5. Resepi pernikahan

Ballroom resepsi malam itu dipenuhi gemerlap lampu kristal yang menggantung tinggi dari langit-langit, memantulkan cahaya ke seluruh ruangan. Dinding ruangan dihiasi kain satin berwarna ivory yang dipadukan dengan rangkaian bunga mawar, lili, dan baby’s breath berwarna putih, peach, serta champagne.

Meja-meja bundar berlapis taplak emas lembut tertata rapi, lengkap dengan lilin aromaterapi di setiap sudutnya. Semua tamu sudah duduk dengan rapi, menunggu pasangan pengantin yang baru saja selesai pemberkatan pagi tadi.

Musik dari string quartet mengalun lembut, menambah nuansa romantis. Lalu, terdengar suara MC memecah kesunyian. “Hadirin yang kami hormati, mari kita sambut pasangan pengantin baru kita malam ini... Tuan Arvenzo Wardhana dan nyonya Velora Wardhana!”

Pintu besar terbuka, dan semua mata langsung tertuju ke arah sana.

Velora melangkah masuk di sisi Arvenzo, gaun resepsinya membuat semua orang tertegun. Kali ini ia mengenakan gaun berwarna champagne gold yang berkilau lembut di bawah cahaya lampu. Payet-payet berkilau menghiasi bagian dada dan lengan transparan gaun itu, sementara rok A-line bertingkat jatuh anggun hingga menyapu lantai.

Ekornya yang panjang ditarik oleh dua bridesmaid kecil yang tertawa ceria. Rambut Velora disanggul elegan, dihiasi tiara mungil berhiaskan kristal, membuatnya benar-benar tampak seperti seorang princess dari dongeng.

Sorak kagum terdengar dari para tamu undangan. Banyak yang berbisik penuh kekaguman, “Ya ampun! Pengantin wanitanya cantik sekali persis putri kerajaan.”

Di sampingnya, Arvenzo berdiri dengan tenang dalam setelan jas hitam klasik dengan dasi kupu-kupu hitam. Rambutnya disisir rapi ke belakang, wajahnya tetap dingin namun kharismatik. Ia menggenggam tangan Velora dengan erat, seolah menegaskan perannya sebagai pelindung sekaligus pasangan resmi yang kini sah mendampinginya.

Di barisan depan, keluarga besar duduk di kursi kehormatan.

Wardhana, kakek Arvenzo, duduk tegak penuh wibawa, matanya menatap penuh kebanggaan. Di sisi lain, Pradipta dan Mela, orang tua Arvenzo, tersenyum bahagia melihat putra tunggal mereka akhirnya menikah.

Sementara itu, keluarga Velora tak kalah emosional. Ariella dan Dwi tampak menahan air mata haru melihat putri serta cucunya secantik itu. Rendra berusaha tegar, meski sesekali mengusap matanya. Atmadja, sang kakek, menatap cucunya dengan tatapan puas dan bangga, seolah janji lamanya akhirnya terwujud malam ini.

Kenzie, malam ini ia mengenakan setelan jas navy, tampak gagah meski masih muda. Saat melihat kakaknya berjalan di pelaminan, ia tanpa sadar berdiri, melambaikan tangan kecil dengan ekspresi campuran bangga dan haru. “Kakak kelihatan kayak princess banget ya kak Rei...” bisiknya pada Reina, sahabat Velora, yang duduk di sampingnya.

Reina tersenyum, ikut larut dalam suasana. “Iya, Ken. Kakakmu cantik banget malam ini. Semua orang pasti iri melihatnya.”

Pasangan pengantin itu naik ke pelaminan dengan anggun. Tepuk tangan riuh mengiringi setiap langkah mereka. Begitu sampai di kursi pelaminan, MC mempersilakan semua tamu berdiri memberi penghormatan terakhir sebelum acara santap malam dimulai.

Satu per satu keluarga dan sahabat dekat maju memberi selamat.

Wardhana berdiri menggunakan tongkatnya, mendekat pada Arvenzo dan Velora. Suaranya dalam dan penuh wibawa, “Kakek harap kalian bisa menjalani rumah tangga dengan baik, meski jalan ke depan tidak akan selalu mudah.”

Pradipta menepuk bahu Arvenzo dengan bangga, sementara Mela memeluk Velora dengan lembut, seperti menyambut putri sendiri.

Lalu giliran keluarga Velora yang mendekat. Ariella langsung memeluk putrinya erat. “Putri Ibu cantik sekali malam ini. Seperti mimpi melihatmu ada di sini.” Rendra hanya mengangguk, matanya berkaca-kaca, sementara Atmadja menepuk bahu cucunya, ekspresi penuh kebanggaan.

Kenzie maju dengan langkah sedikit kikuk. Ia tersenyum pada kakaknya, lalu menoleh ke Arvenzo. “Sekali lagi aku titip kak Velo sama kakak. Karena aku kuliah jauh, jadi nggak bisa jagain dia tiap hari. Jadi aku harap kak Arven bisa jaga dia lebih dari aku bisa jagain.”

Arvenzo menatap Kenzie, ekspresinya tetap dingin namun nadanya tegas. “Aku janji. Kakak kamu bakal aku jaga karena itu tanggung jawab seorang suami!”

Velora spontan menoleh, terdiam mendengar kalimat itu. Ada ketulusan yang tersembunyi di balik dinginnya nada suara Arvenzo.

Reina kemudian mendekat, menggenggam tangan Velora. “Aku bahagia banget bisa lihat kamu di sini, Vel. Kamu cantik luar biasa. Semoga pernikahanmu jadi awal dari kebahagiaan baru.”

Air mata Velora hampir jatuh, namun ia tersenyum, berusaha tetap tegar.

Acara berlanjut ke santap malam. Para tamu menikmati hidangan mewah mulai dari salmon panggang, steak wagyu, hingga dessert souffle cokelat yang manis. Musik band akustik mulai mengisi ruangan, menciptakan suasana hangat dan romantis.

Lalu tiba saat yang dinanti yakni acara dansa. Lampu meredup, sorot lampu hanya tertuju pada pasangan pengantin. Arvenzo menggandeng tangan Velora, mengajaknya berdansa pelan.

Velora menunduk gugup, tapi Arvenzo berbisik lirih, “Ikutin langkahku. Jangan takut.” Arvenzo yang mulai mengganti cara bicaranya ke Velora.

Mereka bergerak perlahan mengikuti irama, semua tamu memperhatikan dengan senyum kagum. Dari kejauhan, Reina dan Kenzie bahkan bersorak kecil, sementara orang tua mereka menatap penuh rasa haru.

Meski Arvenzo masih tampak kaku, setiap genggaman tangannya memberi Velora sedikit rasa aman. Malam itu, untuk pertama kalinya sejak perjodohan diumumkan, Velora mulai merasakan secercah harapan bahwa mungkin, pernikahan ini bukan sekadar ikatan paksa, tapi bisa menjadi awal sesuatu yang baru.

Tepuk tangan meriah mengiringi berakhirnya dansa. Velora dan Arvenzo kembali ke pelaminan, wajah Velora merona meski ia berusaha menyembunyikannya. Lampu ruangan kembali terang, suasana hangat dan ramai memenuhi aula resepsi.

MC kembali naik ke panggung, tersenyum lebar.

“Sekarang kita masuk ke momen bersulang untuk pasangan pengantin. Mohon semua tamu undangan berdiri, dan mari kita angkat gelas kita untuk Arvenzo dan Velora!”

Pramusaji segera berkeliling, menuangkan champagne ke gelas kristal tamu undangan. Velora memegang gelasnya dengan sedikit gugup, sementara Arvenzo tampak tenang, memegang gelas dengan anggun.

Wardhana, berdiri paling depan. Dengan tongkat di tangannya, ia menatap Arvenzo dan Velora penuh kebanggaan. Suaranya berat namun hangat, “Hari ini aku melihat cucuku memulai babak baru dalam hidupnya, bersama seorang wanita yang sangat istimewa. Semoga pernikahan ini membawa berkat, kebahagiaan, dan kekuatan bagi mereka berdua untuk menghadapi segala hal di masa depan. Selamat untuk kalian berdua.”

“Cheers!” serentak para tamu mengangkat gelas. Suara gelas beradu bergema di seluruh ruangan.

Velora meneguk perlahan, jantungnya berdebar. Ia melirik ke samping Arvenzo juga minum dengan ekspresi datar, tapi entah kenapa Velora merasa pria itu memang sedang mencoba menenangkan dirinya dengan kehadiran diam-diamnya.

Acara berikutnya membuat Velora makin gugup. MC tersenyum nakal. “Sekarang waktunya lempar bunga! Semua tamu wanita yang belum menikah, ayo maju ke depan.”

Reina langsung menarik tangan Velora. “Velo, ayo! Ini bagian yang paling seru!”

Velora tertawa kecil, lalu berdiri sambil memegang buket bunga mawar putih dan peach di tangannya. Ia berdiri membelakangi kerumunan gadis-gadis muda yang sudah bersiap. Musik ceria diputar, semua bersorak.

“SATU... DUA... TIGA!”

Buket bunga melayang tinggi di udara, dan jatuh tepat ke tangan Reina.

Semua orang bersorak, Reina terkejut sekaligus tertawa. “Astaga! Jangan bilang aku yang berikutnya, ya!” katanya sambil melirik Velora, membuat suasana makin riuh.

Velora tersenyum tulus untuk pertama kalinya malam itu. Untuk sesaat, beban perjodohan, semua hilang tertutupi sorak bahagia orang-orang terdekatnya.

Acara berlanjut hingga hidangan penutup. Tamu-tamu mulai berkeliling, menikmati makanan, berfoto, dan bercengkerama. Di pelaminan, Velora akhirnya duduk sejenak, merasa lelah tapi lega.

Arvenzo tiba-tiba mencondongkan tubuhnya ke arahnya, suara rendah hanya untuknya.

“Kamu terlihat lebih rileks sekarang.”

Velora menoleh, kaget mendengar nada itu. “Sedikit... Tapi ini semua terlalu mengejutkan untukku.”

Arvenzo menatapnya, dingin namun serius. “Aku tahu ini bukan pernikahan yang kamu inginkan. Jangan khawatir, aku nggak akan bikin kamu malu di depan siapa pun. Mulai sekarang, kita jalanin ini sama-sama.”

Velora terdiam, hatinya bergetar mendengar kata-kata itu. Arvenzo memang tetap kaku, tapi kalimatnya seperti sebuah janji.

Dari kejauhan, Kenzie memperhatikan kakaknya. Ia menghela napas lega, lalu berbisik pada Reina, “Sepertinya kakakku aman. Mungkin kak Arven nggak seburuk kelihatannya.”

Reina tersenyum samar. “Semoga saja. Velora butuh seseorang yang bisa benar-benar melindunginya.”

Malam itu, pesta berlanjut dengan tarian, canda tawa, dan foto-foto. Namun di hati Velora, ada gejolak baru. Ia masih takut, masih bingung, tapi untuk pertama kalinya ia merasa ada peluang bahwa pernikahan ini bisa lebih dari sekadar janji lama dua keluarga.

Terpopuler

Comments

🌹Widianingsih,💐♥️

🌹Widianingsih,💐♥️

semoga saja mereka berdua bisa saling menghargai dan memahami satu sama lain meskipun melalui perjodohan

2025-09-21

0

Istri Zhiguang!

Istri Zhiguang!

Tenang Velora, awal yang buruk mungkin bisa menjanjikan akhir yang baik. /Smirk/

2025-10-08

0

drpiupou

drpiupou

arvenzo dan velora cocok banget sih menurutku. semoga cepet cepet punya debay

2025-09-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!