Bab 5. Menyalahkan Purnama

"Sakiiiit... aku tidak kuat sakitnya!" Pak Min terus merintih di dalam kamar tersebut.

"Pak, ayo minum obat nya dulu biar berkurang rasa sakit nya." Okta datang membawakan obat.

"Aku mau mati saja, aku sudah tidak ingin hidup lagi seperti ini." Pak Min memang telah putus asa akan nasib yang ia jalani sekarang.

Siapa sangka bahwa dia yang dulu nya adalah juragan sate dan hidup sangat enak tapi ternyata memuja pesugihan asu baung, sekarang hanya menikmati karma nya saja dengan tubuh yang sudah tidak bisa dipakai untuk bergerak atau pun merasakan nikmat nya hidup lagi di dunia ini, tidak ada yang berakhir indah apa bila harta yang didapat dari memuja siluman.

Di tambah Pak Min juga begitu kejam ketika masih jaya dulu, setiap hari ia membutuhkan darah manusia untuk dibikin resep agar sate nya terasa begitu nikmat. tapi semua berakhir karena Purnama sudah turun tangan dan membongkar kebusukan pria ini, sampai kasus pembunuhan seorang lansia pun terungkap dan itu Pak Min lah pelaku nya.

Sejak terungkap nya kasus pesugihan yang di anut oleh Pak Min maka hidup dia berubah menjadi neraka yang tiada batas, setiap saat tersiksa dan itu berulang kali karena ia telah di curi oleh ratu ular dan mendapatkan siksaan dalam sebuah lembah.

Sekarang tinggal menikmati hidup yang begitu sengsara dan mau mati juga tidak bisa karena ajal belum datang menjemput diri nya, untung nya sang anak masih mau mengurus bersama dengan menantu juga sehingga Pak Min tidak terlantar sendirian di masa tua yang begitu menyedihkan ini, sedangkan anak yang bungsu telah pergi merantau untuk mengubah nasib sambil membawa uang hasil pesugihan.

Oleh sebab itu maka Arman masih cemas dan juga kepikiran dengan nasib Andre, karena adik nya pergi membawa uang yang tidak berkah. takut bila suatu saat nanti uang tersebut akan menimbulkan masalah dan membuat Andre celaka, Arman tidak tahu bahwa uang itu asal muasal nya dari istana Purnama hanya saja di curi oleh salah satu anak buah dan di jadikan sarana pesugihan.

"Bunuh saja aku sekarang!" pinta Pak Min pada menantunya.

"Pak, terserahlah diri pada Allah agar penyakit ini bisa diangkat dan mendapat ampunan pula." nasihat Okta hati-hati.

"Aku tidak mau.... aku mau nya mati saja!" Pak Min kembali berteriak karena seluruh tubuh begitu sangat menyakitkan.

"Pak, kita hidup atas kehendak Allah dan meninggal juga atas kehendak nya! marilah kita berserah diri dan memohon ampunan kepada Tuhan." Suminah saja sampai ikut bicara karena dia sudah kasihan.

"KAU DIAM SAJA APA BILA TIDAK TAU!"

Pak Min membentak Suminah kasar karena dia memang tidak ada niat untuk insaf, malah merasa Tuhan tidak pernah adil pada diri nya. dulu di kasih hidup miskin tiada batas sehingga membuat dia gelap mata dan mengambil pesugihan, dalam hati mengatakan andai kata dia menjadi orang kaya maka jelas tidak akan menganut pesugihan sesat.

"Minum saja obatnya ini, aku tidak mau kalau nanti Arman sampai marah gara-gara Bapak tidak minum obat!" Okta memasukkan pil ke dalam mulut Pak Min.

"Ya Allah, menguras emosi sekali kau Okta." Suminah saja merasa tidak sanggup melihat betapa sabar nya sang adik.

"Ini pahala untuk ku, julukan aku tidak sempat mengurus Ayah kita jadi ya sekarang aku mengurus Bapak nya Mas Arman." Okta berkata pelan.

"Untung lah menantumu dia, Pak." Suminah sampai menggelengkan kepala berulang kali.

"Kalau Mbak yang jadi menantu nya sudah habis dia dari dulu kamu banting." Okta tertawa kecil.

Mengurus orang tua yang sedang sakit bukanlah hal yang mudah karena kesabaran menjadi hal yang paling utama, walaupun punya uang untuk membawa berobat tapi kalau tidak ada rasa sabar maka sudah pasti tidak akan di urus dengan baik pula, Pak Min sudah beruntung mendapatkan menantu seperti Okta ini karena mau mengurus dia yang sengsara.

Padahal bau tubuh Pak Min bukan main tapi Okta masih saja tidak jijik dan membersihkan dia walau memakai sarung tangan, tapi kalau soal di kemaluan maka Arman yang mengurus karena tidak mungkin pula Okta melihat kemaluan mertua sendiri karena itu jelaslah tidak sopan.

"Jadi dia sakit nya di bagian mana?" Suminah penasaran karena tadi dia tidak melihat ada luka.

"Aku juga tidak tahu dia itu menderita sakit nya di mana, tapi ku tebak pasti ada di dalam organ tubuh lah." sahut Okta pelan.

"Apa di anu nya itu ya, Okta?" Suminah sudah kepikiran arah sana.

"Kata Mas Arman sih tidak karena memang tidak ada yang luka di bagian sana, kan dia tidak menganut pesugihan yang bertubuh." Okta berbisik pelan takut di dengar oleh Pak Min.

Memang di bagian kemaluan sama sekali tidak ada luka atau pun seperti nanah yang mengeluarkan bau tidak sedap itu, tubuh Pak Min juga sama sekali tidak ada luka sedikit pun sehingga Okta agak heran kadang di mana yang membuat orang tua ini merasakan sakit luar biasa, dugaan nya langsung mengarah pada organ dalam karena kadang kala perut Pak Min begitu besar membusung dan sangat keras luar biasa.

Pak Min hanya bisa terdiam setelah di berikan obat begitu dan langsung di tinggal oleh sang menantu, rasa sakit yang begitu luar biasa ada di perut dari dada hingga sampai kepala seolah seluruh tubuh ditusuk oleh sesuatu yang panas dan rasa nya perih, tulang juga seakan mau di tarik lepas sehingga menimbulkan suara kadang kala ketika tengah malam.

"Purnama, ini semua karena kau! aku menderita begini karena ulah mu." Pak Min malah menyalah kan Purnama.

"Bila aku mati nanti maka ku pastikan diriku akan menjadi arwah gentayangan dan membuatmu tidak bisa tenang." ada rasa dendam di hati orang tua ini karena Purnama telah mengungkap pesugihan nya.

"Kau tunggu saja saat itu tiba karena aku tidak akan tinggal diam, aku telah memohon di dalam lembah itu tapi malah kau beri aku penyakit seperti ini." Pak Min mengira sakit nya dia adalah ulah Purnama.

Padahal itu semua adalah balasan karena selama ini dia telah memuja seorang iblis, ini malah menyalahkan Purnama yang telah mengungkap pesugihan dia di hadapan semua warga, dosa yang dilakukan Pak Min juga begitu besar karena dia bisa dikatakan telah memberi makanan orang dengan barang haram dan juga najis, darah manusia dicampur dengan air liur asu baung.

selamat siang Besti jangan lupa like dan komennya ya, salam hangat dari Mak NJ.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***