"Gusti Allah salah apa aku ini." Panik seorang gadis muda nan cantik didalam kamarnya.
"Berisik banget kak, ada apa?" Tanya wanita paruh baya menghampiri gadis itu.
"Bunda kok gak bangunin kakak sih, telat ini nanti pasti kenal omel mbak Caca pas nyampe tempat praktek." Jawab gadis itu yang masih sibuk dengan jas putih serta tasnya.
"Lah kakak kan udah di panggil si adek tadi tapi nggak nyaut, ya kira bunda kakak gak buka praktek." Ucap wanita paruh baya itu.
"Udahlah Bun gakpapa, Nara pergi dulu yaa." Pamitnya kepada sang ibu.
"Lah kamu mau pakek sendal jepit itu kak?" Heran Bu Tika, bunda dari Nazra yang melihat kelakuan putri sulung nya.
"Udah gakpapa Bun, lagian dokter gak wajib pakai sepatu kan?." Teriak Nazra yang sudah berada diluar kamar.
"Ya Allah aku ngidam apa dulu, kok anak gadisku otaknya cuma 2 ons gitu." Gumam Bu Tika seraya menggelengkan kepala. Bagaimana bisa jas putih dipadukan dengan sandal jepit 12 an rebu.
___
"Lah dalah ini kenapa mas ojol nya gak nongol nongol lagi ngopi dulu apa sih ya?" Gumam Nazra yang mondar mandir didepan pagar rumahnya.
Drrtt drrrtt drrrttt
"Wohh elah siapa ini pagi-pagi dah telepun aja, gatau apa kalo aku lagi piknik, eh salah panik maksudnya." Gerutu Nazra seraya meraih ponselnya dari dalam saku jas kebanggaan nya.
"Iya mbak Caca ada apa?" Ucap Nazra setelah sambungan telpon terhubung.
"Kamu kok tumben belom dateng, ada masalah?" Tanya Caca dari sebrang telpon. Caca adalah sahabat baik Nazra yang berperan sebagai perawat ditempat Nazra membuka praktek.
"Kesiangan mbak, ini lagi nunggu ojol ngak nongol nongol." Jawab Nazra sambil celingukan.
"Oh ya udah kamu Hati-hati, mbak tunggu." Ucap Caca dan kemudian sambungan telpon pun terputus.
"Selamat pagi, dengan mbak Nara bukan?" Tiba-tiba suara laki-laki mengejutkan Nazra yang sedang dilanda risau.
"Ehhh haa apa?" Jawab Nazra kikuk karena masih terkejut dan ditambah dengan terpesona akan laki-laki didepannya saat ini.
"Dengan mbak Nara?" Tanya laki-laki itu sekali lagi.
"Ah iya saya." Jawab Nazra seraya tersenyum kikuk.
"Silahkan mbak." Ucap laki-laki itu seraya menyerah kan helm, dan yang ternyata adalah Faiz, mas ojol yang diorder oleh Nazra.
"Makasih, sesuai aplikasi ya mas." Ucap Nazra yang sudah berada dibelakang Faiz siap berangkat.
____
Dengan kecepatan sedang Faiz melajukan motornya menuju tempat tujuan yang sudah Nazra tentukan saat membuat orderan tadi pagi. Tak ada obrolan selama perjalanan, hingga akhirnya sampai dimana Nazra praktek.
"Makasih mas, ini duitnya dan saya kasih bintang 3 aja dulu karena masnya telat jemput saya." Cerocos Nazra saat turun dari motor Faiz.
"Tambahin setengah lah mbak dokter bintangnya, masak 3 ?" Faiz memelas.
"Haduh saya tambahin seperempat aja ya masnya." Jawab Nazra.
"Setengah lah mbak nanggung itu." Tawar Faiz masih kekeh.
"Loh kok malah nawar kayak dipasar aja nih masnya, mau nggak 3 seperempat? Kalo gak mau gak jadi nih." Ucap Nazra mengancam.
"Yodah iya makasih ya mbak, order saya lagi kalo butuh antar jemput." Ucap Faiz cengegesan sebelum pergi meninggalkan tempat praktek Nazra.
"Oalah mas ojol nggak jelas." Gumam Nazra saat memasuki tempat prakteknya.
"Selamat siang Bu Dokter." Sindiri Caca yang melihat kedatangan Nazra.
"Baru jam setengah 9 mbak, masih pagi." Jawab Nazra tanpa dosa.
"Kamu kesiangannya keterlaluan Ra, harusnya kita buka jam 8 kan?" Ucap Caca yang kembali disibukkan dengan menyusun obat-obatan kedalam etalase.
"Ya maaf mbak, aku habis subuh ketiduran lagi." Jelas Nazra.
"Kok tumben Bulek Tika gak bangunin kamu?" Tanya Caca penasaran, padahal biasanya Bu Tika selalu membangunkan putri sulung nya ini jika hari kerja.
"Bunda kira kita gak buka praktek hari ini mbak." Jawab Nazra yang fokus membaca laporan pasien pasien nya bulan ini.
"Pantesan, kamu udah sarapan?" Tanya Caca.
"Belom mbak, mana sempet sarapan kan habis siap-siap langsung otewe kesini." Jawab Nazra.
"Mau sarapan apa? Mbak beliin mumpung belum ada pasien." Tawar Caca.
"Nasi goreng depan aja mbak yang deket." Jawab Nazra.
___
Setelah sarapan keduanya sudah langsung mendapatkan pasien. Tanpa harus menunggu nasi dalam perutnya turun, Nazra langsung memeriksa pasiennya dengan sangat teliti.
"Bu, ini sidedek demam. Kemaren pas cuaca panas apa ada minum yang dingin dingin?" Tanya Nazra Ramah.
"Iya dok, kemaren minum es tebu. Saya larang nggak mau." Jawab ibu dari pasien.
"Pantesan, kalo bisa jangan dibiarin ya bu. Cuaca nya lagi nggak bagus, kurangi minum dingin. Dan untuk adeknya dengerin apa yang ibu bilang ya biar gak sakit." Ucap Nazra dengan senyum menghiasi wajah cantiknya.
"Iya bu dokter." Ucap anak kecil itu patuh.
"Mbak Caca, ini resep nya aku udah tulis tolong disiapin obatnya ya." Ucap Nazra dan diangguki Caca.
"Ibu bisa ambil obatnya ke mbak Caca ya." Ucap Nazra memberitau siibu untuk mengambil obat anaknya.
"Terimakasih dokter saya permisi." Jawab si Ibu dengan ramah, dan kemudian berlalu menyusul Caca untuk menebus obat.
____
Hari sudah menunjukkan pukul 12, yang mana tandanya memasuki waktu makan siang. Setelah menangani beberapa pasien dengan berbagai keluhan, kini saatnya Nazra dan Caca mengistirahatkan tubuh mereka dan mengisi perut mereka yang keroncongan.
"Ra, kamu gak ada niatan gitu buat pacaran?" Tanya Caca disela sela makannya.
"Belum nemu yang cocok mbak." Jawab Nazra.
"Kalo gitu terus kapan kamu nyusulin mbak, Ra?"
"Ya kapan kapan lah mbak, manatau kenal langsung dilamar terus nikah." Jawab Nazra dengan santainya.
"Nggak semudah itu Ra, mbak aja baru bisa tunangan dulu." Ucap Caca.
"Takdir gak ada yang tau mbak gimananya."
"Hah kamu ini aneh kok, disaat orang nyari suami yang kaya mapan tampan, kamu malah nyari yang biasa aja." Gerutu Caca yang mengomentari kriteria jodoh menurut Nazra.
"Lah mbak salah nya dimana? Aku itu cuma mau hidup sederhana yang kadang makan nasi sama garem doang, gak melulu ikan daging cumi dan udang." Jawab Nazra percaya diri.
"Kamu pikir cari yang kayak gitu gampang Ra? Kalo iya ada pasti mereka udah minder duluan, secara kamu anak dosen terus kamunya sendiri dokter yang udah praktek sendiri." Jelas Caca mengingat kan posisi Nazra saat ini.
"Harus mandang nya gitu ya mbak?" Tanya Nazra tak mengerti dengan apa yang Caca sampaikan kepadanya.
"Ya namanya juga laki-laki Ra, pasti mereka nggak mau kalo perempuannya lebih unggul dari mereka. Perasaan minder itu pasti ada kalo perempuannya kayak kamu." Jawab Caca.
"Walaupun gitu aku tetep cari laki-laki sederhana yang mau sama aku tulus dari hati mbak." Yakin Nazra akan keputusan nya.
"Terserah kamu sih Ra, dan semoga aja Allah kabulin." Pasrah Caca.
"Aamiin, tapi mbak menurut mbak dijaa uhuk uhuk." Ucapan Nazra terputus karena tiba-tiba dirinya keselek sesuatu. Sontak membuat Caca panik dan langsung menyodorkan segelas air untuk Nazra.
"Pelan pelan dong Ra, telen dulu baru ngomong." Nasehat Caca yang masih cemas dengan keadaan Nazra.
"Aman mbak, si*lan juga nih terong bikin keselek." Gerutu Nazra setelah Mengahabiskan segelas air pemberian Caca.
"Mau nanya apa kamu tadi?"
"Ehh itu ha, emang dijaman sekarang masih ada nggak ya laki-laki yang sesuai kriteria aku?" Tanya Nazra menaik turunkan alisnya.
"Lah masih banyak Ra, tapi yang tulus ya mbak nggak tau aja." Jawab Caca.
Dan bukannya merespon jawaban Caca, Nazra malah senyum senyum nggak jelas membuat Caca merinding melihatnya.
Tanpa bertanya atau menegur, Caca langsung meninggalkan Nazra sendiri diruangan itu. Takut takut jika nanti Nazra tiba-tiba tertawa atau menangis kan serem.
"Mbak, kalo mas ojol tadi pagi gimana?" Tanya Nazra yang masih menengadahkan muka keatas dan tak menyadari bahwa Caca telah meninggalkannya.
"Mbak jawan malah diem." Ucap Nazra lagi.
"Mbak kok nggak jaaa....." Kalimat Nazra terhenti saat melihat bahwa Caca sudah tak lagi ada di hadapan nya.
"Bagus kok memang ya anaknya Bude Tari, awas aja nanti pas sebelum pulang tak suntik mati kamu mbak terus tak amplas mukamu biar aluss kayak aspal." Geram Nazra.
"Diajak ngomong kok malah ngilang, mbok ya pamit dulu gitu." Sambungnya lagi sambil membereskan bekas makannya.
___
Setelah makan siang ternyata pasien yang datang lebih banyak dari pada sebelum zuhur tadi. Dan dengan sigap Nazra maupun Caca melayani pasien itu dengan ramah.
Banyak yang memuji keramahan Nazra sebagai seorang dokter umum, bahkan tak sedikit pula yang memilih berobat ketempat praktek Nazra dibandingkan ke puskesmas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
BOIEL-POINT .........
niCe ............
2022-08-18
1
Rifa Mukherjee
bagus hlo ini, bahasanya enak, paiz aku satu server sama kamu, penyuka ikan asin, apalagi baunya pas di goreng,wahhhh bikin laper satu RT
2021-12-26
2
Winter Flower
emang e mangan kambek jangan opo kok iso keselek terong 🍆 Ki??
2021-07-14
1