"Hey, bangun!" teriak dosen itu dengan suara melengking yang menggema di ruang kelas, membuat suasana yang tadinya tenang menjadi kacau.
Pria yang sedang terlelap di bangku belakang langsung terjaga dengan mata membelalak kaget.
"Oke, lemon tea segera datang..." ucapnya dengan nada setengah ngantuk, tanpa sadar suaranya meluncur tiba-tiba.
Suasana kelas langsung meledak dalam gelak tawa mahasiswa dan mahasiswi.
Mereka tertawa terbahak-bahak, tidak bisa menahan tawa melihat adegan yang baru saja terjadi.
Sementara itu, Kia yang duduk didepan persis pemuda itu hanya menampilkan ekspresi terkejut. Dia merasa pernah bertemu dengan pemuda itu di suatu tempat, tapi dia tidak bisa mengingat di mana.
Kia menggelengkan kepala nya, tapi tidak memberikan respon apa pun, hanya mengedipkan mata, lalu kembal fokus ke bukunya.
"Kamu mahasiswa baru?" tanya Pak Bambang menatap pemuda itu intens, "Siapa nama kamu? Mahasiswa baru tapi sudah berani ketiduran di jam pelajaran saya!" omel dosen tersebut.
Semua mata mahasiswa menatap ke arah pemuda yang matanya tengah menahan kantuk. Ada kekehan geli dibenak semua orang.
"Maaf, Pak," jawab pemuda itu, berusaha untuk membuka matanya lebar-lebar.
Anne tersenyum kecil, sementara Kia mendengus nafas, acuh.
"Siapa nama kamu?" Pak Bambang mengulang pertanyaannya.
"Banyu Albiru, Pak," jawab pemuda itu, sedikit menegakkan punggungnya, "Bapak bisa memanggil saya, Banyu." Kekeh kecilnya, lalu "Panggil, Birru juga nggak masalah?" ujarnya, nyengir.
Semua yang menatap nampak manggut-manggut. Sementara para kaum hawa, terlihat terpesona menatap wajah pemuda tampan itu.
"Banyu. Kenapa kamu ketiduran di kelas? Emang tadi malem nggak tidur?" tanya Pak Bambang, merasa heran.
"Tidur, Pak. Cuman karena hawa disini adem, saya jadi ngantuk,"ujarnya, sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Matanya melirik ke arah Kia yang terlihat acuh.
Pak Bambang hanya geleng-geleng kepala.
"Lain kali jangan ketiduran lagi!" ujarnya, nadanya sedikit meninggi.
"Siap, Pak!"
"Kalau ketiduran lagi, nanti saya hukum kamu tidur sekalian di lapangan!"
"Siap, Pak. Nanti saya bawa bantal dan selimut!" jawab Pemuda itu---semua anak-anak pun tergelak, sementara Pak Bambang melotot tajam.
"Hehehehe, bercanda, Pak?" ujarnya, sambil mengangkat dua jari membentuk lambang peace.
Pak Bambang menatap datar. Lalu ia pun pergi dari sana melanjutkan untuk mengajar di depan kelas.
Gelak tawa hampir pecah dari bibir anak-anak, tapi saat mengingat siapa Pak Bambang yang sedang berdiri di depan kelas, senyum itu langsung mengerut. Mereka menelan tawa berat-berat, takut suara mereka jadi ujung mulut Pak Bambang yang terkenal galak.
Suasana kelas berubah seketika jadi tegang, barisan mahasiswa duduk rapi dan mata mereka terpaku pada dosen yang membawa wibawa. Tak satu pun berani menyambar celah untuk bersenda—hormat dan segan jelas tertulis di wajah masing-masing.
Berbeda dengan Banyu---tatapan pemuda itu justru tertuju pada gadis yang duduk di bangku depannya. Dia sama sekali tidak bereaksi, malah terlihat sangat jutek sampai membuat seorang Banyu menatap penuh penasaran.
"Hey, kenalin, gue Anne," ucap Anne, tanpa malu-malu memperkenalkan diri dengan mengulurkan tangan.
Banyu tersenyum, lalu menyambut uluran tangan gadis itu, "Panggil gue Banyu!" katanya, menyalami tangan Anne.
Padahal tadi Banyu sudah memperkenalkan namanya---namun untuk sekedar basa-basi, pemuda itu memperkenalkan dirinya kembali.
"Wow, nama yang bagus dan keren," puji Banyu tertawa kecil.
"Terima kasih," jawab pemuda itu, mengulas senyum.
Jam pelajaran Pak Bambang terasa seperti berjalan sangat lambat. Tiga jam penuh anak-anak duduk terdiam, menahan rasa bosan yang merayap perlahan. Matanya sering melirik ke arah jam dinding, berharap waktu segera berlalu. Pak Bambang terus berbicara dengan suara datar, menyampaikan materi tanpa jeda. Saat akhirnya tugas soal dibagikan, ada desahan berat di antara mahasiswa-mahasiswi, tanda jenuh yang sulit disembunyikan. Suasana kelas benar-benar tenggelam dalam keheningan yang penuh kepenatan.
Bel berbunyi nyaring memecah keheningan ruangan, membawa letupan kelegaan yang hampir tak tertahan bagi para mahasiswa dan mahasiswi. Seperti badai yang mereda, beban menyesakkan di dada mereka perlahan mencair. Akhirnya, siksaan pelajaran yang begitu membosankan itu terhenti juga. Beberapa dari mereka menghela napas panjang, seolah menghisap udara segar setelah tenggelam dalam kegelapan yang membosankan. Ruang kelas yang tadi dipenuhi rasa lelah dan jenuh, tiba-tiba berubah menjadi arena kebebasan.
Semua anak-anak menghambur dari kelas. Berdesakan ingin segera keluar menuju kantin. Kini tinggal Kia, Anne dan.... pemuda itu.
Eh, ada beberapa mahasiswa lain juga.
"Hey. Kita ketemu lagi!" Sapa Banyu pada Kia, tersenyum tengil.
Kia menyipitkan matanya.
"Kita pernah ketemu di rumah sakit. Ingat?" ujarnya.
Kia melengos, berusaha mengabaikan.
"Elo lupa?" katanya. Tak menyerah.
"Elo nabrak gue.....!" cerocos nya lagi.
Kia ingat, tapi dia memang lupa pernah ketemu dimana.
"Ingat?" tanyanya lagi.
"Ah, iya. Gue baru inget. Elo cowok itu.....!" ucap Kia.
"Gue--- Banyu," katanya.
"Tadi kan elo udah nyebutin nama," kata Kia . Pemuda itu nyengir.
"Maksud gue, nama elo siapa?"
"Namanya Kiara. Tapi panggilannya Kia," bukan Kia yang menjawab, tapi Anne. Gadis itu tersenyum jahil.
"Wah, namanya bagus dan cantik. Secantik orangnya," Katanya, memuji. Kia hanya tersenyum kecil, dia sudah menyelempangkan tasnya dipundak.
"Gue mau ke ruangannya Pak Regan. elo mau ikut?" tanya Kia pada sahabatnya.
"Mau ngumpulin tugas?"
"He'em."Angguk gadis itu.
"Gue langsung ke kantin aja ya? Gue tunggu di sana!"
"Okey," angguk Kia---setelah itu, Kia pun meninggalkan Banyu dan Anne, berdua, di kelas.
"Temen elo judes amat?" ujar Banyu pada Anne setelah punggung Kia tak terlihat.
"Ya gitu deh," balas Anne mengulas senyum, bahunya mengedik.
"Oya, elo dan Kia saling kenal?" tanya Anne kepo.
"Nggak. Kami cuma nggak sengaja ketemu," jawab Banyu.
"Oh, kirain kalian saling kenal?"
"Hehehe, nggak kok," jawab pemuda itu, nyengir.
Lalu, tiba-tiba dua mahasiswa lain menghampiri Banyu dengan langkah santai, senyum ramah terpancar dari wajah masing-masing.
"Hey, Bro. Kenalin, gue Bagas," sapanya sambil mengulurkan tangan.
Banyu membalas uluran tangannya dengan anggukan dan tersenyum ringan, "Hey, juga."
Tak lama, seorang pemuda satunya ikut menyapa, "Gue Rudi."
"Banyu," balas Banyu singkat.
"So—elo pindahan dari mana?" tanya Bagas.
"Gue dari Bandung," jawab Banyu singkat.
Anne yang merasa terabaikan memutuskan untuk pergi. Wajahnya sedikit cemberut, lalu berdiri pelan.
"Semuanya, gue cabut duluan ya? Gue laper, mau ke kantin. Duluan, bye!"
"Nggak bareng kita, Cantik?" tanya Rudi, tersenyum jahil.
Anne hanya menoleh sebentar, bibirnya mengerucut,"Nggak. Terimakasih!" lalu gadis itu pun pergi menjauh.
"Oh, ya, Ampun. Keduanya sama-sama jutek bin judes!" desis Rudi.
Bagas terkekeh, "Mereka kan emang terkenal judes dikelas ini?" katanya.
"Emang gitu?" timpal Banyu.
"Iya, Bro. Gue kasih tau," ucap Bagas,"Di kelas ini, mereka tuh terkenal judes, galak, jutek, tapi..... sayangnya otaknya encer dan tentunya..... cantik......," gelak pemuda itu, Rudi ikut terkekeh.
"Bener banget," seru Rudi, "Terutama yang pake kacamata. Namanya Kia. Cantik sih.... sayangnya judes banget. Gue yakin, tuh cewek idupnya menoton banget. Abisnya kaku banget. Gue aja heran. Belum pernah gue liat dia tertawa apalagi tersenyum. Senyumnya mahal, Bro....!"
"Betul banget......" Timpal Bagas, terkekeh kecil.
"Serius?" Banyu nampak tak percaya.
"Serius, Nyu. Makanya di kelas dia dijuluki muka lempeng. Si kulkas 7 pintu. Terus.... apa lagi, Gas?"
"Kanebo garing," saut Rudi sambil terkekeh.
"Wah, parah.....!"
Bersambung.....
Komen dong sayang.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Aditya hp/ bunda Lia
apa bener Kia itu anak kandung si Rosalin yah ... koq tega amat sama anak sendiri atau mungkin emang anaknya tapi dari hasil apa gitu mungkin dia pernah mndapat pelecehan sampe lahir Kia?
terus aku yakin deh kalo si ratu itu gak pinter kuliahnya juga gak bener pasti malah nanti bakalan buat ulah memalukan ibunya ...
2025-10-11
0