4. Hari pernikahan

Hari itu, langit cerah dengan semburat biru yang bersih. Sebuah gereja megah berdiri anggun, dihiasi bunga putih dan lilin-lilin yang berderet rapi di sepanjang altar. Tamu mulai berdatangan, duduk di bangku kayu panjang, menunggu momen sakral yang sebentar lagi akan dimulai.

Velora berdiri di ruang persiapan, jantungnya berdegup tak karuan. Gaun putih panjang yang membalut tubuhnya membuatnya terlihat seperti malaikat, indah sekaligus rapuh. Tangannya bergetar, menggenggam buket bunga mawar putih yang dipilihkan oleh ibunya, Ariella.

“Velora, kamu cantik sekali sayang.” Suara lembut ibunya terdengar, sambil merapikan veil yang menjuntai.

Velora memaksakan senyum tipis. “Ibu... aku masih merasa ini seperti mimpi buruk.”

Ariella mengelus pipinya dengan kasih sayang. “Nak, jalani dulu. Kadang, apa yang tampak buruk di awal bisa berakhir jadi kebahagiaan nantinya.”

Pintu ruang persiapan terbuka, menampilkan Rendra, ayahnya, dengan setelan jas hitam. Matanya sedikit berkaca-kaca melihat putri sulungnya dalam gaun pengantin. “Velora...” suaranya bergetar, “Siap atau tidak, saat ini sudah tiba, Nak.”

Velora menghela napas panjang, lalu mengangguk. Ia menyelipkan tangannya di lengan ayahnya, lalu berjalan menuju pintu besar gereja. Musik organ mulai mengalun, lembut dan sakral. Semua mata menoleh, memperhatikan saat pintu gereja terbuka lebar, memperlihatkan pengantin wanita yang berjalan anggun menuju altar.

Di deretan bangku, Reina, sahabat dekat Velora sejak kuliah menatap sahabatnya dengan mata berkaca-kaca. Ia tahu, pernikahan ini bukan pilihan Velora, tapi ia tetap ingin memberikan kekuatan dengan senyuman dan tatapan penuh dukungan.

Namun ada satu sosok menarik perhatian, seorang pemuda tinggi dengan setelan jas abu-abu, wajahnya tegas, tapi matanya berkaca-kaca. Kenzie, adik Velora, akhirnya berhasil pulang cuti dari kuliahnya di Korea Selatan hanya untuk menghadiri hari besar kakaknya.

Arvenzo berdiri di depan altar, dengan setelan jas hitam elegan. Ekspresinya tetap dingin, kaku, namun sorot matanya fokus pada Velora yang semakin mendekat. Di sisi ruangan, Zayden dan Niko berdiri dengan wajah setengah kagum, setengah geli.

“Gila, sahabat kita yang satu itu akhirnya nikah juga,” bisik Niko pelan, yang dibalas Zayden dengan cengiran. “Iya, padahal biasanya dia paling anti ngomongin komitmen. Eh, sekarang malah dia duluan berdiri di altar.”

Velora menatap lurus ke depan, tidak berani menoleh ke arah Arvenzo. Hatinya berkecamuk bayangan Ethan muncul sesekali di benaknya, namun ia menekan rasa sakit itu dalam-dalam.

Sampai akhirnya, langkahnya terhenti di depan altar. Rendra menatap putrinya sejenak, lalu menyerahkan tangan Velora ke tangan Arvenzo. “Tolong jaga putriku,” ucapnya pelan tapi tegas.

Arvenzo menerima tangan itu dengan mantap, mengangguk singkat pada Rendra. “Tentu, Yah.”

Ibadah pemberkatan dimulai. Pendeta berdiri dengan Alkitab di tangannya, membuka firman dan memberikan nasihat tentang cinta, janji, dan kesetiaan. Kata-kata yang sakral itu menusuk hati Velora karena baginya, semua terasa seperti ironi. Ia tahu, cinta itu tak ada di antara mereka berdua setidaknya belum.

“Saudara Arvenzo Wardhana dan Saudari Velora Atmadja,” ucap pendeta dengan suara lantang, “Hari ini kalian berdiri di hadapan Tuhan, keluarga, dan jemaat, untuk mengikat janji suci pernikahan. Ingatlah, pernikahan adalah sebuah perjanjian, bukan sekadar ikatan manusia, tetapi juga ikatan dengan Tuhan.”

Velora menunduk, matanya berkaca-kaca. Ia tahu, langkah ini tidak bisa ditarik kembali.

Reina, yang duduk di deretan bangku kanan, menggenggam tangan di pangkuannya erat-erat, berbisik lirih meski Velora tak bisa mendengar. “Aku yakin kamu kuat, Vel...”

Tibalah saatnya janji nikah. Pendeta menoleh pada Arvenzo lebih dulu. “Apakah Saudara Arvenzo bersedia menerima Saudari Velora sebagai istri, mencintai dan menghormatinya, dalam suka maupun duka, sehat maupun sakit, sampai maut memisahkan?”

Semua mata tertuju pada Arvenzo. Ia tetap tenang, ekspresinya dingin, lalu menjawab mantap, “Aku bersedia.”

Zayden dan Niko saling pandang, lalu tersenyum miring. “Itu suara paling serius yang pernah gue denger dari dia,” gumam Zayden, membuat Niko menahan tawa kecil.

Kini giliran Velora di tanya oleh sang Pendeta. “Apakah Saudari Velora bersedia menerima Saudara Arvenzo sebagai suami, mencintai dan menghormatinya, dalam suka maupun duka, sehat maupun sakit, sampai maut memisahkan?”

Velora tercekat. Sesaat wajah Ethan melintas di benaknya, membuat hatinya teriris. Tapi ia tahu, tidak ada jalan kembali. Dengan suara bergetar, ia menjawab, “A-aku bersedia.”

Mereka lalu bertukar cincin, diiringi doa. Sampai akhirnya pendeta menutup dengan kalimat,

“Dengan kuasa yang diberikan oleh Tuhan, aku menyatakan kalian resmi sebagai suami dan istri. Apa yang telah dipersatukan Tuhan, tidak boleh diceraikan manusia.”

Semua tamu undangan bertepuk tangan. Ariella dan Mela, ibu Arvenzo menangis haru, Dewi berdoa dalam hati, Atmadja menatap puas, sementara Pradipta, ayah Arvenzo dan Wardhana, kakek Arvenzo mengangguk penuh wibawa.

“Sekarang mempelai pria boleh mencium mempelai wanita.”

Velora menegang. Arvenzo mendekat, menatapnya dengan dingin, lalu menunduk dan mengecup bibirnya singkat tanpa emosi, tanpa senyum. Sorak tepuk tangan membahana, tapi hati Velora justru semakin hancur.

Saat mereka berjalan keluar gereja, Zayden bersiul pelan. “Bro, selamat sekarang lo udah resmi jadi suami orang. Gue masih nggak nyangka.”

Niko menepuk bahunya sambil terkekeh. “Selamat datang di dunia orang dewasa sebenarnya, Bro.”

Arvenzo hanya menanggapi dengan tatapan dingin dan langkah mantap, seolah semua komentar itu hanya angin lalu.

Reina menghampiri Velora sebentar, memeluknya erat. “Kamu cantik sekali, Vel. Aku harap kamu bisa kuat ngejalaninnya.”

Velora hanya mengangguk, matanya berkaca-kaca, sambil berusaha menahan air mata di balik senyum tipisnya.

Tiba-tiba dari arah depan, Velora langsung mendapati sosok yang begitu ia rindukan. “Kenzie...” suaranya pecah, matanya berbinar.

Kenzie berdiri di sana, senyum samar muncul di wajahnya. Begitu Velora mendekat, ia langsung meraih tangan kakaknya, suaranya bergetar. “Kak, aku pulang. Aku nggak mungkin melewatkan hari ini. Kakak cantik banget, aku sampai tidak bisa berpaling.”

Velora menahan tangis, lalu memeluk adiknya erat. “Terima kasih, Ken... Kamu adik terbaik yang kakak punya.”

Di samping mereka, Arvenzo berdiri kaku, tatapannya dingin menilai interaksi itu. Zayden dan Niko yang melihat dari belakang langsung berkomentar pelan.

“Wih, ada adik ipar lo ternyata,” bisik Niko sambil terkekeh.

“Gila, cakep juga bocahnya. Kakak sama adik good looking semua lagi,” timpal Zayden.

Kenzie akhirnya menoleh ke arah Arvenzo. Sejenak, mata mereka bertemu. Ada ketegangan samar tatapan dingin Arvenzo berhadapan dengan sorot tajam penuh proteksi dari Kenzie.

Namun Kenzie akhirnya menunduk sopan, memberi hormat kecil.“Senang bisa bertemu langsung dengan kak Arven,” ucap Kenzie, lalu menambahkan dengan suara lebih mantap, “Tolong jaga kakakku. Kak Velo sudah berjuang keras selama ini. Aku nggak bisa selalu ada di sisinya.”

Arvenzo menatapnya singkat, ekspresinya tetap kaku tanpa senyum berlebih. Namun nada suaranya terdengar lebih serius, hampir seperti janji. “Aku tahu tanggung jawab itu. Kamu tenang saja, aku akan menjaganya.”

Kenzie mengangguk kecil, lalu menepuk lengan kakaknya pelan sebagai tanda dukungan, sementara Velora hanya bisa menahan haru di tengah rasa tegang yang mengelilingi hari besarnya.

Terpopuler

Comments

Xia Ni Si☀

Xia Ni Si☀

Arvenzo yang ada didepan Velora berbeda dengan yang didepan teman-temannya. bener-bener bermuka dua /Puke/

2025-10-07

0

Drezzlle

Drezzlle

Semoga aja memang sesuai perkataan ibumu. Tapi kayaknya calonmu juga baik, meskipun dingin kaya es batu

2025-09-21

0

🌹Widianingsih,💐♥️

🌹Widianingsih,💐♥️

bagaimana jika terjadi perselingkuhan , apakah tak boleh bercerai meskipun itu sangat sakit ?

2025-09-20

0

lihat semua
Episodes
1 1. Tiba-tiba dijodohkan
2 2. Fitting baju pengantin
3 3. Memutuskan Ethan
4 4. Hari pernikahan
5 5. Resepi pernikahan
6 6. Malam pertama?
7 7. Ke rumah keluarga Wardhana
8 8. Peringatan Arvenzo
9 9. Ruangan rahasia?
10 10. Leona buat ulah
11 11. Konferensi pers
12 12. Akhir dari karir Leona
13 13. Mencoba menahan diri
14 14. Izin menjadi relawan
15 15. Velora tertimpa reruntuhan
16 16. Menolak ke rumah sakit
17 17. Velora diculik
18 18. Arvenzo tertusuk
19 19. Arvenzo koma
20 20. Kondisi Arvenzo stabil
21 21. Arvenzo sadar
22 22. Kamu cantik dan polos
23 23. Ciuman kedua?
24 24. Makanan buat Arvenzo
25 25. Arvenzo ingin pulang
26 26. Memang pantas dicintai
27 27. Ajakan Dinner
28 28. Telat menyadari
29 29. Welcome to Japan
30 30. Tokyo City
31 31. Untuk pertama kalinya
32 32. Masih sakit?
33 33. Berkunjung ke rumah keluarga nenek
34 34. Membawa Velora ke hotel
35 35. Hari terakhir di Jepang
36 36. Fakta yang menyesakkan dada Velora
37 37. Pergi ke makam Vania
38 38. Ethan kembali
39 39. Curhat ke Reina
40 40. Membuat sarapan untuk Arvenzo
41 41. Berkunjung ke WRG
42 42. Saham anjlok
43 43. Pasien yang tak terduga
44 44. Cerita atau tidak?
45 45. Bantuan keluarga dan sahabat
46 46. Dinner bersama keluarga
47 47. Fakta yang terungkap
48 48. Penjelasan Ethan
49 49. Garis dua?
50 50. Menuruti kemauan Velora
51 51. Menemani Arvenzo
52 52. Bertemu Ethan
53 53. Velora akhirnya jujur
54 54. Rencana balas dendam
55 55. Berita tentang Ethan
56 56. Mencoba untuk percaya
57 57. Hadiah terindah
58 58. Pengumuman membahagiakan
59 59. Hadiah dari mertua
60 60. Membeli perlengkapan ke Korea
61 61. Berangkat ke Korea Selatan
62 62. Tiba di Korea Selatan
63 63. Ke wisuda Kenzie
Episodes

Updated 63 Episodes

1
1. Tiba-tiba dijodohkan
2
2. Fitting baju pengantin
3
3. Memutuskan Ethan
4
4. Hari pernikahan
5
5. Resepi pernikahan
6
6. Malam pertama?
7
7. Ke rumah keluarga Wardhana
8
8. Peringatan Arvenzo
9
9. Ruangan rahasia?
10
10. Leona buat ulah
11
11. Konferensi pers
12
12. Akhir dari karir Leona
13
13. Mencoba menahan diri
14
14. Izin menjadi relawan
15
15. Velora tertimpa reruntuhan
16
16. Menolak ke rumah sakit
17
17. Velora diculik
18
18. Arvenzo tertusuk
19
19. Arvenzo koma
20
20. Kondisi Arvenzo stabil
21
21. Arvenzo sadar
22
22. Kamu cantik dan polos
23
23. Ciuman kedua?
24
24. Makanan buat Arvenzo
25
25. Arvenzo ingin pulang
26
26. Memang pantas dicintai
27
27. Ajakan Dinner
28
28. Telat menyadari
29
29. Welcome to Japan
30
30. Tokyo City
31
31. Untuk pertama kalinya
32
32. Masih sakit?
33
33. Berkunjung ke rumah keluarga nenek
34
34. Membawa Velora ke hotel
35
35. Hari terakhir di Jepang
36
36. Fakta yang menyesakkan dada Velora
37
37. Pergi ke makam Vania
38
38. Ethan kembali
39
39. Curhat ke Reina
40
40. Membuat sarapan untuk Arvenzo
41
41. Berkunjung ke WRG
42
42. Saham anjlok
43
43. Pasien yang tak terduga
44
44. Cerita atau tidak?
45
45. Bantuan keluarga dan sahabat
46
46. Dinner bersama keluarga
47
47. Fakta yang terungkap
48
48. Penjelasan Ethan
49
49. Garis dua?
50
50. Menuruti kemauan Velora
51
51. Menemani Arvenzo
52
52. Bertemu Ethan
53
53. Velora akhirnya jujur
54
54. Rencana balas dendam
55
55. Berita tentang Ethan
56
56. Mencoba untuk percaya
57
57. Hadiah terindah
58
58. Pengumuman membahagiakan
59
59. Hadiah dari mertua
60
60. Membeli perlengkapan ke Korea
61
61. Berangkat ke Korea Selatan
62
62. Tiba di Korea Selatan
63
63. Ke wisuda Kenzie

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!