Keesokan harinya, Amanda sedang bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit untuk menjenguk ibunya Melani karena sampai saat ini Tante Sani masih berada di rumah sakit. Kemarin-kemarin Amanda belum sempat menjenguk karena ia harus lembur bekerja. Dan baru hari ini ia bisa menjenguk ke rumah sakit.
Sebelumnya Amanda sudah menghubungi Melani untuk memberitahunya bahwa ia akan datang ke rumah sakit. Amanda juga tak lupa mengajak Luna. Tetapi wanita itu beralasan bahwa sedang ada Malvin di apartment nya jadi wanita itu tidak bisa ikut bersama Amanda.
Setelah selesai bersiap, Amanda segera bergegas pergi. Seperti biasa, Amanda lebih memilih jalan kaki menuju rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Amanda bergegas menuju ruang rawat Tante Sani dan setibanya dia disana, Melani langsung menyambut kedatangannya.
"Kau datang kemari pasti berjalan kaki." Ucap Melani.
"Hehe ... Sekalian olahraga, Mel." Balas Amanda.
"Tante ... Bagaimana kondisimu?" Tanya Amanda sambil berjalan menghampiri Tante Sani yang terbaring di atas tempat tidur.
"Kondisi Tante sudah jauh lebih baik, Manda. Padahal kau tidak perlu repot-repot datang kemari, sayang." Jawab Tante Sani.
"Aku tidak merasa di repotkan, Tante. Justru aku senang datang kemari menjenguk Tante. Saat mengetahui Tante masuk rumah sakit, aku sangat khawatir karena bagaimana pun aku sudah menganggap Tante sebagai ibuku sendiri." Ucap Amanda lembut.
"Terima kasih, Manda. Tante juga sudah menganggapmu sebagai anak Tante sendiri. Ohya, Tante dengar Melani meminjam uangmu ya?"
"Sudah ... Tante tidak perlu memikirkan hal itu. Yang terpenting sekarang, pikirkan saja kesehatan Tante." Jawab Amanda sambil mengusap lengan Tante Sani.
Tiba-tiba saja suasana menjadi hening. Melihat Tante Sani terbaring lemah di rumah sakit seperti ini kembali mengingatkan Amanda dengan kejadian lima tahun yang lalu saat kecelakaan orang tuanya terjadi.
Tepat setelah kecelakaan itu terjadi, salah satu tetangga Amanda memberi kabar kepada Amanda bahwa kedua orang tuanya di larikan ke rumah sakit. Dan saat itu pula Amanda langsung pergi ke rumah sakit.
FLASHBACK ON
"Manda ... "
"Ada apa, Pak Ujang?" Tanya Amanda yang saat itu baru saja pulang dari sekolah.
"Orang tuamu ... "
"Kenapa Ayah dan Ibu?" Tanya Amanda.
"Mereka mengalami kecelakaan dan sekarang mereka di bawa ke rumah sakit."
Seketika tangis Amanda pecah saat mendengar kabar tersebut. Amanda langsung berlari menuju rumah sakit untuk menemui Ayah dan Ibunya.
Sesampainya di rumah sakit, Amanda langsung menghampiri meja pendaftaran dan langsung menanyakan keberadaan orang tuanya. Setelah di beri tahu oleh suster, Amanda langsung pergi menuju ruang UGD.
"Ayah!! Ibu!!" Teriak Amanda histeris saat melihat kedua orang tuanya terbaring lemah dengan banyak luka.
"Ibu ... Kenapa bisa sampai seperti ini?" Ucap Amanda sambil menangis.
"Manda ... Jangan menangis, sayang. Ibu baik-baik saja."
"Ibu ... Jangan tinggalkan Manda. Ibu harus bertahan."
"Manda ... "
Amanda langsung mengalihkan tatapannya ke samping saat mendengar ayahnya memanggil.
"Ayah ... "
"Maafkan Ayah karena tidak bisa menjaga ibumu dengan baik."
"Tidak, Ayah. Jangan salahkan dirimu seperti ini. Ini semua bukan kesalahan Ayah, ini semua musibah."
"Jaga dirimu baik-baik, Manda. Selalu bersikap rendah hati kepada siapapun. Ayah sangat menyayangimu."
"Iya, Ayah. Manda berjanji akan selalu bersikap rendah hati kepada siapapun. Manda juga sangat menyayangi Ayah. Bertahanlah, Ayah ... "
"Ayah merasa tenang karena kau sudah berjanji kepada Ayah. Jika Ayah pergi, jangan larut dalam kesedihan ya, sayang. Jika kau bersedih, Ayah juga akan ikut bersedih."
"Ayah tidak boleh pergi kemana-mana. Ayah harus selalu bersama Manda dan Ibu."
Amanda menoleh sebentar ke arah ibunya. Tetapi ia melihat ibunya sudah memejamkan mata. Dengan perasaan takut, Amanda mencoba memanggil ibunya.
"Ibu ... Bangun." Lirih Amanda.
Tidak ada tanda-tanda Ibunya akan membuka mata. Dengan perasaan takut, Amanda mencoba mendengarkan detak jantung sang Ibu. Dan saat itu juga Amanda langsung menangis histeris.
"Ibu!!! Jangan tinggalkan Manda! Ibu ... "
Mendengar tangisan Amanda membuat beberapa perawat dan dokter menghampirinya.
"Ibu ... Bangun." Ucap Amanda sambil menangis.
Seorang Dokter pun langsung memeriksa kondisi Ibu Amanda. Dan dengan berat hati Dokter itu menyampaikan kabar duka bahwa Ibu Amanda telah meninggal dunia.
"Tidak!! Ibu ... Jangan tinggalkan Amanda ... "
"Manda ... "
Sang Ayah kembali memanggilnya. Amanda langsung menatap Ayahnya dengan tatapan kehilangannya.
"Ayah ... Ibu ... "
"Kau harus ikhlas, Manda. Biarkan Ibumu pergi dengan tenang."
Amanda langsung memeluk tubuh Ayahnya dan langsung menangis kencang.
"Kenapa Ibu harus pergi secepat ini, Ayah?"
"Semua yang terjadi kepada Ayah dan Ibu sudah menjadi kehendak Tuhan, Manda. Kita hanya bisa menerimanya dan mencoba meng-ikhlaskan kepergian Ibu."
"Berjanjilah, Ayah. Berjanji bahwa kau tidak akan pergi meninggalkanku juga. Hanya Ayah yang aku punya saat ini." Ucap Amanda sambil menatap Ayahnya.
"Ayah tidak bisa berjanji, Manda. Ayah sudah tidak kuat. Berjanji-lah kau tidak akan larut dalam kesedihan. Dan berjanji-lah untuk tidak menyalahkan orang yang sudah menabrak Ayah dan Ibu. Karena Ayah yakin, dia tidak sengaja melakukannya."
"Ayah ... Aku mohon jangan tinggalkan aku."
"Ayah sangat menyayangimu, Sayang. Kau adalah putri Ayah yang paling cantik." Lirih Ayah Amanda sambil mengusap wajah Amanda dengan sayang.
Perlahan mata yang selalu meneduhkan hatinya itu terpejam seiring dengan tangan yang berada di pipi Amanda perlahan terjatuh.
"Tidak ... Ayah jangan tinggalkan Amanda. Sadarlah, Ayah ... " Amanda berusaha memanggil Ayahnya berharap Ayahnya itu kembali membuka matanya.
"Ayah ... Bangun!!" Tangis Amanda kembali pecah.
Amanda berusaha mengguncang tubuh Ayahnya berharap pria di hadapannya saat ini sadar.
Beberapa suster berusaha menenangkan Amanda yang baru saja kehilangan kedua orang tuanya secara bersamaan.
Walaupun Ayah Damar dan Ibu Sinta hanyalah orang tua angkatnya, Amanda sangat menyayangi mereka dan menganggap mereka seperti orang tua kandungnya sendiri.
Keesokan harinya, setelah acara pemakaman kedua orang tuanya selesai, Amanda masih setia berada di tempat peristirahatan terakhir kedua orang tuanya. Air mata masih setia mengalir di wajah cantiknya. Pandangannya tertuju pada nisan yang bertuliskan nama Ayah dan Ibunya.
"Kenapa kalian harus pergi secepat ini?" Lirih Amanda.
Tanpa Amanda sadari, seorang pria yang terlihat seumuran Ayahnya sedang berdiri di belakangnya. Rasa bersalah yang tengah dirasakan pria itu semakin besar saat mengetahui bahwa anak perempuan yang berada di hadapannya saat ini harus hidup sendiri tanpa ada sanak saudara yang menemani.
"Amanda."
Amanda yang merasa dipanggil pun langsung menoleh ke arah belakang dan ia baru sadar bahwa ada seorang pria yang seumuran dengan Ayahnya.
"Iya?" Ucap Amanda.
"Maafkan Paman."
"Kenapa Paman meminta maaf?" Tanya Amanda.
"Karena kesalahan Paman kau harus kehilangan kedua orang tuamu."
Amanda mengerti kenapa pria di hadapannya ini meminta maaf. Amanda yakin bahwa pria itu yang sudah menabrak kedua orang tuanya. Kemarin saat di rumah sakit, Amanda tidak sempat bertemu dengan pelaku yang sudah menabrak kedua orang tuanya tetapi pria itu sudah membayar biaya rumah sakit.
"Mungkin kata maaf saja tidak cukup untuk menebus semua kesalahan Paman. Jika kau ingin melaporkan Paman ke polisi, kau boleh melakukannya karena Paman sadar bahwa kesalahan Paman sudah membuatmu harus kehilangan Ayah dan Ibumu."
Amanda mengingat perkataan Ayahnya yang memintanya untuk memaafkan orang yang sudah menabraknya.
"Aku tidak akan melaporkan Paman kepada polisi. Semua ini terjadi karena takdir, Paman. Ayah memintaku untuk tidak memperpanjang masalah ini. Paman jangan merasa bersalah seperti ini. Aku sudah memaafkan Paman." Ucap Amanda lembut.
Sebenarnya ingin sekali Amanda melaporkan pria yang berada di hadapannya saat ini ke polisi. Tetapi ia berpikir kembali. Dia tidak boleh egois. Pria itu pasti memiliki keluarga dan Amanda tidak ingin merusak kebahagiaan orang lain hanya karena keegoisannya.
"Apa yang harus Paman lakukan supaya bisa menebus semua kesalahan Paman?" Tanya Pria paruh baya itu.
"Cukup bahagiakan keluarga Paman saja. Jangan biarkan anak Paman merasakan hal yang sama seperti diriku." Ucap Amanda lembut.
Amanda pun memutuskan untuk pergi dari pemakaman itu. Tetapi saat hendak melangkah pergi, lengan Amanda di tahan.
"Tunggu sebentar, Amanda." Ucap Pria itu.
"Ada apa, Paman?" Tanya Amanda.
"Ini kartu nama Paman. Jika kau membutuhkan sesuatu, jangan sungkan untuk menghubungi Paman."
Amanda mengambil kartu nama itu dan melihat nama sang pemilik kartu tersebut.
'Robert' Batin Amanda.
"Terima kasih, Paman." Setelah itu, Amanda segera pergi meninggalkan pemakaman.
FLASHBACK OFF
Mengingat kembali kecelakaan kedua orang tuanya membuat Amanda kembali mengingat pria yang sudah menabrak kedua orang tuanya.
Amanda memang masih menyimpan kartu nama itu. Tetapi sekali pun Amanda tidak pernah menghubungi Paman Robert karena Amanda berpikir ia tidak mau menyusahkan orang lain.
Melihat Amanda melamun membuat Melani penasaran dengan apa yang sedang dipikirkan oleh sahabatnya itu.
"Amanda ... " Panggil Melani sambil menyentuh pundak Amanda.
Merasakan sentuhan di pundaknya membuat Amanda tersadar. "Ahya ... Ada apa, Mel?" Tanya Amanda.
"Memikirkan sesuatu?" Tanya Melani.
"Emm ... Tiba-tiba saja aku teringat Ayah dan Ibu." Jawab Amanda.
"Kau ingin menemui mereka?" Tanya Melani.
"Iya, Mel. Setelah dari sini, aku akan menemui mereka setelah itu aku akan pergi bekerja." Jawab Amanda.
"Biar aku temani." Ucap Melani.
"Tidak perlu, Mel. Aku bisa pergi sendiri. Sebaiknya kau disini saja menjaga Tante Sani." Balas Amanda sambil tersenyum ke arah Tante Sani yang kebetulan sedang menatapnya.
"Kau yakin?" Tanya Melani memastikan."
"Aku yakin, Mel. Kalau begitu aku pamit sekarang." Jawab Amanda.
"Tante ... Maaf karena Amanda tidak bisa berlama-lama disini. Amanda harus pergi ke makam Ayah dan Ibu. Setelah itu harus pergi bekerja." Ucap Amanda sambil menggenggam tangan Tante Sani.
"Tidak masalah, Manda. Tante justru senang karena kau datang kemari." Balas Tante Sani sambil tersenyum.
"Aku pamit, Tante." Ucap Amanda.
Setelah itu, Amanda segera pergi menuju tempat kedua orang tuanya berada.
*****
To be continue …
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Lửa
Keren banget! Aku nggak sabar nunggu babak berikutnya ⚡️
2025-09-19
0