperkenalkan namanya. Dia melirik ke arah Aiden dan tersenyum, "Saya saja yang bawa, Madame," Damon menarik koper besar milik Ivy sambil mempersilakan Ivy mengikutinya ke arah parkiran.

Ivy terkejut melihat sekelompok pria menggunakan baju serba hitam sedang berdiri tegak di depan mobil yang dituju Damon. Ekspresi wajah Ivy bisa dibaca oleh Damon.

"Mereka semua pengawal, Madame dan tuan kecil," Damon menjelaskan

Tuan Kecil? Mungkin dia belum memperkenalkan Aiden.

Sungguh sikap yang sangat formal, batin Ivy.

"Aiden. Namanya Aiden," Ivy berusaha menjelaskan

"Ya. Tapi kami harus memanggil Tuan Kecil, tidak boleh namanya,"

"Kenapa?," Ivy mengernyitkan kening

"Tidak sopan," jawab Damon. Bicaranya menang cukup irit dari tadi.

"Selamat datang Madame dan Tuan Kecil," serempak para pria itu bersuara sambil menundukkan kepala.

Ivy mengangguk dengan ekspresi bingung.

"Bagaimana dengan peti nya?," tanya Ivy

"Tuan Lukas sementara mengurusnya," jawab Demon

"Lukas, adiknya Rafael?,"

"Ya. Saudara kembarnya Tuan Rafael,"

Ivy terkejut. Tunggu dulu. Kembar? Rafael tidak pernah bercerita dia punya saudara kembar. Dia hanya mengatakan kalau dia punya dua adik.

"Bagaimana prosesi pemakaman di sini? Mohon petunjuk saya tidak mengetahui banyak hal tentang Manila,"

"Nyonya besar akan menjelaskan langsung kepada Madame. Selesai Madame makan siang,"

"Nyonya besar?,"

"Iya. Ibu dari Tuan Rafael,"

"Oo, baik,"

Kenapa semua di sini terasa seperti ada sesuatu yang aneh. Tuan kecil, nyonya besar, penjaga, semuanya terasa asing, batin Ivy.

Ivy terdiam sejenak.

"Apakah semua barang sudah diambil di bagasi?," suara berat dan berwibawa terdengar di telinga Ivy. Dia segera menoleh dan betapa terkejutnya melihat siapa yang datang. Dia mengedipkan matanya beberapa kali berpikir mungkin dia berhalusinasi.

"Sudah, Tuan," jawab Damon. Kalau Damon menjawab berarti ini bukan halusinasi. Orang ini benar-benar real, batin Ivy.

Tunggu dulu. Damon bilang tadi Rafael punya saudara kembar. Apakah ini yang dimaksud? Tapi ini benar-benar sangat mirip, Ivy membatin lagi.

"Selamat datang di Manila," Lukas menyapa dan masih dengan ekspresi terkejut bercampur bingung Ivy mencoba tersenyum.

"Ah, ehm.. Iya terima kasih," Ivy terlihat kebingungan harus menyapa bagaimana.

"Permisi Tuan, ada sedikit masalah dengan bea cukai," seorang pria yang bertubuh kekar juga menghampiri Lukas.

"Kenapa?," Lukas bertanya sambil berlalu dari hadapan Ivy. Sepertinya percakapan mereka sangat rahasia.

"Apa ada masalah, Pak Damon?," Ivy bertanya

"Tidak apa-apa, Madame. Tuan pasti bisa menyelesaikan nya," Dan benar saja. Selesai Lukas menelpon menggunakan hp nya, raut wajah pria yang datang tadi langsung berubah cerah. Sedangkan Lukas, wajahnya sangat datar. Dibandingkan Rafael, Lukas sepertinya tidak pernah tersenyum dalam hidup.

Ya Tuhan, siapa sebenarnya keluarga Rafael ini. Kenapa mereka terlihat agak aneh tapi bisa menyelesaikan masalah dengan begitu cepat seperti memiliki otoritas tinggi di sini, Ivy kembali membatin.

Seberapa banyak pun pertanyaan dalam benar Ivy, dia tidak berani bertanya banyak pada Damon.

Lukas menghampiri mereka lagi dan mengusap kepala Aiden dengan lembut.

"Kita ke Mansion sekarang. Ibu sudah menunggu supaya kalian bisa istirahat," Lukas berbicara tapi dari nadanya bukan seperti memberi tahu tapi memberi penekanan dan itu keharusan.

"Baik, Tuan, jawab Damon.

Damon mempersilakan Ivy dan Aiden di mobil yang sudah disiapkan. Di dalam mobil hanya ada Ivy, Aiden, Damon, dan seorang driver. Sementara Lukas dan lainnya jangan ditanya lagi. Ivy hanya memalingkan wajahnya sesaat ketika hendak masuk mobil, Lukas dan para pria tadi sudah tidak ada.

Mobil perlahan meninggalkan bandara dan mulai membelah keramaian kota Manila.

Sebenarnya seperti apa keluarga Rafael. Mereka tidak terlihat selayaknya keluarga. Tidak ada adegan cipika cipiki seperti kebiasaan menyambut tamu di Indonesia. Jangan berharap ada suguhan opor ayam dan rendang di atas meja makan nanti. Bisa saja mereka bukan makan makanan manusia, sekilas Ivy membatin sembari tersenyum geli.

Terlalu larut dalam pikiran tentang yang dia hadapi saat ini, tanpa sadar mereka sudah di depan rumah berpagar cukup tinggi dengan tulisan "Mansion of Vergara". Terlihat beberapa orang bertubuh kekar sedang berjaga di depan dan sangat sigap membuka pagar begitu melihat mobil yang mereka kenali datang.

Ivy memperhatikan para penjaga itu. Bagaimana cara mereka memberi hormat dan tunggu, ada pistol di pinggang mereka. Seketika mata Ivy terbelalak. Spontan dia mengambil tangan Aiden dan memegangnya kuat-kuat. Aiden anak yang pendiam tidak seperti anak-anak usia balita pada umumnya. Jarang merengek dan selalu patuh pada Ivy. Dia hanya bisa menatap Ivy yang tiba-tiba menggenggam tangannya cukup kuat.

Ya Tuhan, kalau tempat ini berbahaya biarlah aku dan Aiden bisa kabur dari sini, Ivy berdoa dalam hatinya.

Halaman rumah itu begitu luas. Ada banyak pohon dan bunga-bunga yang tertata sepanjang jalan menuju pintu utama. Jantung Ivy berdegup kencang. Makin ke sini makin aneh saja yang Ivy lihat.

Mobil berhenti tepat di depan tangga menuju pintu utama. Damon segera keluar membukakan pintu bagi Ivy.

"Mari Madame, kita sudah tiba," Damon mengulurkan tangan. Ivy merasa sungkan dan langsung turun tanpa membalas uluran tangan Damon.

Dan betapa terkejutnya dia ketika dia melihat Lukas sudah berdiri tegak di sana. Entah bagaimana caranya dia tiba-tiba sudah di sana padahal tadi mobil Ivy yang duluan meninggalkan bandara. Lukas berdiri di samping wanita paruh baya dengan rambut yang dibiarkan beruban tanpa dicat dan dress panjang hitam. Wajah wanita itu begitu anggun. Meski tanpa riasan yang berlebihan dan rambut yang hanya dicepol sederhana, terlihat bahwa wanita ini sangat cantik semasa muda dan tentunya wajah Rafael mirip wanita ini. Ini pasti ibunya Rafael.

"Nyonya Christina Vergara, Nyonya besar kami sekaligus ibu dari Tuan Rafael," Damon memperkenalkan wanita paruh baya itu

Mendengar hal itu, tanpa berpikir panjang Ivy langsung mendekat dan memeluk Nyonya Christina. Terlihat di raut wajah wanita paruh baya itu terkejut. Namun dia tetap menyambut pelukan Ivy.

"Ibu," sapa Ivy dalam pelukan. Wanita itu tak berkata apa-apa. Dia hanya mengusap pundak Ivy.

Ivy melepaskan pelukannya dan membalikan badan melihat Aiden.

"Aiden, ini Grandma. Ayo sapa dulu, nak,"

Aiden yang menggunakan jumper warna jeans dan kaos putih polos sebagai dalaman berlari kecil ke arah Ivy. Mata Nyonya Christina berbinar. Mulutnya terbuka ingin mengatakan sesuatu tapi kata-katanya tidak bisa keluar.

"Glandma," sapa Aiden dengan cadel

Nyonya Christina berkaca-kaca. Segera dia membungkukkan badan dan membuka lebar kedua tangannya.

Ivy menganggukan kepala kepada Aiden tanda dia mengizinkan Aiden dipeluk Nyonya Christina. Aiden segera berlari ke pelukan Nyonya Christina.

Air mata jatuh di pipi Nyonya Christina. Berbeda dengan pelukannya pada Ivy, pelukan pada Aiden begitu emosional dan lama.

"Glandma, Aiden ingin pipis," Aiden mungkin sudah pengap di pelukan Nyonya Christina sehingga membuat alasan itu atau memang dia ingin benar-benar buang air kecil.

Nyonya Christina melepaskan pelukannya,

"Aiden ingin pipis ya, nanti ditemani Maya ya," Nyonya Christina memberi kode kepada wanita bernama Maya dan dengan sigap Maya mengajak Aiden masuk.

"Mari masuk," ujar Nyonya Christina kepada Ivy.

"Koper...," baru saja ingin berbalik badan mengambil koper, Damon sudah berdiri tegak memegang kopernya.

Ivy sedikit salah tingkah dan langsung masuk mengikuti langkah Nyonya Christina. Lukas menyusul di belakangnya.

Episodes
1 Bab 1 : Kehilangan Selamanya
2 Bab 2 : Tondo, i'm coming
3 Bab 3 : Welcome to Tondo
4 Bab 4 : Ini tidak akan mudah bagi Ivy
5 Bab 5 : Rahasia Besar Terungkap
6 Bab 6 : Percobaan Kabur Pertama
7 Bab 7 : Percobaan Kabur Kedua
8 Bab 8 : Carmen
9 Bab 9 : Pesta Tuan Abe
10 Bab 10 : Nikahi Ivy
11 Bab 11 : Kaki Ivy Terluka
12 Bab 12 : Kedatangan Carmen ke rumah sakit
13 Bab 13 : Kedatangan Nyonya Christina ke Rumah Sakit
14 Bab 14 : Percobaan Pembunuhan Ivy
15 Bab 15 : Pernikahan Lukas & Ivy
16 Episode 16 : Pengantin Baru
17 Bab 17 : Tiba di Cebu
18 Bab 18 : Hari pertama di Cebu
19 Bab 19 : Hari Kedua di Cebu
20 Bab 20 : Carmen 2
21 Bab 21 : Hari terakhir di Cebu
22 Bab 22 : Tiba di Mansion Vergara
23 Bab 23 : Bertemu Tuan Louis Hendrik
24 Bab 24 : Bukan Tentang kopi
25 Bab 25 : Akhirnya Menghubungi Bella
26 Bab 26 : Menara Vergara
27 Bab 26 : Mulai Bekerja di Menara Vergara
28 Bab 28 : Dicemburui...
29 Bab 29 : Pertengkaran Lukas & Ivy
30 Bab 30 : Ivy Menghilang
31 Bab 31 : Lukas Terhempas lagi dan lagi
32 Bab 32 : Sofia Diculik
33 Bab 33 : Tragedi Purro
34 Bab 34 : Menyelamatkan Sofia
35 Bab 35 : Mengusap Kepala Lukas
36 Bab 36 : Departemen Amal
37 Bab 37 : Ciuman Pertama
38 Bab 38 : Rahasia Pernikahan Terkuak
39 Bab 39 : Kemarahan Nyonya Christina
40 Bab 40 : Ciuman di Kantor
41 Bab 41 : Resort Vergara
42 Bab 42 : Aiden Diracun
Episodes

Updated 42 Episodes

1
Bab 1 : Kehilangan Selamanya
2
Bab 2 : Tondo, i'm coming
3
Bab 3 : Welcome to Tondo
4
Bab 4 : Ini tidak akan mudah bagi Ivy
5
Bab 5 : Rahasia Besar Terungkap
6
Bab 6 : Percobaan Kabur Pertama
7
Bab 7 : Percobaan Kabur Kedua
8
Bab 8 : Carmen
9
Bab 9 : Pesta Tuan Abe
10
Bab 10 : Nikahi Ivy
11
Bab 11 : Kaki Ivy Terluka
12
Bab 12 : Kedatangan Carmen ke rumah sakit
13
Bab 13 : Kedatangan Nyonya Christina ke Rumah Sakit
14
Bab 14 : Percobaan Pembunuhan Ivy
15
Bab 15 : Pernikahan Lukas & Ivy
16
Episode 16 : Pengantin Baru
17
Bab 17 : Tiba di Cebu
18
Bab 18 : Hari pertama di Cebu
19
Bab 19 : Hari Kedua di Cebu
20
Bab 20 : Carmen 2
21
Bab 21 : Hari terakhir di Cebu
22
Bab 22 : Tiba di Mansion Vergara
23
Bab 23 : Bertemu Tuan Louis Hendrik
24
Bab 24 : Bukan Tentang kopi
25
Bab 25 : Akhirnya Menghubungi Bella
26
Bab 26 : Menara Vergara
27
Bab 26 : Mulai Bekerja di Menara Vergara
28
Bab 28 : Dicemburui...
29
Bab 29 : Pertengkaran Lukas & Ivy
30
Bab 30 : Ivy Menghilang
31
Bab 31 : Lukas Terhempas lagi dan lagi
32
Bab 32 : Sofia Diculik
33
Bab 33 : Tragedi Purro
34
Bab 34 : Menyelamatkan Sofia
35
Bab 35 : Mengusap Kepala Lukas
36
Bab 36 : Departemen Amal
37
Bab 37 : Ciuman Pertama
38
Bab 38 : Rahasia Pernikahan Terkuak
39
Bab 39 : Kemarahan Nyonya Christina
40
Bab 40 : Ciuman di Kantor
41
Bab 41 : Resort Vergara
42
Bab 42 : Aiden Diracun

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!