PERTUNANGAN LUNA DAN MALVIN

Hari yang ditunggu-tunggu oleh Luna akhirnya tiba. Saat ini Luna sedang bersiap-siap untuk acara pertunangannya dengan Malvin.

"Amanda ... Bagaimana penampilanku?" Tanya Luna.

"Kau terlihat sangat cantik, Luna. Benar kan, Mel?" Ucap Amanda.

Luna sengaja meminta Amanda dan Melani untuk datang lebih awal supaya bisa membantunya bersiap-siap.

"Ya, kau cantik. Malvin pasti akan tergila-gila padamu." Jawab Melani asal.

"Terima kasih." Balas Luna sambil tersenyum.

Tak lama setelah perbincangan mereka, acara pun akhirnya di mulai. Luna di persilahkan untuk keluar dari kamarnya setelah Malvin tiba di rumah Luna.

Namun pada saat melihat Luna keluar, pandangan Malvin bukan tertuju kepada Luna. Melainkan pada Amanda. Wanita itu terlihat sangat cantik dengan balutan dress berwarna soft pink tanpa lengan.

Amanda yang menyadari tatapan itu pun langsung berpura-pura tidak menyadarinya. Ia memutuskan mengajak Melani untuk segera duduk di salah satu kursi.

"Malvin terlihat sangat tampan." Bisik Melani kepada Amanda.

Amanda yang mendengar bisikan Melani pun langsung menatap Melani dengan tatapan datarnya.

"Diamlah, Mel. Jangan membahasnya." Bisik Amanda.

"Maaf." Bisik Melani.

Akhirnya inti dari acara tersebut akan segera di mulai. Yaitu acara pertukaran cincin. Entah kenapa hati Amanda sedikit sakit saat akan menyaksikan acara tersebut.

Amanda pun akhirnya memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat tersebut. Tetapi baru saja akan beranjak, Melani langsung menahan lengannya.

"Kau mau kemana?" Tanya Melani.

"Aku harus pergi, Mel." Jawab Amanda.

"Aku tahu ini sangat menyakitkan untukmu. Tetapi jika kau pergi begitu saja, Luna pasti beranggapan bahwa kau masih mencintai Malvin." Bisik Melani.

"Pikirkan ucapanku baik-baik, Amanda." Ucap Melani.

Amanda pun sempat terdiam sebelum akhirnya memutuskan untuk duduk kembali. Pandangannya kini tertuju pada Malvin dan Luna yang sedang memasangkan cincin di jari masing-masing.

Tanpa sadar, air mata Amanda menetes begitu saja. Dengan cepat, Amanda menghapus air matanya dan berusaha menampilkan senyumannya.

Rangkaian acara pun akhirnya sudah selesai, kini Amanda dan Melani sedang mengantri untuk memberikan ucapan selamat kepada Luna dan Malvin.

"Selamat atas pertunanganmu, Luna. Aku turut bahagia." Ucap Amanda sambil memeluk Luna.

"Terima kasih, Amanda. Terima kasih karena sudah hadir ke acara pentingku." Balas Luna.

Keduanya saling melepas pelukan. Dan Amanda pun langsung berjalan menuju Malvin yang sedang menatapnya.

"Selamat, Malvin. Jaga Luna dan bahagiakan dia." Ucap Amanda.

"Terima kasih karena kau datang kemari." Balas Malvin sambil tersenyum kepada Amanda.

Pria itu tidak membalas ucapan Amanda mengenai Luna.

"Bisakah kita bicara berdua?" Tanya Malvin.

Melani dan Luna jelas mendengar ucapan Malvin kepada Amanda. Luna langsung merangkul lengan Malvin dengan mesra.

"Maaf, aku harus pergi. Sekali lagi selamat atas pertunangan kalian." Ucap Amanda.

Setelah mengatakan hal itu, Amanda segera bergegas pergi. Melani pun segera menyusul Amanda.

"Amanda tunggu." Bukan suara Melani yang terdengar di pendengaran Amanda. Melainkan suara seseorang yang sangat Amanda kenali.

Ia pun memilih untuk menoleh dan ternyata benar dugaannya. Wanita yang sangat Amanda hindari kini berada di hadapannya.

"Berani sekali kau datang ke acara pertunangan anak-ku."

"Maaf, Tante. Tetapi aku datang kemari karena Luna yang mengundangku. Dia adalah sahabatku jadi aku berhak datang ke acara terpentingnya." Balas Amanda.

"Wanita miskin seperti dirimu tidak pantas datang ke acara ini. Kau hanya pantas menjadi seorang pelayan! Untung saja Malvin mau mengakhiri hubungannya dengan wanita seperti dirimu. Entah bagaimana jadinya jika dia menikah denganmu, kau bahkan tidak bisa mengangkat derajat hidup anak-ku. Hidupmu saja serba kekurangan! Tidak seperti Luna, dia seorang manager dia pasti bisa mengangkat derajat hidup anak-ku." Ucap wanita itu.

Sakit? Itulah yang saat ini Amanda rasakan. Dihina dan dicaci maki seperti ini oleh ibu dari Malvin. Tetapi sebisa mungkin, Amanda tidak boleh terlihat lemah.

"Aku memang wanita miskin yang hidup serba kekurangan. Tetapi aku yakin, suatu saat nanti aku bisa menjadi orang sukses." Balas Amanda.

"Jangan bermimpi terlalu tinggi, Amanda. Kau akan selamanya menjadi wanita miskin yang hanya bisa memanfaatkan kekayaan pria-pria di luar sana dan hanya bisa menyusahkan orang lain saja. Oh ... atau jangan-jangan alasan kedua orang tuamu membuangmu karena kau sangat menyusahkan mereka. Akhirnya mereka membuangmu. Dan mungkin saja kedua orang tua angkatmu meninggal karena mereka lelah mengurus anak seperti dirimu."

"Cukup, Tante Vina!!" Bentak Amanda.

Jika sudah membawa kedua orang tuanya, Amanda tidak akan tinggal diam.

"Aku diam bukan berarti aku mau terus kau hina seperti ini! Aku bukan wanita seperti itu! Jika aku hanya memanfaatkan kekayaan pria saja, untuk apa aku bersusah payah bekerja?!" Balas Amanda dengan amarah yang tidak bisa ia bendung lagi.

"Aku datang kemari bukan untuk kau caci maki dan kau hina!! Aku datang kemari hanya ingin melihat sahabatku bahagia. Itu saja. Apakah itu sangat mengganggumu, Tante Vina yang terhormat?!" Lanjut Amanda.

"Tentu saja sangat menggangguku! Dengan kau datang kemari akan membuat Malvin kembali goyah dengan perasaannya! Jika sampai Malvin dan Luna gagal menikah, orang yang akan aku salahkan pertama kali itu dirimu!! Ingat itu!" Ucap Vina.

"Kau jangan khawatir, sampai kapan pun aku tidak akan pernah kembali bersama Malvin. Jadi kau tidak perlu khawatir tentang hal itu, Tante Vina." Ucap Amanda sambil berlalu pergi meninggalkan Vina.

Amanda memilih untuk pergi dari tempat itu sesegera mungkin. Baru saja Amanda keluar dari rumah Luna, Melani langsung memanggilnya.

"Amanda." Panggil Melani.

"Ada apa, Mel?" Tanya Amanda.

"Kau baik-baik saja? Maaf karena tadi aku tidak sengaja mendengar pembicaraanmu dengan Tante Vina." Ucap Melani hati-hati.

Amanda benar-benar terkejut saat mendengar ucapan Melani barusan. Malu? Amanda merasa sangat malu karena Melani melihatnya di hina dan di caci maki oleh ibu dari Malvin.

"Ya, aku baik-baik saja. Aku harus pulang sekarang, Mel." Jawab Amanda sambil berusaha tersenyum.

"Boleh aku ikut bersama denganmu?" Tanya Melani.

Melani tahu pasti Amanda saat ini sedang merasa sedih atas perkataan Tante Vina tadi. Melani ingin menemani Amanda.

Amanda langsung mengangguk pertanda ia mengizinkan Melani untuk ikut bersama dengannya.

Mereka pun segera pergi meninggalkan rumah Luna dan bergegas menuju rumah Amanda.

Kali ini Amanda memutuskan untuk pulang menggunakan angkutan umum supaya lebih cepat sampai.

Sesampainya dirumah, Amanda langsung menawarkan minum untuk Melani.

"Kau ingin minum apa, Mel?" Tanya Amanda.

"Sudah nanti saja. Aku bisa mengambilnya sendiri. Kemarilah..." Jawab Melani sambil menepuk bagian kursi yang kosong.

Amanda pun langsung menghampiri Melani. "Ada apa?" Tanya Amanda.

"Aku tahu saat ini kau merasa sedih karena ucapan Tante Vina tadi. Kau bisa membagi kesedihanmu itu kepadaku, Amanda. Jangan kau pendam sendiri kesedihanmu itu. Aku adalah sahabatmu, dan aku bersedia mendengarkan semua keluh kesahmu." Jawab Melani sambil menatap Amanda serius.

Memang selama ini dia tidak pernah bercerita kepada siapa pun tentang masalahnya. Karena Amanda berpikir dia tidak mau orang-orang mengkhawatirkannya apalagi mengasihaninya. Mungkin sekarang tidak ada salahnya jika dia membagi kesedihannya kepada Melani sahabatnya karena Amanda benar-benar tidak mempunyai siapa pun selain Melani dan Luna.

Amanda langsung memeluk Melani dan saat itu juga tangis Amanda pecah. Sejak tadi Amanda menahan tangisnya karena ia tidak ingin di anggap lemah oleh Tante Vina. Tetapi sekarang, ia tidak peduli apakah Melani akan menganggap nya cengeng atau tidak. Yang pasti saat ini, Amanda hanya ingin menangis.

Melani langsung mengusap punggung sahabatnya itu. Mencoba memberi ketenangan.

"Menangislah, Amanda. Menangislah jika itu bisa mengurangi beban di hatimu." Ucap Melani.

"Semua terlalu menyakitkan untukku, Mel. Selama ini aku selalu berusaha untuk terlihat baik-baik saja. Tetapi hari ini aku tidak bisa menutupi nya lagi. Hatiku benar-benar hancur, Mel. Hatiku hancur saat melihat Malvin bertunangan dengan Luna. Dan yang lebih membuat hatiku hancur adalah perkataan Tante Vina tadi." Ucap Amanda yang masih setia dengan tangisnya.

"Dia selalu menghina dan mencaci maki diriku, Mel. Aku tahu aku hanya lah wanita miskin yang tidak memiliki apapun. Tetapi aku masih memiliki hati. Sakit hatiku saat Tante Vina selalu menghinaku seperti tadi. Bahkan dia selalu mengatakan bahwa alasan kedua orang tua kandungku meninggalkanku karena aku hanya-lah anak yang tidak berguna. Sebegitu tidak berguna-kah diriku? Bahkan sampai membuat kedua orang tuaku pergi meninggalkanku." Lanjut Amanda.

Melani masih tidak menyangka bahwa selama ini Amanda hanya-lah anak angkat. Sahabatnya itu tidak pernah menceritakan masalah itu kepadanya.

"Jangan pikirkan ucapan Tante Vina tadi. Yang terpenting sekarang, kau harus bisa membuktikan kepadanya bahwa kau bisa menjadi orang yang sukses supaya Tante Vina tidak memandang rendah lagi dirimu, Amanda. Dan mengenai Malvin, Aku tahu kau masih mencintainya. Tetapi Amanda, kau tidak akan pernah bisa bersama dengannya lagi. Dia sudah bertunangan dengan Luna-sahabat kita." Ucap Melani sambil melepaskan pelukan itu dan langsung menatap Amanda serius.

"Ya, aku tahu itu. Aku cukup bahagia melihatnya bahagia bersama Luna. Aku akan berusaha melupakan perasaanku ini, Mel." Balas Amanda sambil berusaha menampilkan senyumannya.

Amanda langsung menghapus air matanya. "Terima kasih karena sudah mau mendengarkan ceritaku, Mel." Ucap Amanda.

"Tidak perlu berterima kasih seperti itu, Amanda. Sudah seharusnya aku mendengarkan keluh kesahmu." Balas Melani.

"Sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan kepadamu, Amanda." Ucap Melani hati-hati.

"Kau pasti ingin menanyakan tentang kedua orang tuaku, bukan?" Tanya Amanda.

Amanda sudah bisa menebak apa yang ingin ditanyakan Melani kepadanya karena selama ini dia tidak pernah membahas tentang dirinya yang hanyalah anak angkat.

Melani langsung mengangguk menanggapi pertanyaan Amanda barusan.

"Seperti yang kau dengar tadi. Aku hanya-lah anak angkat dari ibu dan ayahku. Aku sendiri baru mengetahuinya pada saat umurku enam belas tahun. Saat itu aku tidak sengaja mendengar percakapan ibu dan ayah yang mengatakan bahwa aku hanya-lah anak angkat mereka. Mereka mengadopsi-ku dari sebuah panti asuhan pada saat aku berusia lima bulan. Awalnya aku sedih dan tidak bisa menerimanya, tetapi setelah aku berpikir kembali. Aku merasa sangat bahagia karena ibu dan ayah sudah mengadopsi-ku. Mungkin jika tidak ada mereka, sampai saat ini aku tidak akan pernah merasakan kasih sayang kedua orang tua." Ucap Amanda.

"Apakah kau tahu siapa orang tua kandungmu?" Tanya Melani.

"Tidak, Mel. Awalnya aku berusaha mencari tahu siapa orang tua kandungku. Aku berusaha kembali ke panti asuhan itu dan menanyakan siapa yang membawaku kesana. Tetapi ibu panti mengatakan bahwa dia tidak mengetahui siapa yang sudah membawaku kesana. Dia menemukanku sudah berada di depan pintu dan ibu panti juga menemukan kalung ini." Jawab Melani.

Melani melihat kalung yang selalu dipakai oleh Amanda. Kalung liontin berbentuk love.

"Hanya ini barang yang bisa mengingatkanku bahwa aku masih memiliki orang tua. Walaupun aku tidak tahu siapa mereka dan dimana mereka berada. Semenyedihkan itu kah hidupku, Mel?" Ucap Amanda

"Jangan berkata seperti itu, Amanda. Kau tidak sendiri. Ada aku yang akan selalu menemanimu. Apakah sampai saat ini kau masih mencari tahu siapa orang tua kandungmu?" Tanya Melani.

"Tidak. Aku tidak tahu harus mencari mereka kemana. Belum tentu juga mereka mencariku, Mel. Mereka saja membuangku ke panti asuhan. Itu artinya mereka tidak menginginkanku." Jawab Amanda.

"Bagaimana kondisi ibumu?" Tanya Amanda berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Kondisi ibu sudah membaik." Jawab Melani sambil tersenyum.

"Maaf karena aku belum sempat menemui ibumu." Ucap Amanda.

"Tak apa, Amanda." Balas Melani.

Setelah itu, Melani memutuskan untuk pamit karena wanita itu ingin memberi Amanda waktu untuk menenangkan hati dan juga pikirannya.

*****

To be continue ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!