Part 2-5

Sekolah ini begitu besar, bahkan beberapa ruang terlihat menarik untukku. Saat istirahat juga mereka seperti ibu-ibu gosip yang membicarakan seseorang tiap sore hari. Tiap langkah aku mendengar obrolan mereka, ada yang mengatakan inilah, ada pula yang mengatakan itulah. Mereka betul-betul mirip ibu-ibu gosip.

Sebenarnya tidak baik membicarakan seseorang yang tidak ada di antara kalian, bagaimana jika yang kalian bicarakan itu ternyata salah? Itu akan menyakitinya. Jadi, berhentilah membicarakan orang lain!

"Bagaimana klub-mu?"

"Baik-baik saja. Hanya saja senpai itu sanggatlah menyebalkan sekali. Masa aku disuruh terus, sih! Ini menyebalkan!"

"Yang sabar, ya..."

Aku melewati mereka yang tengah asyik mengobrol. Aku mendengarnya, tapi aku juga mengabaikannya.

Ngomong-ngomong, mengapa mereka tidak ada yang menyapaku? Padahal aku orang asing loh. Wajahku berbeda dengan mereka, kulitku juga berbeda. Seharusnya mereka meminta foto denganku, karena aku orang asing. Ini aneh, padahal kalau di Jakarta jika bertemu dengan bule mereka langsung meminta foto dengannya. Aku begini-begini bule juga loh. Aku coba saja kalau begini.

Aku mendekati beberapa gerombolan siswi yang tengah mengobrol. "Hey! Apa kalian tidak mau berfoto denganku?"

"..."

"..."

"Menjijikkan sekali orang ini!"

"Ayo kita pergi dari sini!"

"Eh...?" Aku kebingungan.

Akhirnya aku merasa diriku ini makhluk paling menjijikkan di dunia.

Lorong panjang lantai 2 ini berisikan kelas 2-1 sampai 2-10. Kelas 2-1 berada di sudut lorong, dan di sampingnya terdapat kelas 2-2. Begitu pula dengan kelas 2-10 yang berada di sudut lorong dan di sampingnya kelas 2-9. Untuk tangga menuju ke atas maupun ke bawah, itu berada di antara kelas 2-5 dan 2-6. Ada beberapa ruangan yang dipakai sebagai ruang guru, dan toilet.

Aku tidak dapat berkata apa-apa saat menelusuri, ini terlalu keren untuk ukuran sekolah. Kesimpulannya, sekolahku dulu berbeda dengan sekolah ini.

Dan jumlah murid dalam satu kelas, menurutku sanggatlah sedikit. Aku sudah menghitung jumlah murid di kelasku, berjumlah 25 saja termasuk aku. Barisan bangku dan meja terdiri dari 4 baris, dan jumlah bangku dan meja pada barisan tidak menentu, ada yang berjumlah 5, ada juga yang berjumlah 6 bangku. Tiap bangku dan meja hanya bisa diisi satu orang saja.

Dan untuk pintu ruangan menggunakan pintu geser, yang bisa dibilang cukup tipis daripada pintu biasanya. Mungkin jika aku menendangnya akan hancur. Padahal aku berharap ada pintu Doraemon.

Aku mencoba untuk turun dari tangga menuju ke bawah untuk melihat-lihat.

Aku tiba di sebuah halaman yang begitu luas di tengah-tengah bangunan sekolah. Beberapa pohon terlihat mekar, beberapa warna dihadirkan begitu indah pada bunga. Ini pertanda bahwa musim semi sedang berlangsung.

Aku baru mengetahui beberapa bulan yang lalu dari mas Googte, bahwa Jepang memiliki 4 musim, yang terdiri dari musim semi, musim panas, musim gugur, dan terakhir musim dingin. Konon katanya udara musim dingin bisa mencapai 0°C yang benar saja! Apakah aku akan kuat menghadapi suhu begitu? Di Bogor saja aku tidak kuat menahan dingin, apalagi ini. Aku berharap seseorang ada yang bisa menaikkan suhunya. Ya, walaupun sebenarnya tidak ada yang bisa.

Aku berjalan terus berjalan, hingga aku menyadari bahwa aku tersesat.

"Aku tersesat. Ini di mana?"

Tiba-tiba aku melihat seorang cewek dan cowok berada di samping gedung sekolah. Ini mencurigakan, aku langsung bersembunyi seketika dan menguping pembicaraan mereka.

"Ano... etto, m-maukah kau menjadi p-pacarku?"

Aa... dia menyatakan perasaannya ke wanita itu. Hehehehe, sepertinya akan menarik. Ini pertama kalinya aku melihat secara langsung seseorang sedang menyampaikan perasaannya. Tapi ini terlalu berani sekali, padahal 'kan bisa menyampaikan melalui smartphone, atau mungkin melalui surat. Tidak, itu cara pecundang saja menyampaikan perasaannya melalui itu.

"Maaf... aku tidak bisa."

Ah, ah... ditolak. Kasihan sekali cowok itu.

"Kenapa?"

"Kau bukan tipeku. Maaf."

Kejam. Kejam sekali cewek itu.

Cowok itu kabur seketika. Aku hanya dapat melihat tangisan di wajahnya. Sungguh malang sekali nasibmu. Lagi pula, jika kau menyatakan perasaan kepada seseorang, maka harus menanggung risiko ditolak juga, kan. Tapi sungguh kasihan hubungan mereka, apa ke depannya akan baik-baik saja? Mungkin akan canggung di antara mereka.

Aku lekas kembali, namun sesaat aku melihat cewek itu terasa tidak asing. Rambut pendek sebahu berwarna merah muda, tinggi badannya 160 cm, dan tubuhnya yang ramping, aku kenali. Ternyata cewek itu adalah Maeda Mori teman kelasku.

"Kau melihatnya 'kan, Samsudin-san?" Maeda menyadari kehadiranku.

Sumpah, aku tidak terlalu nyaman sekali dengan panggilan Samsudin. Itu nama ayahku tahu!!! Eh, tapi aku berada di Jepang sekarang, mungkin mereka terbiasa dengan nama keluarga. Mungkin...

Aku harus menjawab pertanyaan Maeda.

"Ah... aku tidak sengaja mendengarnya."

Maeda mendekatiku. "Jadi begitu. Saatnya balik ke kelas, kah?!"

Kami berjalan bersama menuju kelas. Entah kenapa, aku merasa kurang percaya diri berjalan bersamanya, padahal dia baru saja menolak cowok, tapi sekarang sudah berjalan bersama cowok lain, yaitu aku.

"Jadi bagaimana? Kau sudah jalan-jalan mengelilingi sekolah ini?" tanya Maeda.

"Iya, sudah... tapi aku tersesat, hehehehe..."

"Kapan-kapan aku temani, ya?!"

"Baiklah!" jawabku.

Aku melihat beberapa ruangan saat berjalan bersama Maeda Mori.

Aku melewati ruangan perpustakaan. Saat aku melihatnya, aku betul-betul kagum melihat begitu banyak buku di dalam. Itu keren, walaupun aku tidak suka membaca.

...***...

Bel pulang pun berbunyi. Kalau diperhatikan, sekolah ini memiliki jam masuk pukul 08.00 dan jam pulang pukul 16.00 dan jam istirahat pukul 12.00 sampai 13.00.

Maeda mendekatiku yang sedang membereskan buku. "Mau bermain denganku, Samsudin-san?"

"Ah, maaf. Aku harus pulang segera."

"Jadi begitu, baiklah. Sampai ketemu besok." Maeda meninggalkan kelas.

"Hey lihat itu!"

"Tidak kusangka, anak baru itu menolak ajakan Maeda-san."

"Sombong sekali dia."

Hey, aku bisa mendengar pembicaraan kalian. Aku abaikan saja mereka dan bergegas pulang sekarang.

Aku bukannya sombong, hanya saja aku ingin pulang cepat agar aku bisa rebahan. Rebahan sudah menyatu denganku. Aku menyukainya. Lagi pula, untuk apa seorang wanita mengajak main seorang pria? Bukannya itu tidak wajar. Seharusnya wanita bermain dengan wanita, dan pria bermain dengan pria. Itu baru namanya wajar, ya kan?

Aku menuruni tangga dan berjalan menuju loker penggantian sepatu. Aku mengganti sepatu sekolah dengan sepatu biasa.

Ini aneh, mengapa mereka harus mengganti sepatu tiap masuk dan pergi dari sekolah. Ini bukan sepatu sekolah, ini seperti sepatu flat saja. Sepatu ini berwarna putih tidak memiliki tali dan sangat tipis. Mungkin aku bisa menerbangkan sepatu ini layaknya permainan pesawat-pesawatan yang terbuat dari kertas.

Aku menukarkan sepatu sekolah dengan sepatu biasa. "Tahu begitu, aku memakai sandal jepit saja saat berangkat." Aku membuka mulut. "Ha..."

"Bau!!!" ucap seseorang yang berada di sampingku sambil menutup hidungnya.

"Aa... maaf."

Ini merupakan peraturan sekolah, yang mengharuskan mengganti sepatu ketika masuk ke gedung maupun keluar dari wilayah sekolah ini. Mungkin aku akan terbiasa soal mengganti sepatu tiap masuk sekolah.

Ketika aku berjalan menuju pagar, aku melihat seorang gadis yang aku kenal berumur 14 tahun sedang menyenderkan badannya ke dinding.

Dia melihatku dan seketika langsung berlari menuju ke arahku. "Aniki..."

Dia adalah adik perempuanku bernama Dinda Samsudin. Dialah yang tercantik di keluargaku sesudah ibuku meninggal. Memiliki wajah yang cantik sepertiku, eh... aku cowok. Memiliki mata yang tajam berwarna hitam. Rambut panjang tidak berponi berwarna hitam pekat sepertiku. Memiliki tubuh yang seksi dengan tinggi badan 155 cm. Aku yakin dia cukup disukai cowok-cowok karena kecantikannya dan, karena dia adikku.

"Sudah berapa kali aku bilang." Aku mengepalkan tanganku. "Jangan panggil aku Aniki! Panggil aku Onii-chan saja!"

"Baiklah, Aniki."

Dia bodoh! Padahal jika dia memanggilku Onii-chan begitu imut sekali. Aku melihat beberapa anime memanggil kakak laki-laki dengan Onii-chan. Tapi mengapa hanya dia saja yang memanggilku dengan Aniki. Hey, memangnya aku anggota Yakuza apa!

"Hey lihat! Gadis itu cantik sekali, ya."

"Oh iya. Cantik sekali dia."

Entah kenapa mereka membicarakan adikku.

"Apa orang itu kakaknya?"

"Aku yakin bukan deh."

"Jangan bilang... dia pacarnya."

Tidak, dia adikku loh.

"Ayo kita pulang!" ucapku.

Kami berdua pulang bersama namun aku merasa seperti sedang berjalan bersama dengan tuan Putri. Orang-orang pada melihat kami berjalan, ini merepotkan sekali.

"Untuk apa kau menjemputku? Mengapa kau tidak pulang duluan saja?!" tanyaku.

"Tidak mau! Aku yakin, Aniki akan tersesat nanti!" jawab Dinda.

"Hey, berhentilah memanggilku Aniki!"

Dinda melihatku. "Bagaimana sekolahmu, Aniki?"

Aku melihat ke arahnya. "Ah... Cukup menyenangkan, di sana banyak orang yang lucu. Kamu mau tahu enggak?"

"Apa?"

"Tidak ada yang mengajakku foto. Ini aneh sekali, padahal aku bule, kan."

Dinda menahan tawa di mulutnya, namun akhirnya tawa itu dilepaskannya. "Hahahahaha... Kamu lucu sekali, Aniki. Itu hanya terjadi di Indonesia saja. Di sini mereka tidak memandang bule, karena memang seperti itu hidup mereka. Walaupun mereka meminta foto, paling itu minta sama selebritas saja, atau penulis dan mangaka terkenal. Jangan bilang..." Dinda menutup mulutnya dengan tangan. "Kamu mendekati mereka untuk minta foto denganmu, Aniki?"

Wajahku memerah seketika karena malu. "Umm... Mana mungkin, lah!"

Dinda mendekati wajahnya ke arahku. "He... Bohong!"

"A-Aku... tidak bohong..." Aku memalingkan mukaku karena malu.

Dinda tiba-tiba berjalan mendahuluiku dengan kedua tangan menyilang ke belakang pinggulnya. "Ya sudah... itu tidak apa-apa. Tapi..." Dinda menoleh ke belakang melihatku. "Aku sangat senang melihat Onii-chan seperti ini sekarang." Dinda tersenyum manis kepadaku.

Angin bertiup kencang membuat rambutku berkibar. Senyuman Dinda membuatku terdiam kaku karenanya, apa mungkin aku memiliki penyakit pedofil? Aku ingin menikahi adikku sendiri kalau tingkahnya seperti ini. Ini gila... Aku... aku... aku menyayangi dia sebagai adik.

Dinda berjalan begitu cepat. "Ayo kita kembali, Aniki!"

"Hey! Ke mana kata 'Onii-chan' tadi!"

...----------...

"Dinda, coba ucapkan 'Onii-chan' lagi!"

"Tidak mau!"

"Kamu jadi imut, tahu. Coba ucapkan!"

"Tidak!!! Aniki, bodoh!"

"Dinda, jahat..." Bagas pergi meninggalkan Dinda.

Dinda melihat ke arah kalian. "Aniki, bodoh. Jangan lupa di vote untuk mendukung Aniki, ya!"

...----------...

Terpopuler

Comments

Mirai Amthy

Mirai Amthy

samsudin san~~~

akh, dasar aku🙃😂

2021-08-15

0

JustError

JustError

Samsudin-san😅😅😅.
Jadi, klo adiknya dipanggil jadi Samsudin-chan😂😂😂.

Datang lagi ke karyaku yah, Thor!

2021-01-08

0

★Merepotkan~

★Merepotkan~

mampir nih aku Thor 😁✌️ dan ngirim like dan rate, jangan lupa mampir balik🙏

2021-01-03

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 part 1-5 ~ Sekolah baru jiwa baru
3 Part 2-5
4 Part 3-5
5 Part 4-5
6 Part 5-5
7 Chapter 2 part 1-4 ~ Impian dan ancaman
8 Part 2-4
9 Part 3-4
10 Part 4-4
11 Chapter 3 part 1-2 ~ Sebuah janji yang kubuat
12 Part 2-2
13 Chapter 4 part 1-7 ~ Ketidakmampuan dan sebuah fakta
14 Part 2-7
15 Part 3-7
16 Part 4-7
17 Part 5-7
18 Part 6-7
19 Part 7-7
20 Chapter 5 part 1-5 ~ Harapan
21 Part 2-5
22 Ilustrasi karakter
23 Part 3-5
24 Part 4-5
25 Part 5-5
26 Epilog
27 Kata Penutup
28 Volume 2: Daftar isi
29 Ilustrasi
30 Prolog
31 Chapter 1 part 1-8 ~ Cinta itu badai dan badai itu cinta
32 Part 2-8
33 Part 3-8
34 Part 4-8
35 Part 5-8
36 Part 6-8
37 Part 7-8
38 Part 8-8
39 Chapter 2 part 1-9 ~ Otherside
40 Part 2-9
41 Part 3-9
42 Part 4-9
43 Part 5-9
44 Part 6-9
45 Part 7-9
46 Part 8-9
47 Part 9-9
48 Chapter 3 part 1-11 ~ Maka dari itu, jangan sesekali membuat orang menderita
49 Part 2-11
50 Part 3-11
51 Part 4-11
52 Part 5-11
53 Part 6-11
54 Part 7-11
55 Part 8-11
56 Part 9-11
57 Part 10-11
58 Part 11-11
59 Chapter 4 part 1-12 ~ Dinda Samsudin berharap agar kakaknya tidak sial lagi
60 Part 2-12
61 Part 3-12
62 Part 4-12
63 Part 5-12
64 Part 6-12
65 Part 7-12
66 Part 8-12
67 Part 9-12
68 Part 10-12
69 Part 11-12
70 Part 12-12
71 Chapter 5 part 1-7 ~ Apa pun yang dilakukan Fujita, akan terlihat bodoh
72 Part 2-7
73 Part 3-7
74 Part 4-7
75 Part 5-7
76 Part 6-7
77 Part 7-7
78 Chapter 6 part 1-10 ~ Bagaimanapun juga, darah akan terlihat buruk untukku
79 Part 2-10
80 Part 3-10
81 Part 4-10
82 Part 5-10
83 Part 6-10
84 Part 7-10
85 Part 8-10
86 Part 9-10
87 Part 10-10
88 Saling belajar bersama Author
89 Chapter 7 part 1-11 ~ Dunia ini terlalu kejam untuknya
90 Part 2-11
91 Part 3-11
92 Part 4-11
93 Part 5-11
94 Part 6-11
95 Part 7-11
96 Part 8-11
97 Part 9-11
98 Part 10-11
99 Part 11-11
100 Keresahan Author
101 Saling belajar bersama Author part 2
102 Apa itu Light Novel?
103 Chapter 8 part 1-8 ~ Aku tidak ingin mencampuri urusan ini. Ingat itu!
104 Part 2-8
105 Part 3-8
106 Part 4-8
107 Part 5-8
108 Part 6-8
109 Part 7-8
110 Part 8-8
111 Chapter 9 part 1-10 ~ Kembali ke sekolah yang penuh masalah
112 Part 2-10
113 Part 3-10
114 Part 4-10
115 Part 5-10
116 Part 6-10
117 Part 7-10
118 Part 8-10
119 Part 9-10
120 Part 10-10
121 Epilog part 1-2
122 Epilog part 2-2
123 Kata Penutup
124 Project Author tahun ini
125 Informasi
Episodes

Updated 125 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 part 1-5 ~ Sekolah baru jiwa baru
3
Part 2-5
4
Part 3-5
5
Part 4-5
6
Part 5-5
7
Chapter 2 part 1-4 ~ Impian dan ancaman
8
Part 2-4
9
Part 3-4
10
Part 4-4
11
Chapter 3 part 1-2 ~ Sebuah janji yang kubuat
12
Part 2-2
13
Chapter 4 part 1-7 ~ Ketidakmampuan dan sebuah fakta
14
Part 2-7
15
Part 3-7
16
Part 4-7
17
Part 5-7
18
Part 6-7
19
Part 7-7
20
Chapter 5 part 1-5 ~ Harapan
21
Part 2-5
22
Ilustrasi karakter
23
Part 3-5
24
Part 4-5
25
Part 5-5
26
Epilog
27
Kata Penutup
28
Volume 2: Daftar isi
29
Ilustrasi
30
Prolog
31
Chapter 1 part 1-8 ~ Cinta itu badai dan badai itu cinta
32
Part 2-8
33
Part 3-8
34
Part 4-8
35
Part 5-8
36
Part 6-8
37
Part 7-8
38
Part 8-8
39
Chapter 2 part 1-9 ~ Otherside
40
Part 2-9
41
Part 3-9
42
Part 4-9
43
Part 5-9
44
Part 6-9
45
Part 7-9
46
Part 8-9
47
Part 9-9
48
Chapter 3 part 1-11 ~ Maka dari itu, jangan sesekali membuat orang menderita
49
Part 2-11
50
Part 3-11
51
Part 4-11
52
Part 5-11
53
Part 6-11
54
Part 7-11
55
Part 8-11
56
Part 9-11
57
Part 10-11
58
Part 11-11
59
Chapter 4 part 1-12 ~ Dinda Samsudin berharap agar kakaknya tidak sial lagi
60
Part 2-12
61
Part 3-12
62
Part 4-12
63
Part 5-12
64
Part 6-12
65
Part 7-12
66
Part 8-12
67
Part 9-12
68
Part 10-12
69
Part 11-12
70
Part 12-12
71
Chapter 5 part 1-7 ~ Apa pun yang dilakukan Fujita, akan terlihat bodoh
72
Part 2-7
73
Part 3-7
74
Part 4-7
75
Part 5-7
76
Part 6-7
77
Part 7-7
78
Chapter 6 part 1-10 ~ Bagaimanapun juga, darah akan terlihat buruk untukku
79
Part 2-10
80
Part 3-10
81
Part 4-10
82
Part 5-10
83
Part 6-10
84
Part 7-10
85
Part 8-10
86
Part 9-10
87
Part 10-10
88
Saling belajar bersama Author
89
Chapter 7 part 1-11 ~ Dunia ini terlalu kejam untuknya
90
Part 2-11
91
Part 3-11
92
Part 4-11
93
Part 5-11
94
Part 6-11
95
Part 7-11
96
Part 8-11
97
Part 9-11
98
Part 10-11
99
Part 11-11
100
Keresahan Author
101
Saling belajar bersama Author part 2
102
Apa itu Light Novel?
103
Chapter 8 part 1-8 ~ Aku tidak ingin mencampuri urusan ini. Ingat itu!
104
Part 2-8
105
Part 3-8
106
Part 4-8
107
Part 5-8
108
Part 6-8
109
Part 7-8
110
Part 8-8
111
Chapter 9 part 1-10 ~ Kembali ke sekolah yang penuh masalah
112
Part 2-10
113
Part 3-10
114
Part 4-10
115
Part 5-10
116
Part 6-10
117
Part 7-10
118
Part 8-10
119
Part 9-10
120
Part 10-10
121
Epilog part 1-2
122
Epilog part 2-2
123
Kata Penutup
124
Project Author tahun ini
125
Informasi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!