2. Fitting baju pengantin

Pagi itu, Velora terbangun dengan kepala berat. Meski tidur cukup, pikirannya kacau setelah makan malam semalam di rumah keluarga Arvenzo. Dua minggu lagi, hidupnya akan berubah drastis. Dua minggu lagi, ia akan menjadi calon pengantin seorang pria yang baru ia kenal secara resmi semalam, Arvenzo Wardhana.

Pesan singkat dari Arvenzo masih terngiang di kepalanya. “Aku akan menjemputmu. Jangan terlambat.” Nada dingin, kaku, tegas. Bahkan hanya membaca kata-kata itu, Velora merasakan detak jantungnya meningkat.

Ia menarik selimut lebih erat, mencoba menenangkan diri. Pikiran tentang kurang dari dua minggu lagi memenuhi kepalanya. Bagaimana ia harus bersikap di hadapan pria yang dingin, kaku, dan tampak selalu mengendalikan setiap situasi? Bagaimana jika ia salah bicara atau salah bertindak?

Dengan langkah perlahan, Velora bangun, mandi, dan bersiap mengenakan pakaian yang nyaman untuk perjalanan ke butik. Ia memilih setelan sederhana, longgar, tapi tetap rapi. Momen ini terasa aneh... ia seorang dokter spesialis penyakit dalam, terbiasa menyelamatkan nyawa dan mengambil keputusan penting setiap hari, namun hari ini, ia harus tunduk pada urusan pribadi yang terasa begitu asing dan menegangkan.

Mobil hitam berhenti tepat di depan rumah Velora, Arvenzo sudah menunggu berdiri dengan setelan jas hitam rapi, rambut tersisir sempurna, wajah tetap dingin, tatapan menusuk.

“Siap?” suaranya pendek, dingin, tanpa basa-basi.

Velora menelan ludah. “Ya, aku siap.”

Selama perjalanan, mobil melaju di jalan-jalan yang mulai sibuk. Lampu lalu lintas berubah-ubah, suara klakson dan kendaraan lain terdengar samar. Velora menatap jalan di luar jendela, mencoba menenangkan pikiran yang kacau.

Arvenzo menyetir dalam diam, pandangan kadang menatap lurus ke depan, kadang sekilas menoleh padanya. Velora merasa diawasi setiap saat. Rasa frustrasi, penasaran, dan sedikit kagum bercampur. Pria ini benar-benar menegaskan dominasi dan ketegasannya, namun tetap memperhatikan batasan.

Velora menelan ludah. Ia sadar, sebentar lagi bukan hanya soal janji keluarga ini juga soal belajar menghadapi Arvenzo pria yang sulit ditebak, dingin, dan tegas.

Butik Diana, adik dari Mela ibu Arvenzo menyambut mereka dengan interior hangat dan mewah. Aroma parfum lembut dan lilin yang menyala memberikan kesan elegan dan nyaman. Rak-rak gaun pengantin tersusun rapi, tirai sutra berjatuhan, cermin besar memantulkan cahaya lembut, dan musik klasik mengalun pelan.

“Selamat pagi, Arven, Velora! Senang akhirnya bisa bertemu langsung. Kamu terlihat cantik sekali,” sapa Diana dengan senyum hangat.

Velora tersipu, merasa gugup. “Terima kasih, Tante...”

“Aduh cantiknya kamu ini, coba saja anak Tante yang cowok sudah dewasa, pasti Tante akan jodohkan sama kamu daripada sama pria kulkas itu," bisik Diana terkikik pelan. Velora hanya menanggapi dengan senyuman.

"Yuk, langsung ke ruang ganti,” ajak Diana.

Arvenzo tetap diam, wajah kaku, tangan disilangkan di atas dada. “Kamu tahu aturan,” katanya singkat. “Saya ingin semuanya cepat dan tepat!”

Velora menelan ludah, sadar bahwa pria ini tidak main-main.

Velora mencoba gaun pertama, klasik, putih, elegan, namun bagian dada terlalu rendah. Ia memutar tubuh di depan cermin, menatap bayangan dirinya, merasa canggung.

“Ini... terlalu terbuka,” gumamnya pelan.

Arvenzo menatap lurus ke gaun itu. “Setuju. Tidak pantas,” jawabnya dingin.

Diana tersenyum lembut. “Tidak masalah. Masih banyak pilihan, Velora. Kita bisa cari yang lebih elegan dan nyaman.”

Velora mengangguk, mencoba menenangkan diri.

Gaun kedua memiliki punggung terbuka lebar. Velora menatap cermin, menarik napas.

Arvenzo mencondongkan kepala sedikit. “Bagian belakang terlalu terbuka. Tidak cocok, ganti!”

Velora menghela napas panjang. “Aku tidak terbiasa dengan gaun pengantin modern seperti ini.”

Diana menepuk pundaknya. “Tenang, Velora. Kita akan temukan yang tepat. Kamu tetap terlihat menawan.”

Proses fitting berlangsung lama. Setiap gaun yang dicoba Velora, Arvenzo memberi komentar singkat tapi tegas, terlalu rendah, terlalu terbuka, terlalu berlebihan. Velora merasa frustrasi tapi mulai penasaran bagaimana pria ini menilai, bagaimana ia menegaskan standar, dan mengapa ketegasan itu membuatnya merasa diawasi tapi tetap dihormati.

Velora mencoba gaun ketiga terlalu berlapis, terlihat lebih tua dari usianya. Arvenzo mengangguk singkat: “Terlalu formal dan vintage. Tidak sesuai.”

Diana tersenyum lembut. “Tenang, Velora. Masih ada beberapa pilihan. Aku yakin kita akan menemukan yang tepat. kamu tetap cantik, percayalah.”

Gaun keempat kombinasi elegan, sopan, menonjolkan siluet tubuh tapi menutup bagian yang sensitif. Velora merasa nyaman.

Arvenzo menatapnya sesaat. “Bagus,” katanya singkat. Ekspresinya dingin tapi setuju.

Diana menepuk bahu Velora. “Lihat? Tante bilang kamu akan terlihat menawan. Percaya diri saja.”

Sepanjang proses, Arvenzo tetap dingin, kaku, tapi memperhatikan setiap detail, cara Velora bergerak, ekspresi wajahnya, reaksi terhadap gaun, dan bagaimana ia menyesuaikan diri. Velora mulai merasa sedikit penasaran mengapa pria ini begitu tegas namun tetap menghormati batasannya?

Velora menatap Arvenzo. “Apakah kamu benar-benar setuju dengan gaun ini?”

Arvenzo menatap lurus, menahan ekspresi. “Cukup memuaskan. Tidak ada yang perlu diubah.”

Velora menelan ludah, merasa lega tapi juga canggung. Di ruang ganti, ia menatap bayangan dirinya di cermin. Ia menarik napas panjang. Kurang dari dua minggu lagi akan menjadi ujian nyata, belajar menghadapi Arvenzo, menjalani perjodohan, dan menyesuaikan diri dengan kehidupan baru.

Velora menyadari satu hal, meski Arvenzo dingin dan kaku, ia menegaskan aturan tanpa kasar, memperhatikan batasan, dan memastikan semua berjalan sesuai aturan. Ia tidak tahu apakah itu akan membuat hidupnya lebih mudah atau lebih sulit, tapi satu hal jelas Arvenzo akan selalu ada, mengawasi, menegaskan, dan menuntut kepatuhan.

Diana menepuk pundak Velora. “Selesai! kamu terlihat sempurna. Tante yakin keluarga akan menyukai pilihan ini.”

Velora tersenyum tipis, dan mengangguk pelan.

...****************...

Velora menghela napas panjang begitu mobil melaju keluar dari butik. Ruang fitting yang elegan dan hangat kini digantikan oleh hiruk-pikuk jalanan kota. Ia menatap keluar jendela, mencoba menenangkan pikirannya. Tangannya masih terasa hangat akibat sentuhan kain gaun yang baru dicoba dan detik demi detik, ia merasakan kenyataan hari pernikahannya semakin dekat.

Arvenzo tetap diam, menyalakan mobil dengan tenang. Tatapannya sesekali menoleh padanya, dingin, kaku, seolah menegaskan posisi dominannya.

“Kita akan ke restoran,” katanya akhirnya, suara rendah tapi tegas. “Kamu lapar?”

Velora menelan ludah. “Ya... sedikit.” Ia mencoba terdengar santai, padahal perasaan campur aduk. Fitting baju pengantin, komentar Arvenzo yang dingin, dan fakta bahwa ia akan menikah dengan pria ini membuatnya hampir tidak bisa berpikir jernih.

Mobil berhenti di depan restoran mewah, dan mereka turun. Arvenzo membuka pintu untuk Velora, tetap menahan ekspresi dinginnya. Velora menatapnya sejenak, merasa terganggu sekaligus penasaran pria ini selalu menjaga jarak emosional, namun selalu berada tepat di sisinya.

Mereka duduk di meja pojok restoran yang tenang. Pelayan segera datang, membawa menu dan menawarkan rekomendasi spesial. Velora memesan salad ringan, sedangkan Arvenzo memesan steak medium rare.

Sementara menunggu pesanan, suasana di meja terasa hening. Velora menatap tangannya sendiri, jantungnya masih berdebar setelah fitting tadi. Ia mencoba menenangkan diri dengan mengulang urutan acara di kepala, fitting, pilihan gaun, komentar Arvenzo yang tegas tapi diam-diam memperhatikan.

Arvenzo tiba-tiba memecah keheningan. “Velora...”

Velora menoleh, sedikit terkejut oleh nada seriusnya. “Ya?”

Dia mencondongkan tubuh ke depan, menatap lurus ke matanya. “Kamu sudah memutuskan kekasih mu itu?”

Velora terdiam. Jantungnya serasa berhenti sejenak. “Apa maksudmu?” suaranya terdengar gemetar meski berusaha terdengar tenang.

Arvenzo menatapnya tajam, kaku, wajahnya tetap dingin. “Siapa lagi kalau Ethan, kekasihmu itu! Dengarkan baik-baik, Velora... saya tidak ingin pacarmu itu jadi masalah suatu hari nanti. Jangan sampai dia menjadi boomerang yang membuat keluargaku malu!”

Velora menelan ludah, merasa seluruh tubuhnya tegang. Ia tidak menyangka Arvenzo akan mengingatkan hal ini lagi, dan nada suaranya tidak memberi ruang untuk debat.

“Arvenzo... aku masih… tidak tahu harus bagaimana,” jawabnya perlahan, berusaha menahan gemetar.

Arvenzo tetap menatapnya tanpa mengalihkan pandangan. “Kurang dua minggu lagi kita menikah. Saya tidak ingin ada rahasia atau ketidakjelasan yang bisa merusak segalanya. Kamu harus membuat keputusan. Sekarang! Sebelum semua ini menjadi lebih rumit.”

Velora menarik napas panjang. Kata-kata Arvenzo menekan pikirannya, membuatnya merasa tidak ada ruang untuk kesalahan. Ia tahu ia harus jujur, tapi hati kecilnya masih terikat pada Ethan. Namun di sisi lain, ia menyadari realitas yang dihadapinya, janji keluarga, posisi Arvenzo, dan fakta bahwa mereka akan menikah segera.

“Aku butuh waktu sebentar,” akhirnya Velora berani berkata, meski suaranya terdengar lirih.

Arvenzo mengangguk, tetap kaku dan dingin. “Saya beri waktu, tapi ingat... setiap hari yang kamu tunda, berarti risiko untuk keluargamu bertambah. Saya tidak menuntut perasaanmu, hanya kepastian. Jangan sampai kesalahan kecil menimbulkan masalah besar di kemudian hari.”

Velora mengangguk perlahan. Rasa tegang di dadanya semakin terasa. Ia menatap Arvenzo yang duduk di seberangnya kaku, dingin, tegas, dan penuh dominasi. Meski kata-katanya tajam, ada sesuatu dalam caranya menegaskan aturan yang membuat Velora merasa ia harus menyesuaikan diri.

Pelayan datang membawa pesanan mereka. Velora mengambil sendok salad dan mencoba mengalihkan pikirannya sejenak dengan makanan. Tapi matanya terus menatap Arvenzo, yang dengan tenang memotong steaknya.

Suasana di meja terasa hening, tegang, dan anehnya, membuat Velora merasa ia benar-benar berada di dunia baru yang belum pernah ia alami, dunia di mana keputusan pribadinya diawasi, dinilai, dan ditegaskan oleh seorang pria yang dingin tapi tak bisa diabaikan.

Setiap gigitan terasa berat. Pikiran Velora terbang ke Ethan di Kanada, memikirkan bagaimana ia akan menjelaskan keadaan ini. Tetapi di sisi lain, tatapan Arvenzo yang tajam seakan berkata bahwa tidak ada alasan untuk menunda keputusan lebih lama lagi.

Velora menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Ia tahu, makan siang ini bukan sekadar waktu untuk makan, ini adalah awal dari fase baru dalam hidupnya, di mana ia harus menghadapi Arvenzo, membuat keputusan sulit tentang Ethan, dan menyiapkan diri menghadapi pernikahan yang semakin dekat.

Arvenzo meneguk air mineralnya, menatapnya sekali lagi, dingin, kaku, tanpa senyum. “Pikirkan baik-baik, Velora. Keputusanmu hari ini akan menentukan bagaimana dua minggu ke depan berjalan. Jangan sampai keluarga saya malu karena ketidakjelasan atau kesalahan kecil!”

Velora mengangguk lagi, kali ini lebih tegas. Dalam hatinya, ia berjanji untuk berpikir matang tidak terburu-buru, tapi juga tidak menunda. Dua minggu ke depan akan menjadi titik balik hidupnya, dan ia harus siap menghadapi semua konsekuensinya.

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟˢ⍣⃟ₛ𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ

☠ᵏᵋᶜᶟˢ⍣⃟ₛ𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ

Type type tsundere😍😍😍 aku sukaaaa drpd type teh celup lbh baik type kulkas 4 pintu wkwkwk

2025-09-18

2

Xia Ni Si☀

Xia Ni Si☀

Arvenzo nolak semua gaun yang gak disukai velora, terus nerima gaun yang nyaman di pakai velora/Shy/ udah pasti cocok inimah/Joyful/ Satu pemikiran dan saling menghargai/Chuckle/

2025-10-05

0

Rosse Roo

Rosse Roo

arvenso, dingin kek kulkas, irit ngomong, tapi penuh aturan. ini kalo nanti bucin gimana nyatain cinta nya yaa.. jadi kepo, bikin klepek klepek enggak 😅

2025-09-20

0

lihat semua
Episodes
1 1. Tiba-tiba dijodohkan
2 2. Fitting baju pengantin
3 3. Memutuskan Ethan
4 4. Hari pernikahan
5 5. Resepi pernikahan
6 6. Malam pertama?
7 7. Ke rumah keluarga Wardhana
8 8. Peringatan Arvenzo
9 9. Ruangan rahasia?
10 10. Leona buat ulah
11 11. Konferensi pers
12 12. Akhir dari karir Leona
13 13. Mencoba menahan diri
14 14. Izin menjadi relawan
15 15. Velora tertimpa reruntuhan
16 16. Menolak ke rumah sakit
17 17. Velora diculik
18 18. Arvenzo tertusuk
19 19. Arvenzo koma
20 20. Kondisi Arvenzo stabil
21 21. Arvenzo sadar
22 22. Kamu cantik dan polos
23 23. Ciuman kedua?
24 24. Makanan buat Arvenzo
25 25. Arvenzo ingin pulang
26 26. Memang pantas dicintai
27 27. Ajakan Dinner
28 28. Telat menyadari
29 29. Welcome to Japan
30 30. Tokyo City
31 31. Untuk pertama kalinya
32 32. Masih sakit?
33 33. Berkunjung ke rumah keluarga nenek
34 34. Membawa Velora ke hotel
35 35. Hari terakhir di Jepang
36 36. Fakta yang menyesakkan dada Velora
37 37. Pergi ke makam Vania
38 38. Ethan kembali
39 39. Curhat ke Reina
40 40. Membuat sarapan untuk Arvenzo
41 41. Berkunjung ke WRG
42 42. Saham anjlok
43 43. Pasien yang tak terduga
44 44. Cerita atau tidak?
45 45. Bantuan keluarga dan sahabat
46 46. Dinner bersama keluarga
47 47. Fakta yang terungkap
48 48. Penjelasan Ethan
49 49. Garis dua?
50 50. Menuruti kemauan Velora
51 51. Menemani Arvenzo
52 52. Bertemu Ethan
53 53. Velora akhirnya jujur
54 54. Rencana balas dendam
55 55. Berita tentang Ethan
56 56. Mencoba untuk percaya
57 57. Hadiah terindah
58 58. Pengumuman membahagiakan
59 59. Hadiah dari mertua
60 60. Membeli perlengkapan ke Korea
61 61. Berangkat ke Korea Selatan
62 62. Tiba di Korea Selatan
63 63. Ke wisuda Kenzie
Episodes

Updated 63 Episodes

1
1. Tiba-tiba dijodohkan
2
2. Fitting baju pengantin
3
3. Memutuskan Ethan
4
4. Hari pernikahan
5
5. Resepi pernikahan
6
6. Malam pertama?
7
7. Ke rumah keluarga Wardhana
8
8. Peringatan Arvenzo
9
9. Ruangan rahasia?
10
10. Leona buat ulah
11
11. Konferensi pers
12
12. Akhir dari karir Leona
13
13. Mencoba menahan diri
14
14. Izin menjadi relawan
15
15. Velora tertimpa reruntuhan
16
16. Menolak ke rumah sakit
17
17. Velora diculik
18
18. Arvenzo tertusuk
19
19. Arvenzo koma
20
20. Kondisi Arvenzo stabil
21
21. Arvenzo sadar
22
22. Kamu cantik dan polos
23
23. Ciuman kedua?
24
24. Makanan buat Arvenzo
25
25. Arvenzo ingin pulang
26
26. Memang pantas dicintai
27
27. Ajakan Dinner
28
28. Telat menyadari
29
29. Welcome to Japan
30
30. Tokyo City
31
31. Untuk pertama kalinya
32
32. Masih sakit?
33
33. Berkunjung ke rumah keluarga nenek
34
34. Membawa Velora ke hotel
35
35. Hari terakhir di Jepang
36
36. Fakta yang menyesakkan dada Velora
37
37. Pergi ke makam Vania
38
38. Ethan kembali
39
39. Curhat ke Reina
40
40. Membuat sarapan untuk Arvenzo
41
41. Berkunjung ke WRG
42
42. Saham anjlok
43
43. Pasien yang tak terduga
44
44. Cerita atau tidak?
45
45. Bantuan keluarga dan sahabat
46
46. Dinner bersama keluarga
47
47. Fakta yang terungkap
48
48. Penjelasan Ethan
49
49. Garis dua?
50
50. Menuruti kemauan Velora
51
51. Menemani Arvenzo
52
52. Bertemu Ethan
53
53. Velora akhirnya jujur
54
54. Rencana balas dendam
55
55. Berita tentang Ethan
56
56. Mencoba untuk percaya
57
57. Hadiah terindah
58
58. Pengumuman membahagiakan
59
59. Hadiah dari mertua
60
60. Membeli perlengkapan ke Korea
61
61. Berangkat ke Korea Selatan
62
62. Tiba di Korea Selatan
63
63. Ke wisuda Kenzie

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!