BAB 5 Makan Malam Keluarga

Hari itu, rumah keluarga Adrian sudah ramai sejak sore. Para pelayan sibuk mondar-mandir menata meja makan panjang yang dipenuhi lilin, vas bunga, dan peralatan makan perak berkilau. Atmosfernya mewah, kaku, dan sangat “kelas atas”.

Adrian baru saja tiba, mengenakan setelan hitam rapi seperti biasa. Wajahnya tetap dingin, tanpa ekspresi. Namun, sorot matanya sedikit gelap saat mendengar suara gaduh dari arah pintu masuk.

“ya ampunn! Rumahnya kayak istana, aku masuk aja kayak turis salah alamat,” suara itu jelas milik Alira.

Gadis berusia 18 tahun itu muncul dengan dress biru muda yang sebenarnya cukup cantik, tapi dipadukan dengan sneakers putih yang sama sekali tidak formal. Rambutnya dikuncir setengah dengan pita besar, dan di tangannya ia membawa goodie bag penuh camilan.

“Alira…” suara Adrian mengandung peringatan.

“Apa? Aku kan tamu terhormat. Eh, bener nggak sih? Aku ini istrinya calon penerus keluarga Wijaya. Berarti aku VIP dong.” Ia berjalan masuk dengan gaya centil, melambaikan tangan ke arah beberapa tamu yang sudah duduk. “Hai Om, Tante, halo semua. Salam kenal, aku Alira istri legalnya Adrian, jangan kaget ya!”

Beberapa wajah keluarga besar sontak terbelalak. Ada yang tersenyum kaku, ada yang berbisik-bisik. Adrian menutup mata sebentar, berusaha keras menahan diri untuk tidak menyeret gadis itu keluar.

Meja makan megah sudah dipenuhi anggota keluarga Wijaya. Ayah Adrian duduk di ujung meja dengan aura berwibawa. Ibu Adrian di sampingnya, tersenyum anggun tapi tajam. Paman, bibi, sepupu, semua hadir.

Alira duduk di sebelah Adrian, tidak menunjukkan sedikit pun rasa canggung. Bahkan, ia tampak terlalu nyaman.

“Wow, piringnya kinclong banget. Aku bisa ngaca di sini,” gumamnya sambil menatap piring porselen.

Adrian menunduk sedikit, berbisik pelan, “Diam.”

“Tapi beneran loh, Mas. Coba deh. Kamu bisa ngecek rambut kamu rapi apa nggak. Eh, atau mau aku beliin piring Hello Kitty biar lebih fun?”

Adrian memejamkan mata sebentar. Kenapa aku menikahi gadis ini…

Makanan mulai dihidangkan. Sup bening, steak premium, salmon panggang semuanya tampak elegan. Alira, tanpa ragu, langsung menyendok sup dengan semangat.

“Wah, ini supnya kayak di hotel bintang lima! Tapi kok kuahnya dikit ya? Aku biasa makan bakso mangkoknya penuh kuah.”

Sepupu Adrian menahan tawa. Ayah Adrian hanya mengerutkan kening, sementara ibunya menatap Alira dengan pandangan menilai.

“Alira,” suara ibunya tenang tapi tegas, “di keluarga ini, kami terbiasa makan dengan tata krama tertentu.”

Alira tersenyum manis. “Oh tenang, Tante. Aku juga punya tata krama kok. Misalnya…” ia mengangkat sendok sup tinggi-tinggi. “Kalau panas, jangan langsung dihirup, nanti lidah melepuh. Hehehe.”

Beberapa orang langsung tertawa, meski berusaha menutupinya. Adrian menunduk dalam-dalam, berharap kursi bisa menelannya.

Tak berhenti di situ, saat steak dihidangkan, Alira kembali bikin heboh.

“Mas, ini pisau mahal banget ya? Tajemnya gimana? Bisa dipakai motong bambu kali.”

Adrian mendesis pelan. “Makan saja, Alira.”

Tapi bukannya diam, Alira malah mendekat ke telinga Adrian. “Eh, kalau aku salah pakai pisau gimana? Ntar aku dipermalukan lagi. Kamu kan pintar, bisa dong motongin buat aku?”

Seketika meja makan terdiam. Semua mata menatap ke arah Adrian, menunggu reaksinya.

Adrian mengangkat alis, lalu perlahan memotong steak di piring Alira. Gerakannya anggun, presisi, seperti biasa.

Alira tersenyum puas. “Nah, gitu dong. Romantis banget, kan? CEO dingin motongin steak buat istrinya.”

Sepupu Adrian yang duduk agak jauh berseru pelan, “Aduh, kaya drama Korea!”

Meja makan kembali ramai oleh bisikan tertahan dan tawa kecil. Adrian hanya bisa menahan napas dalam-dalam.

Percakapan di meja makin intens. Beberapa anggota keluarga mulai menguji Alira dengan pertanyaan.

“Jadi, Alira, kamu sekarang tinggal bersama Adrian?” tanya salah satu bibi.

Alira mengangguk bersemangat. “Iya dong. Rumahnya gede banget, sampai aku takut nyasar. Untung ada Mas Adrian, jadi GPS pribadi.”

Semua tertawa. Adrian memijat pelipisnya.

“Kalau begitu, bagaimana rasanya menjadi istri Adrian?” paman lain bertanya.

Alira menoleh ke arah Adrian, matanya berbinar penuh nakal. “Hmm, rasanya kayak main hard mode. Dia dingin banget, kayak kulkas tiga pintu. Tapi aku suka tantangan. Aku bakal bikin kulkas ini jadi microwave, tunggu aja.”

Seketika meja pecah oleh tawa. Bahkan ayah Adrian tak bisa menahan senyum tipis. Adrian, di sisi lain, merasa hidupnya berkurang lima tahun dalam semalam.

Saat makanan penutup datang—cheesecake elegan dengan saus raspberry—Alira kembali membuat kejutan.

“Mas, boleh aku suapin kamu?” katanya tiba-tiba.

Adrian menoleh cepat. “Tidak.”

Alira sudah mengangkat garpu kecil berisi cheesecake. “Ayo lah, Mas. Biar semua orang tahu kalau kamu itu sweet juga. Satu gigitan aja.”

“Alira.” Suara Adrian rendah, nyaris seperti peringatan.

Namun, Alira malah mendekatkan garpu ke bibirnya. Semua mata tertuju pada mereka. Situasi benar-benar jadi tontonan.

Setelah beberapa detik canggung, Adrian akhirnya—dengan wajah datar dan tatapan membunuh—membuka mulut sedikit dan menerima suapan itu.

Alira langsung bersorak kecil. “Yeeey! Akhirnya CEO dingin makan dari tangan istrinya. Catat tanggalnya, guys!”

Meja kembali geger. Beberapa sepupu bahkan bertepuk tangan pelan. Adrian menatapnya tajam, tapi Alira hanya pura-pura polos sambil mengunyah cheesecake sendiri.

Setelah makan malam selesai, suasana masih ramai. Para tamu perlahan bubar. Adrian berdiri dengan anggun, seperti biasa, tapi jelas terlihat kesal.

Sementara itu, Alira berjalan santai di sampingnya, melambai-lambaikan tangan ke arah beberapa bibi dan sepupu yang masih tertawa kecil.

“Daaah, Om, Tante. Makasih makanannya. Nanti aku ajarin resep mie instan level dewa ya!”

Begitu mereka berdua sampai di mobil, Adrian langsung membuka pintu dengan keras.

“Masih berani ketawa?” suaranya rendah, dingin, nyaris meledak.

Alira duduk santai di kursi penumpang, masih tersenyum puas. “Kenapa marah? Semua orang suka aku tadi. Mereka ketawa, suasananya cair, nggak kaku kayak biasanya. Harusnya kamu berterima kasih.”

Adrian menatapnya tajam. “Kamu mempermalukan aku.”

Alira berhenti sebentar, lalu mendekat sedikit. Senyumnya tetap ada, tapi suaranya lebih lembut. “Aku nggak pernah niat mempermalukan kamu. Aku cuma pengen nunjukkin kalau keluarga itu bisa hangat, bisa ketawa. Kamu terbiasa hidup dingin, tapi aku pengen kamu lihat sisi lain.”

Adrian terdiam beberapa detik, jemarinya mengetat di setir. Lalu, tanpa menjawab, ia menyalakan mesin mobil.

Alira menatapnya diam-diam, lalu bergumam pelan. “Kamu boleh benci aku sekarang, tapi aku yakin… suatu hari kamu bakal nyadar kalau aku bukan cuma pengganggu.”

Mobil melaju meninggalkan rumah besar itu, membawa mereka kembali ke kehidupan rumah tangga penuh benturan.

Namun, di dalam hati Adrian, ada satu hal kecil yang tidak bisa ia tolak senyum Alira tadi meski merepotkan, tapi entah kenapa, sulit dihapus dari pikirannya.

Episodes
1 BAB 1 : Perjodohan
2 BAB 2: Cowok Es
3 BAB 3 : Sarapan ala Bom Waktu
4 BAB 4 : Pertama Kali Belanja Bersama
5 BAB 5 Makan Malam Keluarga
6 BAB : 6 Istri CEO Masuk Kantor
7 BAB 7 : CEO Dingin Mulai Merasa Panas
8 BAB 8 : Dinner Formal yang Tak Lagi Formal
9 BAB 9 : Tatapan yang Tidak Biasa
10 BAB 10 : Rumah Bukan Berarti Tenang
11 BAB 11 : Bara di Balik Senyum
12 BAB 12 Sentuhan kecil
13 BAB 13 Antara Bisnis dan Cemburu
14 BAB 14 Gala diner
15 BAB 15 Tarian Adrian
16 BAB 16 Ancaman
17 BAB 17 teror
18 BAB 18 Foto
19 BAB 19 Ciuman pertama
20 BAB 20 Ancaman Baru
21 BAB 21 Keputusan Sang Suami Dingin
22 BAB 22 bayangan di balik senyuman
23 BAB 23 Foto dari Masa Lalu
24 BAB 24 Mis masa lalu
25 BAB 25 Pertemuan yang Tak Terhindarkan
26 BAB 26 Cemburu Alira
27 BAB 27 Cemburu Alira 2
28 BAB 28 Hari Pertama di Kampus
29 BAB 29 Langkah Baru
30 BAB 30 tekat baru
31 BAB 31 Alira Vs clarisa
32 BAB 32 Fokus belajar
33 BAB 33 kedatangan tamu
34 BAB 34 Ketidak jujuran Adrian
35 BAB 35 Malam yang Membisu
36 BAB 36 Ciuman kasar Adrian
37 BAB 37 Pagi yang Dingin
38 BAB 38 pembelaan adrian
39 BAB 39 kembali datang
40 BAB 40 Tangis Kehilangan
41 BAB 41 Pilihan Adrian
42 BAB 42 Clarisa mengintai
43 BAB 43 datar
44 BAB 44 Lepas Kendali
45 BAB 45 Tanda
46 BAB 46 Tatapan dan Bisikan
47 BAB 47 Mabuk
48 BAB 48 gigitan Adrian
49 BAB 49 Lelah
50 BAB 50 Pergi
51 BAB 51 kenangan Alira
52 BAB 52 surat terakhir alira
53 BAB 53 Kegilaan adrian
54 BAB 54 Nama Baru
55 BAB 55 ketegasan adrian
56 BAB 56 Alicia Ramone
57 BAB 57 Luka yang Tak Pernah Hilang
58 BAB 58 Tekad yang Membara
59 BAB 59 alicia vs kevin
60 BAB 60 Percakapan yang Mengungkap
61 BAB 61 Kejutan
62 BAB 62 tunangan
63 BAB 63 Turun Tangan
64 BAB 64 kemenangan
65 BAB 65 kegilaan clarisa
66 BAB 66 Scandal
67 BAB 67 Titik akhir alira
68 BAB 68 perjalanan alira
69 BAB 69 Waktu yg berlalu
70 BAB 70 nama besar alicia
71 BAB 71 Bertemu
72 BAB 72 Kerinduan
73 BAB 73 Clarisa vs alicia
74 BAB 74 obsesi Adrian
75 BAB 75 masih terikat
76 BAB 76 kegelisahan alicia
77 BAB 77 Balasan
78 BAB 78 langkah alira
79 BAB 79 Kejaran yang Membakar
80 BAB 80 Bara yang Membakar
81 BAB 81 Tamparan yang Menggema
82 BAB 82 Api Cemburu
83 BAB 83 Pria yang Tak Bisa Melepaskan
84 BAB 84 Api Lama yang Tak Padam
85 BAB 85 Bayang-bayang dan Balasan
86 BAB 86 Permainan yang Dimulai
87 BAB 87 Antara Api dan Bayangan
88 BAB 88 Bayangan yang Tak Pernah Padam
89 BAB 89 Api Dalam Balutan Senyum
90 BAB 90 Api yang Mulai Menyala
91 BAB 91 “Api yang Tak Pernah Padam”
92 BAB 92 Permainan Bayangan
93 BAB 93 Luka yang Belum Sembuh
94 BAB 94 Di Antara Dua Nafas
95 BAB 95 Api yang menyala
96 BAB 96 terbayang
97 BAB 97 Pertemuan di Panggung Kemenangan
98 BAB 98 “Lamaran di Tengah Gemuruh”
99 BAB 99 Dalam Pelukan yang Tak Diinginkan
100 BAB 100 Terjebak Bersama
101 BAB 101 Antara Dendam, Rindu, dan Gengsi
102 BAB 102 Upaya Kabur yang Gagal Total
103 BAB 103 Bayangan dari Masa Lalu
104 BAB 104 Jejak di Balik Salju
105 BAB 105 Hari-Hari di Balik Salju
106 BAB 106 Di Balik Senyum Pagi Itu
107 BAB 107 ungkapan adrian
108 BAB 108 Hangatnya Pagi dan Gengsi yang Belum Usai
109 BAB 109 di Balik Sinar Sore
110 BAB 110 Penguasa Tanpa Ampun
111 BAB 111
112 BAB 112 Antara Salju dan Tatapan Itu
Episodes

Updated 112 Episodes

1
BAB 1 : Perjodohan
2
BAB 2: Cowok Es
3
BAB 3 : Sarapan ala Bom Waktu
4
BAB 4 : Pertama Kali Belanja Bersama
5
BAB 5 Makan Malam Keluarga
6
BAB : 6 Istri CEO Masuk Kantor
7
BAB 7 : CEO Dingin Mulai Merasa Panas
8
BAB 8 : Dinner Formal yang Tak Lagi Formal
9
BAB 9 : Tatapan yang Tidak Biasa
10
BAB 10 : Rumah Bukan Berarti Tenang
11
BAB 11 : Bara di Balik Senyum
12
BAB 12 Sentuhan kecil
13
BAB 13 Antara Bisnis dan Cemburu
14
BAB 14 Gala diner
15
BAB 15 Tarian Adrian
16
BAB 16 Ancaman
17
BAB 17 teror
18
BAB 18 Foto
19
BAB 19 Ciuman pertama
20
BAB 20 Ancaman Baru
21
BAB 21 Keputusan Sang Suami Dingin
22
BAB 22 bayangan di balik senyuman
23
BAB 23 Foto dari Masa Lalu
24
BAB 24 Mis masa lalu
25
BAB 25 Pertemuan yang Tak Terhindarkan
26
BAB 26 Cemburu Alira
27
BAB 27 Cemburu Alira 2
28
BAB 28 Hari Pertama di Kampus
29
BAB 29 Langkah Baru
30
BAB 30 tekat baru
31
BAB 31 Alira Vs clarisa
32
BAB 32 Fokus belajar
33
BAB 33 kedatangan tamu
34
BAB 34 Ketidak jujuran Adrian
35
BAB 35 Malam yang Membisu
36
BAB 36 Ciuman kasar Adrian
37
BAB 37 Pagi yang Dingin
38
BAB 38 pembelaan adrian
39
BAB 39 kembali datang
40
BAB 40 Tangis Kehilangan
41
BAB 41 Pilihan Adrian
42
BAB 42 Clarisa mengintai
43
BAB 43 datar
44
BAB 44 Lepas Kendali
45
BAB 45 Tanda
46
BAB 46 Tatapan dan Bisikan
47
BAB 47 Mabuk
48
BAB 48 gigitan Adrian
49
BAB 49 Lelah
50
BAB 50 Pergi
51
BAB 51 kenangan Alira
52
BAB 52 surat terakhir alira
53
BAB 53 Kegilaan adrian
54
BAB 54 Nama Baru
55
BAB 55 ketegasan adrian
56
BAB 56 Alicia Ramone
57
BAB 57 Luka yang Tak Pernah Hilang
58
BAB 58 Tekad yang Membara
59
BAB 59 alicia vs kevin
60
BAB 60 Percakapan yang Mengungkap
61
BAB 61 Kejutan
62
BAB 62 tunangan
63
BAB 63 Turun Tangan
64
BAB 64 kemenangan
65
BAB 65 kegilaan clarisa
66
BAB 66 Scandal
67
BAB 67 Titik akhir alira
68
BAB 68 perjalanan alira
69
BAB 69 Waktu yg berlalu
70
BAB 70 nama besar alicia
71
BAB 71 Bertemu
72
BAB 72 Kerinduan
73
BAB 73 Clarisa vs alicia
74
BAB 74 obsesi Adrian
75
BAB 75 masih terikat
76
BAB 76 kegelisahan alicia
77
BAB 77 Balasan
78
BAB 78 langkah alira
79
BAB 79 Kejaran yang Membakar
80
BAB 80 Bara yang Membakar
81
BAB 81 Tamparan yang Menggema
82
BAB 82 Api Cemburu
83
BAB 83 Pria yang Tak Bisa Melepaskan
84
BAB 84 Api Lama yang Tak Padam
85
BAB 85 Bayang-bayang dan Balasan
86
BAB 86 Permainan yang Dimulai
87
BAB 87 Antara Api dan Bayangan
88
BAB 88 Bayangan yang Tak Pernah Padam
89
BAB 89 Api Dalam Balutan Senyum
90
BAB 90 Api yang Mulai Menyala
91
BAB 91 “Api yang Tak Pernah Padam”
92
BAB 92 Permainan Bayangan
93
BAB 93 Luka yang Belum Sembuh
94
BAB 94 Di Antara Dua Nafas
95
BAB 95 Api yang menyala
96
BAB 96 terbayang
97
BAB 97 Pertemuan di Panggung Kemenangan
98
BAB 98 “Lamaran di Tengah Gemuruh”
99
BAB 99 Dalam Pelukan yang Tak Diinginkan
100
BAB 100 Terjebak Bersama
101
BAB 101 Antara Dendam, Rindu, dan Gengsi
102
BAB 102 Upaya Kabur yang Gagal Total
103
BAB 103 Bayangan dari Masa Lalu
104
BAB 104 Jejak di Balik Salju
105
BAB 105 Hari-Hari di Balik Salju
106
BAB 106 Di Balik Senyum Pagi Itu
107
BAB 107 ungkapan adrian
108
BAB 108 Hangatnya Pagi dan Gengsi yang Belum Usai
109
BAB 109 di Balik Sinar Sore
110
BAB 110 Penguasa Tanpa Ampun
111
BAB 111
112
BAB 112 Antara Salju dan Tatapan Itu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!