Chapter 5

Kami berjalan ke arah pohon mangga, "Rey,apa kamu yakin?," bisik Pandu padaku."Apakah wajahku terlihat bercanda?," bisikku balik bertanya."Terserah kamu lah!," bisik Pandu lagi.

"Saya panjat dulu pohon nya ya Neng,neng di bawah aja!," ucap Pak Mandir percaya diri."Nggak takut dosa Rey?," Malik bertanya padaku."Takut,tapi sesekali kita harus licik untuk mendapat kan sesuatu!," jawabku,mereka mengangguk.

"Terus mangga nya gimana?," tanya Aji,"Kita tetap bawa,lalu berterima kasih dan pergi!," jawabku."Jahat kamu Rey!,tapi nggak apa - apa sih!," ucap Pandu cengengesan.Aku mendongak mengawasi Pak Mandir yang memenjat,berkali - kali dia terperosok.

"Pfft!," Pandu menahan tawa dan Pak Mandir langsung menatap nya.Pandu pura - pura melihat belalang yang sedang ku pegang.

"Bujang,bujang.Mau sok - sok an cari perhatian anak gadis saja kau!," batin Aji,aku bisa gila jika,berurusan dengan Bujang Lapuk yang melegenda ini.

'Bugh,bugh,bugh'

Sepuluh buah mangga sudah jatuh,kami memungutinya."Makasih ya Pak Mandir Tamvan!," ucapku berteriak, "Ya,sama - sama neng!," balas Pak Mandir."Aduh neng geulis, manggil Pak Mandir Tamvan!!," batin nya kegirangan.

Kami meinggalkan Pak Mandir yang sedang asik makan mangga diatas pohon.

....

"Lhoo!,neng geulis nangdi?!," ucapnya bingung mecariku."Biyung,biyung piye iki?.Anakmu wes bujang lapuk mbarang panggah udung oleh garwa.Aduh biyung!!,(Ibu,ibu bagaimana ini?.Anakmu ini sudah bujang lapuk masih belum dapat istri.Aduh ibu!!)," kesal Pak Mandir.

Sedang kami,kami sudah sampai di rumah.Kami membagi rata mangga itu."Terima kasih sudah mengajakku keliling!," ucapku."Sama - sama,kalau gitu kami pergi dulu!," mereka pamit undur diri.

Ku lihat ayah dan ke tiga kakakku sedang duduk santai dengan secangkir teh melati,seperti bau parfumku."Eh ada Reyna,dari mana dek?," tanya Kak Dewa. "Cari angin sekalian keliling perumahan," jawabku,aku mendudukkan tubuhku.Aku mengambil belati yang selalu ku selipkan dalam bajuku.

"Wih dapat mangga dari mana?," tanya Kak Nanda mengambil salah satu mangga ku.Aku menampik tangannyan, "Ini punyaku!," tegasku,Kak Nanda mendengus kesal,"Rey dari mana kamu dapat mangga?," tanya ayah mengusap lembut kepalaku."Di petikin sama bujang lapuk!," jawabku sambil mengupas mangga dengan belatiku.

"Aaarghhhh!!!," teriakku,ayah menarik telingaku."Tidak boleh begitu!," tegas ayahku."Yah,apa salahnya?.Emang benar kan Pak Mandir itu bujang lapuk," Kak Rion membelaku.

"Iya,ayah tau.Tapi nggak usah bilang bujang lapuk juga kali Rey,Rion!," ucap ayahku melepas tangannya dari telingaku.

"Ayah mau?," tanyaku.Ayah membuka mulutnya,"Dek mau dong?," pinta Kak Rion. "Nih kupas sendiri!," ucapku menyodorkan mangga dan belati."Kupasin dong,udah lama nih nggak makan buah kupasan mu," ucapnya.

Tanpa banyak bicara ku kupaskan mangga itu dan kuletakkan di piring kecil Kak Rion, Kak Nanda, dan Kak Dewa. "Makasih dek!," ucap mereka serempak.

Aku merasakan gelagat aneh ayah,"Ayah mau ngomong?," tanyaku,beliau menatapku balik.Lalu menghela napas,"Rey,mau kuliah lagi nggak sama kakakmu?," tanya ayahku."Jurusan apa?," tanyaku tanpa basa - basi."Administration Bussiness satu kelas sama Aji,tapi kalau DNR,di Management Bussiness gimana?," ayah bertanya lagi.

"Di mana?," aku bertanya,"Di AU!," kali ini Kak Dewa yang menjawab."Apapun untuk ayah,selama aku mampu akan kulakukan walau harus kehilangan nyawa!," tegasku lagi.

Ayah meneteskan air mata,dengan segera aku mewadahi tetesan air mata itu lalu ku usapkan pada kepalaku.Aku menganggapnya berkat dari ayahku.Beliau mencoba memelukku, "Aku tidak menerima pelukan ayah,jika ayah menangis!," ucapku lagi.

Beliau terharu,bahkan si DNR (Dewa,Nanda,Rion) pun ikut menangis."Gembeng,(Cengeng)," ejekku pada mereka bertiga,mereka berdiri dan mengahambur memelukku.

"Biar!!," balas mereka. "Mereka tidak banyak yang berubah,hanya aku yang banyak berubah!," batinku membalas pelukan mereka."Satu lagi kamu bakal masuk asrama 3 bulan,untuk adaptasi lingkungan kampus.Dan besok bersiap - siap untuk ikut ke perusahaan bersama ayah," ucap ayahku,pastinya tak terbantahkan.Lagi pula aku juga ingin melihat sebesar apa gedung Adipura Corp.,itu

"Baiklah," aku menjawab pasrah."Tenang Rey,kita bakal ikut masuk asrama untuk menjaga tuan putri!," ucap Kak Nanda menenepuk dadanya.

Sore telah berganti malam,entah mengapa hari ini bulan malu untuk menampakkan diri.Sedang bintang sudah menampakkan diri sedari tadi.

Suasana malam ini sangat hangat,seluruh pelayan dan pengawal dikumpulkan untuk makan bersama.Kami duduk meleseh di halaman luar.Menikmati menu ayam dan lele bakar ditemani lalapan,sambal terasi,dan tentunya nasi hangat.

Mereka semua saling melempar canda tawa,apalagi ayah.Ku dengar selama aku di Korea, ayah jarang mau melempar canda tawa seperti malam ini,beliau benar - benar bahagia.Seolah mendapat bagian dari dirinya yang hilang,yaitu....Aku.

Aku tersenyum kecil melihat kebahagiaan para penghuni rumah ini.Yahh,aku ikut merasa bahagia.

"Non Rey,kok nggak dimakan?," tanya seorang pelayan. "Ahh,iya aku akan memakannya!," jawabku,aku mulai menyuapkan makanan.Mereka menatap senang ke arahku,"Kalian membuatku tidak bisa menelan nasi," ucapku,mereka terkekeh.

Jarang aku merasa bahagia seperti ini selama beberapa tahun belakangan.Yang ku rasakan hanya rasa waspada,emosi,dan takut.Beberapa tahun ini si brengsek Yugha,adik angkat ayahku selalu membuat aku khawatir.

Hampir setiap hari di untit dan mendapat serangan mendadak.Serangan yang paling parah adalah penyerangan Paman Arja dan penembakan yang mengenai lengan kiriku.

Miris,...sangat miris.Terkadang aku iri pada Kak Rion yang jarang mendapat serangan dari si brengsek Yugha. Tapi mau bagaimana lagi?, takdir membuat skenario yang sangat menarik bagi yang menjalaninya.

.....

Acara makan malam selesai,sekarang adalah acara kumpul - kumpul.Aku dan Kak Rion sudah siap dengan gitar."Mau nyanyi apa dek,biar Babang Rion yang gitarin!," ucap kakaku,sifat narsis nya kambuh lagi,hahah...

"Mainin aja melodi,aku sedang malas bernyanyi," ucapku menyeruput jasmine tea."Ah elah dek,jarang - jarang lho kita duet bareng," gerutu kakakku.

Sifat kekanak - kanakannya mulai kambuh juga."Minta uang jajan dulu dong," ucapku."Udah punya resto banyak masih aja minta uang jajan dari kakaknya!," elak kakakku.

"Apa salahnya,ya kan ayah?," aku mengajak ayah kompromi.Ayah mengangguk,"Yah!,kok ngangguk sih?,anak bontot ayah ini udah punya banyak resto lho!," kakakku mengelak lagi.

"Berisik kau Rion, udah nih Rey," ucap Kak Dewa memberiku 5 lembar uang seratus ribuan,lalu merebut gitar dari tangan Kak Rion.

"Aku menerima ini,terima kasih kak," ucapku mengantongi uang tersebut.Kak Dewa mengangguk, ayah dan yang lain terkekeh.

"Siniin Wa gitarnya,aku mau duet dengan Rey," kata Kak Rion merebut gitar."Baiklah, aku akan menyanyi. Mau lagu apa?," tanya ku menengahi perdebatan mereka.

"Cinta karena cinta,tau kan?," tanya Kak Dewa."Yes,i know," jawabku."Kenapa lagu itu?," aku bertanya."Biasa si Nanda lagi melow," saut Kak Rion,alhasil langsung di lempar sepatu.

"Tapi iya sih,aku lagi melow Rey," ucapnya dengan cengiran kuda.

"Mulai!,"

Kak Dewa mulai memetik senar gitar.

'Cinta karena cinta,Judika'

Aku hanyalah manusia biasa

Bisa merasakan sakit dan bahagia

Izinkan kubicara

Agar kau juga dapat mengerti

Kamu yang buat hatiku bergetar

Rasa yang telah kulupa kurasakan

Tanpa tahu mengapa

Yang kutahu inilah cinta

Cinta karena cinta

Tak perlu kau tanyakan

Tanpa alasan cinta datang dan bertahta

Cinta karena cinta

Jangan tanyakan mengapa

Tak bisa jelaskan karena hati ini telah bicara

Kamu yang buat hatiku bergetar

Senyumanmu mengartikan semua

Tanpa aku sadari

Merasuk di dalam dada

Cinta karena cinta

Tak perlu kau tanyakan

Tanpa alasan cinta datang dan bertahta

Cinta karena cinta

Jangan tanyakan mengapa

Tak bisa jelaskan karena hati ini telah bicara

Ho-oo ai-ya ha-a

Cinta karena cinta

Tak perlu kau tanyakan

Tanpa alasan cinta datang dan bertahta

Cinta karena cinta

Jangan tanyakan mengapa

Tak bisa jelaskan karena hati ini telah bicara

Tak bisa jelaskan karena hati ini telah bicara

•••••••

Thank you.

Tbc.

'Aku harap sifat kaku ini juga mulai hilang seiring berjalannya waktu dan kembali ke Reyna yang dulu lagi.Ceria dan manis walau pendiam' ~Reyna Adipura..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!