Eps. 2 Awal Pertemuan

Kirana berlari kecil dibawah guyuran hujan menuju halte bis terdekat untuk berteduh. Mendung yang menggelayut sedari siang tak kunjung hengkang. Disekanya air hujan yang membasahi wajahnya.

"Wangi hujan memang menenangkan." batin Kirana

Jari lentiknya memainkan tetesan air hujan yang jatuh dari atap halte. Pandangannya kemudian terhenti pada sebuah mobil mewah berwarna hitam yang terparkir tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Sepuluh menit berlalu mobil itu masih disana. Kirana menyipitkan matanya ketika merlihat tangan terjulur keluar dari kaca jendela mobil itu.

Hujan yang deras tak menyurutkan niatnya mendekati mobil itu, memastikan apa yang dilihatnya. Seketika ia terperanjat sambil menutup mulutnya. Amplop coklat berisikan berkas magang yang ia pegang jatuh ke tanah. Pintu mobil diketoknya berkali-kali tapi nihil, tidak ada respon dari orang yang ada didalam sana.

"ya Tuhan apa yang harus aku lakukan??" Dalam kepanikan dan tubuh yang mulai basah, tanpa pikir panjang ia mengambil sebongkah batu besar, menghancurkan kaca jendela mobil lalu merogoh ke dalam jendela.

CTEK !

Kuncian jendela pun terbuka. Pria didalam sana tidak sadarkan diri. Kirana menepuk pipi pria itu berharap pria itu akan terbangun namun usahanya sia-sia. Ia mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.

"Halo, Kiki ada apa nak?"

"Om Hafif ! Tolong aku. Ada orang pingsan disini. Apa yang harus aku lakukan?" ucapnya cemas.

"Bawa dia ke RS Om."

"Baik, Om."

Kirana berlari ke tepi jalan raya mencoba menyetop sebuah taksi. Salah satu taksi akhirnya menepi.

"Pak tolong ada yang pingsan!"

Kirana menarik-narik lengan baju sopir taksi. Sopir taksi itu pun berlari dibelakang mengikuti Kirana. Sekuat tenaga mereka berdua menggotong tubuh pria malang itu lalu menidurkannya di kursi penumpang. Kirana duduk disebelahnya. Menaikan kepala pria itu dipangkuannya.

"Jalan pak ke rumah sakit X."

"Baik, mbak" sopir taksi melaju kencang.

"Mas bangun. Mas." Kirana masih menepuk lembut pipi dan menggosok-gosok tangan pria itu. Taksi sampai di parkiran rumah sakit.

Dokter Hafif dan dua orang perawat bersiaga di lobi sambil membawa brankar. Tubuh pria malang itu kemudian dipindahkan.

"Cepat larikan ke UGD!" perintah dokter Hafif.

Kirana membayar taksi, lalu ia berlari ke arah UGD. Dari pintu kaca UGD tampak perawat dan pamannya cekatan menangani pria itu.

Berselang satu jam pria itu di bawa ke ruang perawatan VIP. Kirana menarik kursi. Ia duduk di sebelah pria itu. Gadis itu basah kuyup, kemejanya kusut, rambutnya berantakan dan sepatunya penuh lumpur.

Pintu raung perawatan terbuka. Dokter Hafif muncul dengan stetoskop melingkar dileher dan membawa handuk kering. Kirana mencium punggung tangan pamannya.

"Keringkan badanmu." dokter Hafif menyodorkan handuk putih rumah sakit.

"Terima kasih. Bagaimana keadaannya, Om?"

"Kondisinya sudah lumayan stabil. Dia kelelahan, kekurangan nutrisi dan terserang tipus. Untung kamu menolongnya tepat waktu. Jika tidak, ia berada dalam masalah serius."

"Bagaimana menghubungi keluarganya? kita nggak punya kontaknya."

"Kamu tenang saja. Om sudah mengurus semuanya. Mamanya pasien rumah sakit ini. Setiap bulan dia kesini mengantarkan mamanya untuk check kesehatan."

Kirana mengangguk paham. Ia memandangi wajah pucat pria itu.

"Ganteng ya? masih jomblo loh dia." goda pamannya

"Apa sih, Om."

"Bukannya hari ini kamu magang?"

"Nggak jadi, Om. Berkasnya juga sudah kotor." menunjukan map coklat di tangannya.

"Kamu aneh. Orang tua punya perusahaan malah magang di perusahaan orang."

"Om tahu sendiri aku tuh orangnya gimana. Pantang aku KKN. Penilaiannya nanti nggak objektif. Yang ada di sana aku nggak belajar apa-apa."

"Terserah kamu saja. Ya sudah Om tinggal dulu. Jagain sebentar nanti ada keluarganya yang kesini."

"Beres, Om."

"Jangan lupa badanmu di lap. Kalau nanti kamu sakit om juga yang repot."

"Iya Om, iya."

Hujan mereda. Hari pun menjelang sore. Kirana masih setia menemani pria itu.

"Kenapa keluargamu belum datang?" gumamnya pelan

drrt drrt drrt

ponsel Kirana bergetar

"Assalamualaikum, mbak Inah"

"Waalaikumsalam non. Non, di suruh papa pulang."

"Ada apa ya, mbak?"

"Ndak tahu non. Pokoknya cepatan pulang. Kayaknya penting."

"Oke, mbak waalaikumsalam."

"Kenapa keluargamu belum datang? Sebenarnya aku nggak tega ninggalin kamu. Tapi aku harus pergi. Semoga lekas sembuh ya. Aku panggilkan perawat untuk menjagamu. Selamat tinggal." Kirana menepuk pelan bahu pria itu. Gadis itu bergegas pergi.

.

.

.

Bersambung...

Selesai membaca tolong tinggalkan jejakmu ya...😊

Tolong Like, komen dan vote.

Terima Kasih*** 😘❤

Terpopuler

Comments

Edah J

Edah J

Cerita nya bagus 👍

2024-06-23

0

Melisa Handayani

Melisa Handayani

like

2021-02-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!