“Kami pulang.”
Tidak ada seorang pun di dalamnya. Ayahku masih bekerja, jadi hanya kami saja yang berada di rumah. Adikku dan ayahku sudah berada di sini sejak 1 tahun yang lalu, sedangkan aku baru tiba di sini 1 minggu yang lalu. Ya, walaupun aku baru tiba di sini, namun aku tidak kesusahan dalam bahasanya, karena aku sudah mempelajarinya. Aku mempelajari dari beberapa anime-anime dan beberapa guru privat saat aku masih di Indonesia. Hanya saja, budaya mereka aku tidak mempelajarinya. Ini sedikit merepotkan, tapi mungkin aku akan terbiasa dengan budaya di sini.
Ngomong-ngomong soal anime, aku pernah mendengar suara karakter anime begitu lembut di salah satu anime. Suara itu sanggatlah lembut ketika aku dengar. Aku penasaran dan mencoba menelusuri di internet sumber pengisi suara itu. Aku menemukan bahwa, pengisi suara itu berasal dari selebriti muda yang terkenal di Jepang. Sejak saat itu aku mengaguminya, hanya mengaguminya saja.
Dia selebriti muda yang berwajah cantik, bisa dikatakan kecantikannya itu merupakan anugerah terindah yang ada di dunia ini, walaupun rambutnya berponi. Mungkin sesekali aku ingin bertemu langsung dengannya, melihat kecantikannya yang anugerah itu. Tapi itu mustahil bagiku, karena kesibukannya sebagai selebriti dan aku tidak tahu keberadaannya di mana.
Dinda menunjuk jarinya ke arah televisi. “Hey Aniki, lihat!”
Televisi itu menampilkan sebuah acara penghargaan kepada seorang wanita.
“Dia...” Aku kaget melihat wajah yang berada di dalam televisi itu.
“Selamat kepada seiyuu muda berbakat.”
“Terima kasih atas penghargaan ini. Terima kasih kepada penggemarku yang setia menemani perjalananku hingga saat ini, berkat kalianlah aku sampai tempat ini. Terima kasih banyak.”
“Tepuk tangan yang meriah untuk Sakurai Mai.”
“Terima kasih, semuanya.”
Wanita yang bernama Sakurai Mai merupakan seorang wanita yang kukagumi. Dialah yang memiliki suara yang begitu lembut, bahkan saat aku melihatnya di televisi suaranya begitu lembut hingga aku tidak dapat berkata apa-apa. Tapi tidak kusangka dia mendapatkan penghargaan pengisi suara muda terbaik. Itu benar-benar keren sekali.
“Hebatnya...” ucapku.
Faktanya dia benar-benar hebat di usia yang masih muda. Aku tidak tahu seberapa besar dia berjuang demi penghargaan itu, tapi yang jelas aku dapat melihat wajah bahagianya dari layar televisi ini.
...***...
Keesokan paginya aku berjalan menuju ke sekolah. Aku sudah mengingat baik jalan menuju ke sana, ya berkat adikku juga. Tiap jalan aku mengingatnya, bahkan aku tahu tempat untuk bolos sekolah berada di mana.
“Hehehe...” ucapku memandangi kucing di samping pagar sekolah.
Mungkin suatu saat nanti aku akan bolos, seperti di sekolahku dulu.
Tiba-tiba terdengar suara keributan dari dalam gedung sekolah. Aku yang mendengar suara keributan, sontak langsung bergegas ke sana.
“Bukannya dia itu...”
“Cantiknya.”
“Seperti biasa, dia begitu cantik.”
“Apa kau menonton televisi kemarin?”
“Aku menontonnya. Dia hebat sekali, padahal pesaingnya juga seiyuu yang bagus. Tapi dia bisa mengalahkannya.”
“Keren, kan.”
Aku melihat beberapa orang sedang berada di loker sepatu. Entah apa yang mereka lihat, tapi yang jelas, kakiku diinjak seseorang. Aku memakai sandal untuk berangkat ke sekolah.
“Hey, kau menginjak kakiku!” ucapku.
“Maaf.... Dia cantik sekali, ya. Aku ingin berpacaran dengannya.”
“Dia?” tanyaku.
“Itu loh, Sakurai Mai. Kau tidak mengenalnya?”
Aku kaget ketika mendengar ucapannya. “Sakurai Mai sekolah di sini?”
Aku mencoba melihatnya, namun terhalang oleh siswa dan siswi yang ikut melihat Sakurai Mai. Ini memang menyebalkan, aku ingin bertemu dengannya dan melihat secara langsung yang katanya dia begitu cantik.
Karena tidak dapat melihatnya, aku memutuskan untuk ke kelas.
Ini benar-benar gila. Entah ini jodoh atau bagaimana, aku tidak dapat fokus saat belajar.
“Baik semuanya, buka halaman 23!”
Jam pelajaran pertama sedang berlangsung, namun aku tidak dapat fokus saat belajar, karena aku mengetahui bahwa Sakurai Mai bersekolah di sini. Ah... aku ingin bertemu dengannya.
“Ada apa?” tanya Maeda yang melihatku melamun.
“Tidak ada apa-apa!” jawabku.
Maeda melihat ke depan, lalu melihatku lagi. “Bagaimana nanti istirahat aku temani?!”
“Oke!” jawabku.
Maeda sepertinya masih ingin mengajakku keliling gedung sekolah ini. Aku tidak tahu alasan apa dia melakukan itu, mungkin dia memang ingin mengajakku saja.
“Hey kalian berdua! Jangan berbicara saat pelajaran!”
“Maaf, Sensei!” ucapku.
Aku memang sudah mahir dalam bahasa Jepang, namun bukan berarti aku bisa menulis kanji. Ini sungguh rumit untuk ditulis. Banyak orang bilang, bahwa kanji merupakan seni dan mudah sekali untuk ditulis. Apanya yang mudah! Aku tidak dapat menulis dengan benar, ini memalukan sekali. Kanji memang seni, tapi tidak semudah itu ditulis. Bahkan aku sendiri tidak dapat menulisnya. Aku perlu banyak latihan.
Sudah 3 halaman kubuang, namun aku masih belum bisa menulis kanji dengan benar. Halaman buku penuh dengan coretanku, bahkan tidak ada satu pun catatan pelajaran di dalamnya. Aku mengabaikan pelajaran, dan fokus dengan kanji yang kutulis. Ini sedikit menyenangkan, karena udara pagi yang segar dari jendela yang berada di sampingku. Cahaya matahari menyilaukan bukuku. Aku menikmatinya sambil mencoret halaman bukuku.
Ngomong-ngomong soal buku, aku pernah menemukan sebuah buku diary ketika aku pulang sekolah saat SMP. Buku itu milik seorang wanita yang tertinggal di kolong mejanya. Seharusnya aku tidak membacanya, namun hasrat penasaran merasuki tubuhku. Dan aku membacanya.
...----------...
Selasa, 10 Februari
...Jono hari ini begitu ganteng sekali, aku ingin sekali menyapanya. Wajah dia begitu manis, mungkin dia bisa membuatku menjadi ibu yang baik. Aku ingin sekali dia menjadi suamiku, ingin sekali. Aku tidak perduli dengan pacarnya, aku harus bisa merebutnya....
Rabu, 11 Februari
...Ah sial! Jono jalan sama Sulastri, dia membuatku kecewa. Aku tidak bisa begini saja, aku harus membuatnya menjadi suamiku apa pun yang terjadi....
Kamis, 12 Februari
...Aku menemukan tempat yang bagus. Tempat itu sangat cocok untuk membawa Sulastri di sana. Aku ingin sekali membawa dia ke tempat itu dan menyiksanya, hahahahaha....
Jumat, 13 Februari
...Aku menyewa beberapa preman untuk bisa membawanya ke tempat itu. Bahkan aku membayar mahal. Pokoknya Jono harus menjadi milikku....
Sabtu, 14 Februari
...Aku berhasil membunuhnya, hahahaha. Ini menyenangkan sekali. Aku akan menyatakan perasaanku ke Jono, ah... aku tidak sabar ketika menjadikan dia suamiku....
Senin, 16 Februari
...Aku akan menembaknya ketika pulang sekolah nanti. Aku tidak sabar, Jono hari ini begitu ganteng sekali. Walaupun berita Sulastri sudah menyebar luas, tapi mereka tidak tahu siapa yang membunuhnya....
Selasa, 17 Februari
...Aku ingin bunuh diri. Jono menolak perasaanku, bahkan dia ingin melaporkanku ke polisi atas pembunuhan Sulastri. Aku ingin bunuh diri!...
...----------...
Aku menyadari bahwa aku terlambat. Wanita itu sudah bunuh diri di kamar mandi beberapa menit yang lalu sebelum aku membaca diary-nya. Ini benar-benar memalukan sekali, demi cinta mereka rela mati untuk bisa meraihnya. Seandainya saja nyawa mereka bisa di tukar dengan nyawa ibuku, maka pengorbanan mereka tidak akan sia-sia ketimbang mereka mati konyol seperti itu.
Aku juga memiliki seseorang yang dicinta, namun aku tidak bisa seperti mereka yang mati konyol demi bisa dicintai orang lain. Aku mencintai keluarga, bahkan aku tidak mau kehilangan mereka. Namun, jika suatu saat aku kehilangan mereka, aku sudah mempersiapkannya. Jika aku kehilangan mereka karena takdir, aku mungkin akan ikhlas seperti aku kehilangan ibuku. Namun jika aku kehilangan karena kemauan mereka, maka aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena itu keputusan mereka.
“Dunia ini memang konyol sekali, ya...” ucapku.
“Kenapa?” tanya Maeda melihatku.
“Tidak apa-apa, kok!”
Memang faktanya begitu, bahkan mereka tidak memikirkan yang lain akibat perbuatan yang mereka buat. ‘Mati konyol' itu kata-kata yang tepat untuk mereka. Padahal cowok maupun cewek di dunia ini begitu banyak. Memang susah mendapatkan hati orang lain, tapi selagi berusaha apa salahnya untuk mencoba. Kalaupun ditolak setidaknya sudah berusaha, ketimbang harus 'mati konyol' seperti itu.
Mungkin aku memang belum merasakannya, tapi aku masih dapat menilai mereka baik atau buruknya. Itu sesuatu yang buruk menurutku. Yare,yare... kasihan sekali orang tua mereka. Doaku hanya berharap mereka menyadari usaha mereka saja, walaupun kadang-kadang tidak sesuai hasil. Semoga mereka tabah.
...----------...
“Hey, mengapa kau menginjak kakiku? Apakah kau punya mata?”
“Ah, maaf ya... Habisnya, Sakurai Mai muncul, sih. Aku jadi tidak fokus.”
“Alasan macam apa itu?!” Bagas menatap ke arah kalian. “Jangan lupa di vote! Kalau tidak, kaki kalian akan diinjak olehnya.”
“Aku tidak sejahat itu!!!”
...----------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments