Eps. 5 Mencari Mu

Kediaman Wiryatama

Hardian dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang. Pria itu bukannya beristirahat di rumah ia justru langsung bekerja. Hardian mengancingkan jam tangannya. Ia terlihat rapi. Jas Navy, kemeja biru muda dan celana berwarna senada membalut tubuhnya.

"Mau kemana kamu sudah rapi sekali?" tanya Amelia.

"Kerja, mom." Hardian mencium pipi mamanya. Ia mengambil roti tawar, mengoleskannya dengan selai lalu melahapnya.

"Kamu itu baru sembuh. Istirahat dulu di rumah. Besok kan bisa kerja."

"Hardian sudah seminggu lebih di rumah sakit. Kerjaan pasti sudah banyak numpuk. Aku berangkat."

Hardian menyapa Aldo yang menunggunya di depan rumah. Amelia mengelus dada. Ia tahu tanggung jawab dan beban putranya sangat besar semenjak kepergian ayahnya.

Tok tok tok

"Masuk!" Hardian membolak balik berkas di atas meja kerjanya.

"Ada kemajuan?" tanyanya pada Aldo.

"Ini data yang berhasil kumpulkan." Aldo menyodorkan sebuah amplop berwarna coklat. Hardian meraih amplop pemberian Aldo, membukanya dan membaca satu persatu kertas di dalamnya. Mata pria itu menatap lekat sebuah foto gadis manis yang sedang tersenyum.

"Hemm..." gumamnya pelan.

"Gadis itu relawan sebuah panti jompo, pengajar sukarela di beberapa rumah singgah di pinggiran kota, dan dia donatur tetap empat panti asuhan. Setiap bulan dia selalu mengunjungi masing-masing panti."

"Teruskan." Hardian mendengarkan dengan seksama informasi yang Aldo berikan.

"Ada satu informasi yang sulit saya korek kebenarannya."

"Tentang apa?" tanya Hardian.

"Tentang Sonia, kakaknya. Gadis itu akan menikah bulan depan tapi tiba-tiba ia dikabarkan meninggal karena sakit parah. Lalu tersebar rumor kalau kekasih Sonia tidak datang ke acara akad nikah. Pria itu kabur setelah namanya tersangkut kasus penggelapan dana. Media massa santer memberitakan Sonia bunuh diri. Ketika saya usut kebenarannya, berita-berita itu ternyata telah di hapus. Wartawan yang menulisnya pun tidak tahu lagi keberadaannya. Hilang begitu saja. Sepertinya Wijayanto Pramulya bergerak cepat sebelum berita meluas."

Hardian mengetuk-ngetuk jemarinya di atas meja kerjanya.

"Apa jadwal ku besok?" menoleh pada Aldo yang berdiri di depannya.

"Besok pagi anda bertemu pak William di kantor, siangnya meeting dengan para investor di hotel membahas soal akuisisi PT. Halim Sentosa. Maaf, tuan. Anda yakin mau membeli perusahaan itu? bukankah profitnya sangat rendah. Harga sahamnya juga terjun bebas."

Hardian menatap Aldo dengan pandangan tak bisa dibaca.

"Selama ini apa pernah aku melakukan sesuatu yang tidak aku pastikan?"

"Tidak, tuan." Aldo menunduk.

"Semua sudah aku perhitungkan jadi lakukanlah apa yang aku perintahkan. Besok setelah selesai meeting kita langsung ke kampus gadis ini."

"Baik, tuan. Kalau tidak ada hal lain saya permisi tuan." Aldo berbalik meninggalkan ruangan itu.

Hardian memutar kursinya menghadap jendela besar yang menampilkan langit Jakarta yang begitu cerah. Dia tersenyum, bersender pada kursi, melipat tangannya di dada.

Kantor Hardian ada di puncak gedung ini. Ruangan yang ia tempati lebih mirip apartemen mewah ketimbang sebuah kantor.

Dinding ruangan di dominasi warna coklat dan broken white. Terdapat sebuah meja kaca yang elegan dengan kursi putih yang empuk. Lengkap dengan sofa dan nakas yang beralaskan karpet persia warna dusty grey.

Beberapa hiasan dan lukisan mahal tertata dan tergantung dengan apik di sudut dinding. Dan di sisi lain terdapat kamar mewah untuk Hardian beristirahat melepas penat.

Hardian tersenyum tipis, memejamkan matanya membayangkan wajah panik gadis penolongnya. Sebenarnya waktu di ruang perawatan Hardian sudah sadar tapi badannya sulit digerakan.

Mata Hardian tertuju pada sosok gadis yang berdiri di samping jendela. Bajunya yang basah, rambut yang aut-autan tak mampu menutupi pesona gadis itu.

Meskipun pandangan matanya sedikit kabur. Hardian dengan jelas menangkap raut kekhawatiran gadis itu yang entah siapa namanya dan darimana asalnya.

Berbekal rasa penasaran dan berkas magang yang ia temukan di bawah ranjang rumah sakit. Hardian memerintahkan Aldo menyelidiki latar belakang gadis itu.

Di ketahui gadis itu anak seorang pengusaha sukses. Walaupun berasal dari keluarga kaya raya gadis itu memilih berpanas-panasan mencari tempat magang demi nilai kelulusan. Harusnya status keluarganya memudahkan ia memilih kedudukan di perusahaan orang tuanya.

"Gadis yang menarik." Hardian tersenyum lebar

.

.

.

Bersambung...

Selesai membaca tolong tinggalkan jejakmu ya...😊

Tolong Like, komen dan vote.

Terima Kasih*** 😘❤

Terpopuler

Comments

Edah J

Edah J

Kak author ga mau nerusin lagi nih novel ya?
mau ya,ya,ya

2024-06-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!