Al Fath berdehem, tatapannya itu tajam bak elang ke arah para bawahannya, "selesai." Ia langsung pergi begitu saja tanpa mau melihat keriuhan dan kejutan macam ini---yang sebenarnya sudah biasa ia dapatkan, terutama dari keluarganya. Bersama dengan para ajudan, dan dua orang pejabat lainnya ia meninggalkan tempat.
Sementara di luar dugaan, Bu Faranisa justru menjempoli ke arah om Zaid, "seru. Musiknya enak...saya suka."
Irianto memijat kepalanya yang tiba-tiba berdenyut hampir pecah, kenapa harus shock therapy vibes yang ia dapatkan, acap kali nama putri bungsunya disebutkan.
Cikal sudah mencari keberadaan putri sahabatnya itu dengan langkah cepatnya.
"Gala?"
"Congrattssss! Om Cikalku!" tawanya berseru dan melompat ke dalam pelukan Cikal yang juga menyambutnya, sementara musik masih mengalun dari speaker bersama para prajurit muda yang masih berdendang dan sibuk sendiri disana itu.
Tak lama memang, mereka saling menumpahkan rasa rindu, sebab kini di balik tubuh Cikal, seseorang yang pahatan wajahnya ia adaptasi itu hadir, berdiri tegap dengan wajah tegas tak mudah ditebak.
"Bicara dengan papamu, La." Bisik Cikal.
Keriuhan, euforia bahagia, haru dan hari cerah mendadak mendung tak memiliki sinar sedikit pun.
Baik raut wajah Gala, maupun Irianto sang papa kini sama-sama melemparkan tatapan dinginnya.
"Ngga usah kamu so-so musuh gitu. Gala anakmu, Ri...jangan munafik, kamu sangat rindu Gala, bujuk biar balik." Zaid menepuk-nepuk pundak Irianto temannya, sementara Cikal sudah mematikan musik. Mengambil komando kembali dan membubarkan keriuhan untuk kemudian menyuruh mereka lari ke puslatpur demi melempar satu persatu perwira yang naik pangkat ke arah kolam makko, memberikan ruang dan tempat untuk sepasang anak dan ayah itu.
Namun sebelum benar-benar pergi, Russel sempat melihat ke arah Irianto dan Gala, seorang perempuan yang baru saja membuat kegaduhan acara mereka.
Gadis dengan wajah tegas nan raut dinginnya itu cukup menunjukan gestur tak tergoyahkan di depan lelaki yang menjadi atasannya itu, meski tak pula bisa menyembunyikan irisan manisnya. Namun cukup sampai disana saja kesan tentang gadis yang memiliki mata indah itu, sebab ia sudah digiring bersama yang lain meninggalkan lapangan.
Begitupun Gala dan Irianto, menahan kuat-kuat desakan setiap kalimat yang siap meluncur dari pangkal lidahnya saat para perwira itu melewati mereka, Gala sempat melihat beberapanya melintas namun ia tak begitu peduli dengan itu lebih memilih kembali merapikan peralatan musiknya.
Lipatan kabel, laptop dan dj box yang sempat ia pakai, kini ia masukan kembali ke dalam koper, sambil mendorong meja kembali ke dalam bersama speaker.
Tangan kekar itu sempat membantu sang putri namun kemudian, ketika semuanya sudah selesai, langkah terayun Gala tertahan oleh ucapan dingin papa.
Ia menghela nafasnya, "2 tahun pergi dari rumah, kamu kembali dengan sikap yang----- " kini raihan tangan papa Irianto menjegal lengan dan menaikan lengan kemeja kotak-kotak yang terlipat 10 cm dari pergelangan tangannya.
Merujuk pada tinta hitam permanen yang terlukis di lengan Gala, matanya memicing sejak tadi pada sang putri.
"Tatoo?" tuduhnya dengan mata tajam, seketika tuduhan keras itu memaksa Gala menepis tangan papa, ia tak menampik bukti atau mengelak dengan alasan yang dibuat-buat. Ia terlahir bukan sebagai pembohong.
"Gala pulang untuk ketemu mama yang katanya sakit, bukan buat papa."
Ia mendengus dan tentunya dengan nada sumbang penuh mencibir, "bagus. Masih ingat ibu rupanya, ini nona?!"
Gala segera menggusur kopernya dari sana diiringi cercaan papa Irianto, ngga usah mulai...ia menggumam, benar-benar pelan sekali terkesan macam kumur-kumur.
Dan tebak, perseteruan ini tak menghasilkan titik temu apapun hingga Gala memutuskan untuk pulang ke rumah dinas dan papa kembali pada aktivitas sesuai agenda hari ini, termasuk meminta maaf pada atasan serta siap menerima segala konsekuensi atas perbuatan Gala hari ini.
Mama Hanin langsung menghambur memeluk Gala, ketika netranya menangkap sosok putri bungsunya berada di ambang pintu. Ia yang tengah menyiangi kacang hijau, sempat terpaku dengan mata yang lambat laun menunjukan kilauan berkaca-kaca.
"Lala..."
"Ma, aku pulang." Senyumnya tersungging getir, ada rasa semacam bersalah menyeruk, bergetar dan sejenak ruang hatinya yang kosong tadi disesaki oleh perasaan haru bercampur sesal, memberikan pukulan di sarafff mata untuk sesegera mungkin menumpahkan air mata.
Tak sampai berlinang apalagi bikin banjir markas Ciparu, ia segera menekan kedua ekor mata di balik pelukan mama.
Masih dimanjakan oleh masakan mama yang membuat rasa rindu semakin berlomba berebut pelukan, lambat laun hangat di wajahnya dapat mencairkan suasana.
"Makan yang banyak, La." lalu tatap mata mama jatuh ke arah lengan Gala, namun sepertinya mama tau waktu untuk tidak membahasnya sekarang.
"Dari Kota Karang jam berapa? Kenapa ngga bilang, tau begitu biar mama minta papa nyuruh bawahan buat jemput kamu di bandara." tanya mama seolah tak kehabisan stok makanan untuk menyambutnya sebab kini ia membawa cemilan, padahal Gala belum menghabiskan makanan di piringnya. Bahkan mama sendiri sepertinya baru saja pulang mengajar, sebab pakaian korpri masih melekat di badannya.
"Jam 9, ma. Kak Ayunda ngga pulang kesini?"
Mama menggeleng, "kayanya langsung ketemu bang Aziz." kunyahan Gala langsung terhenti sejenak, pandangannya lurus namun mendadak kosong, seperti langsung ditarik lenyap dari sana.
"La." Ada raut bahagia yang terselip diantara garis wajah mama yang duduk di sampingnya, "sepertinya rencana papa dan om Zaid mencomblangkan kakakmu dan Aziz sukses. Kakakmu dan Aziz sama-sama tertarik. Masih ingat kan Aziz? Putra om Syahril? Yang dulu sering kamu gelendotin dari unit infanteri xx itu?"
Tentu, tentu Gala sangat hafal bahkan pelukannya pun, masih ia ingat bagaimana rasa hangatnya. Janji itu....badji ngan.
Gala memaksa senyumnya, "ingat, ma. Oh, syukur." Ia meraih gelas berisi air minum dan meneguknya kesulitan.
"Puding santan gula aren...mama buat ini tadi sebelum ke sekolah. Sudah dingin, lebih enak." Kini piring kecil berisi sepotong puding buatan mama itu di dorong ke arah Gala.
"Gala pasang tatoo?" kini mama bertanya dengan raut wajah hati-hati dan tersenyum melihat ke arah lengannya, lebih tepatnya ke arah bagian yang ia pasangi tatoo yang refleks membuatnya ikut mendaratkan pandangan ke arah yang sama seraya menggerakan tangan agar keduanya bisa lebih jelas, namun Gala masih bisa melihat rasa getir, sedikit terkejut atau mungkin kecewa kah, itu? Di wajah mama.
"Iya. Maaf kalo mama ngga suka, atau kecewa nanti biar Gala ha---"
"Oh engga." Geleng mama cepat, ia meraih tangan yang sejak tadi menjadi perhatiannya dan sempat ingin disembunyikan Gala dalam lipatan kemejanya, tangannya bergerak mengusap sambil memperhatikan wajah Gala dengan penuh kelembutan.
"Kalo Lala suka. You can do it. Mama akan dukung." ia tersenyum membaca tulisan, "Jeng--Gala...Virgo?"
Gala mendengkus tertawa renyah, "iya."
"Aku bikin disini juga, ma." tunjuk Gala sedikit menarik kerah kemeja dan menunjukan tulisan Jenggala yang berada di dekat tulang selang ka meski tak sebesar di lengan.
Mama nampak mengerjap dan menarik nafas singkat, menghentikan keterkejutan lainnya, namun ia segera melebarkan kembali senyumnya, "cantik."
Ia menjeda tatapan seolah sedang menyelami dan merebut hati putri bungsunya yang terasa jauh sekarang, "garang." Lalu keduanya tertawa bersama.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
momomo neno
aku tebak aja gala ini ada rasa atau pernah ada something sm Aziz, tp papa Irianto malah comblangin Aziz sama Ayunda, ntah di sengaja atau tidak..tp kayanya itu yg bikin hubungan papa Irianto dan gala jadi dingin...hmm bener ga ya tebakan aku ini😄
2025-10-01
8
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
tuh
makanya mama nya gala berjodoh sama papa nya gala.
yg satunya sifatnya agak kaku yg satu wataknya lembut.
gimana gak gala lebih sayang ke mama daripada papa nya.
wong papa nya gala kayak berperang sama diri sendiri tiap ketemu gala.
semoga aja kedepan nya mama bisa menjembatani perasaan gala sama pap Irianto sampai rukun lagi
2025-10-01
1
Salim S
waah calon nya russel agak "nakal "...yah 11-12 sama russel jaman SMA 🤭🤭🤭, kayaknya s aziz aziz ini pernah bikin janji mungkin sama gala sebelum gala pergi dari rumah...tenang nona manise akan ada pengganti s aziz yg lebih waw menunggumu 🤭🤭🤭bu faaar kangen banget sama ibu jendral satu ini...pasti bakalan cocok sama gala yg sepertinya punya jiwa pemberontak dalam tanda kutip ya teh...
2025-10-01
1