BAB 2: Cowok Es

Bagi sebagian besar gadis, hari pernikahan adalah hari impian. Hari di mana gaun putih menjuntai indah, bunga-bunga segar bermekaran, dan tatapan penuh cinta dari pria yang akan mendampinginya seumur hidup.

Tapi bagi Alira Putri Ramadhani, hari ini adalah hari kiamat kecil.

“Aduh, kenapa sih aku yang kena? Dari semua orang di dunia, kenapa aku yang harus nikah sama pria itu?!” gerutunya sambil menghentak-hentakkan kaki, membuat para penata rias di ruangannya saling pandang dengan wajah khawatir sekaligus menahan tawa.

“Dek, tolong jangan banyak gerak ya, ini lagi pasangin eyeliner,” kata seorang MUA dengan nada memohon.

Alira mendengus, bibirnya manyun. “Eyeliner, eyeliner… percuma juga dandan cantik kayak gini kalau yang lihat cuma cowok es batu. Dia tuh ya, senyum aja kayak bayar pajak.”

Seisi ruangan langsung cekikikan pelan.

Alira, dengan rambut panjang bergelombang yang sedang disanggul rapi, masih terlihat cantik meski wajahnya cemberut. Gaun putih sederhana tapi elegan sudah menggantung menunggu ia kenakan. Sementara itu, di meja samping, ponselnya terus bergetar. Grup sahabat-sahabatnya dari sekolah tak berhenti membanjiri dengan pesan.

— “Ra, serius lo jadi nikah hari ini? Gila, cepet banget!”

— “Jangan-jangan kamu hamil duluan ya?”

— “Kirain kamu bakal nikah sama aktor Korea, ternyata sama CEO dingin.”

Alira mendesah keras lalu membalas dengan emotikon 🙄 dan mengetik cepat:

“Wish me luck aja. Doain aku nggak pingsan lihat wajahnya yang kayak freezer dua pintu itu.”

Di sisi lain gedung, suasana sangat berbeda.

Adrian Pratama, pria yang akan menjadi suaminya, duduk tegap di kursi besar dengan jas hitam pas badan. Wajahnya sempurna bak model iklan arloji, tapi sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda kebahagiaan.

Asistennya, Rey, masuk membawa dasi. “Bro, semua tamu udah datang. udah siap?”

Adrian menghela napas pelan, menatap cermin. “Aku tidak pernah meminta ini. Dan aku tidak akan menganggapnya sebagai sesuatu yang lebih dari kewajiban.”

Rey hanya tersenyum tipis. “Setidaknya, calon istrimu cantik. Dan… unik.”

“Unik?” Adrian mengangkat alis.

Rey terkekeh. “Ya, unik… kayak bom waktu. Siap meledak kapan saja. Hati-hati aja nanti, bro, jangan-jangan hidupmu bakal penuh warna.”

Adrian tidak menanggapi, hanya merapikan dasinya dengan ekspresi dingin.

Waktu akad pun tiba.

Gedung pernikahan megah itu penuh dengan tamu undangan. Lampu kristal berkilau di langit-langit, bunga putih menghiasi sepanjang jalan menuju pelaminan. Musik lembut mengalun. Semua orang menunggu dengan antusias, apalagi berita tentang pernikahan dua keluarga besar ini sudah jadi gosip hangat.

Alira berjalan dengan gaun putihnya, wajahnya cantik sekali, meski ekspresi protes masih belum bisa hilang. Saat ia melirik Adrian yang duduk dengan tenang di depan penghulu, bibirnya otomatis menggumam pelan.

“Ya ampun, mukanya kayak batu nisan. Satu senyum aja nggak bisa apa?”

Beberapa orang di dekatnya mendengar dan langsung menahan tawa. Adrian menoleh sedikit, tatapan tajamnya menusuk, tapi Alira malah membalas dengan mengedipkan mata genit.

Penghulu kemudian mulai membacakan ijab kabul. Saat giliran Adrian, suaranya tenang, dalam, tanpa ragu. Semua orang langsung berdecak kagum: pria itu memang karismatik, meski dingin.

Giliran Alira ditanya, “Apakah saudari Alira Putri Ramadhani menerima…”

Alira spontan menjawab dengan nada setengah malas, “Iya, iya, saya terima. Tapi jangan salahin saya kalau saya bikin hidupnya pusing tujuh keliling!”

Seluruh ruangan mendadak hening, lalu pecah oleh tawa kecil dari tamu-tamu muda. Penghulu sampai terbatuk menahan senyum. Adrian hanya menutup mata sebentar, lalu membuka kembali dengan ekspresi… semakin dingin.

Setelah akad selesai, acara resepsi berjalan meriah. Musik, foto-foto, ucapan selamat. Alira sibuk meladeni tamu dengan wajah ramah, meski sesekali melirik suaminya yang berdiri kaku di sampingnya seperti robot.

“Mas…” bisiknya pelan.

Adrian menoleh singkat. “Apa?”

“Kamu bisa nggak sih pura-pura bahagia dikit aja? Kasian loh fotografernya, dari tadi motret kamu kayak motret patung lilin.”

Adrian hanya menjawab datar, “Aku tidak pandai berpura-pura.”

Alira langsung manyun. “Ih, sombong banget. Oke, mulai sekarang aku punya misi. Aku akan bikin kamu ketawa. Catet tuh.”

Malam mulai larut. Setelah resepsi selesai, mereka berdua akhirnya tiba di rumah besar Adrian. Rumah itu megah, modern, dengan interior serba putih dan abu-abu.

Alira langsung berdecak kagum. “Wah, ini rumah apa hotel bintang sepuluh?! Kalau aku teriak ‘halo’, pasti ada gaungnya!” serunya sambil berlari kecil masuk ke ruang tamu.

Adrian meletakkan jasnya, melepas jam tangan, lalu menatapnya datar. “Tolong bersikap sewajarnya. Kamu bukan anak kecil lagi.”

Alira menoleh cepat, tersenyum jail. “Ya ampun, Mas Es Batu, hidup tuh harus dinikmati. Nggak usah kaku banget. Nanti cepet keriput loh.”

Adrian menghela napas panjang. “Pertama, jangan panggil aku ‘Mas’. Kedua, jangan banyak bicara di depanku. Ketiga, jangan pernah berharap aku akan memperlakukanmu seperti seorang istri. Kita menikah hanya karena keadaan, jadi jangan terlalu berharap.”

Alira sempat terdiam beberapa detik. Tapi kemudian, alih-alih sedih, ia malah tersenyum lebar dengan tatapan penuh tantangan.

“Ooooh gitu ya? Jadi kamu yakin nggak bakal jatuh cinta sama aku? Wah, menarik sekali! Challenge accepted, Tuan CEO. Aku janji, suatu hari kamu bakal nyesel pernah bilang kayak gitu!”

Adrian menatapnya lama, lalu memalingkan wajah. “Itu tidak akan pernah terjadi.”

Alira menjulurkan lidahnya nakal. “Kita lihat aja nanti, Es Batu.”

Di kamar masing-masing malam itu, keduanya memikirkan hal yang sama: pernikahan ini tidak akan mudah.

Alira menatap langit-langit kamarnya, berguling-guling sambil mendekap bantal. “Ya Tuhan, aku nggak nyangka hidupku berubah segini drastis. Tapi nggak apa-apa, aku siap! Aku pasti bisa bikin dia jatuh cinta. Tunggu aja, Adrian Pratama!”

Sementara itu, Adrian berdiri di depan jendela kamarnya, menatap lampu kota dengan ekspresi datar. “Dia pikir bisa mengubahku. Gadis itu terlalu polos. Dia tidak tahu, aku tidak bisa disentuh dengan cara semudah itu.”

Namun, jauh di lubuk hati masing-masing, mereka berdua sadar—hidup setelah ini tidak akan pernah sama.

Dan mungkin, justru di balik pernikahan tanpa cinta ini, akan lahir sebuah cerita yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya.

Episodes
1 BAB 1 : Perjodohan
2 BAB 2: Cowok Es
3 BAB 3 : Sarapan ala Bom Waktu
4 BAB 4 : Pertama Kali Belanja Bersama
5 BAB 5 Makan Malam Keluarga
6 BAB : 6 Istri CEO Masuk Kantor
7 BAB 7 : CEO Dingin Mulai Merasa Panas
8 BAB 8 : Dinner Formal yang Tak Lagi Formal
9 BAB 9 : Tatapan yang Tidak Biasa
10 BAB 10 : Rumah Bukan Berarti Tenang
11 BAB 11 : Bara di Balik Senyum
12 BAB 12 Sentuhan kecil
13 BAB 13 Antara Bisnis dan Cemburu
14 BAB 14 Gala diner
15 BAB 15 Tarian Adrian
16 BAB 16 Ancaman
17 BAB 17 teror
18 BAB 18 Foto
19 BAB 19 Ciuman pertama
20 BAB 20 Ancaman Baru
21 BAB 21 Keputusan Sang Suami Dingin
22 BAB 22 bayangan di balik senyuman
23 BAB 23 Foto dari Masa Lalu
24 BAB 24 Mis masa lalu
25 BAB 25 Pertemuan yang Tak Terhindarkan
26 BAB 26 Cemburu Alira
27 BAB 27 Cemburu Alira 2
28 BAB 28 Hari Pertama di Kampus
29 BAB 29 Langkah Baru
30 BAB 30 tekat baru
31 BAB 31 Alira Vs clarisa
32 BAB 32 Fokus belajar
33 BAB 33 kedatangan tamu
34 BAB 34 Ketidak jujuran Adrian
35 BAB 35 Malam yang Membisu
36 BAB 36 Ciuman kasar Adrian
37 BAB 37 Pagi yang Dingin
38 BAB 38 pembelaan adrian
39 BAB 39 kembali datang
40 BAB 40 Tangis Kehilangan
41 BAB 41 Pilihan Adrian
42 BAB 42 Clarisa mengintai
43 BAB 43 datar
44 BAB 44 Lepas Kendali
45 BAB 45 Tanda
46 BAB 46 Tatapan dan Bisikan
47 BAB 47 Mabuk
48 BAB 48 gigitan Adrian
49 BAB 49 Lelah
50 BAB 50 Pergi
51 BAB 51 kenangan Alira
52 BAB 52 surat terakhir alira
53 BAB 53 Kegilaan adrian
54 BAB 54 Nama Baru
55 BAB 55 ketegasan adrian
56 BAB 56 Alicia Ramone
57 BAB 57 Luka yang Tak Pernah Hilang
58 BAB 58 Tekad yang Membara
59 BAB 59 alicia vs kevin
60 BAB 60 Percakapan yang Mengungkap
61 BAB 61 Kejutan
62 BAB 62 tunangan
63 BAB 63 Turun Tangan
64 BAB 64 kemenangan
65 BAB 65 kegilaan clarisa
66 BAB 66 Scandal
67 BAB 67 Titik akhir alira
68 BAB 68 perjalanan alira
69 BAB 69 Waktu yg berlalu
70 BAB 70 nama besar alicia
71 BAB 71 Bertemu
72 BAB 72 Kerinduan
73 BAB 73 Clarisa vs alicia
74 BAB 74 obsesi Adrian
75 BAB 75 masih terikat
76 BAB 76 kegelisahan alicia
77 BAB 77 Balasan
78 BAB 78 langkah alira
79 BAB 79 Kejaran yang Membakar
80 BAB 80 Bara yang Membakar
81 BAB 81 Tamparan yang Menggema
82 BAB 82 Api Cemburu
83 BAB 83 Pria yang Tak Bisa Melepaskan
84 BAB 84 Api Lama yang Tak Padam
85 BAB 85 Bayang-bayang dan Balasan
86 BAB 86 Permainan yang Dimulai
87 BAB 87 Antara Api dan Bayangan
88 BAB 88 Bayangan yang Tak Pernah Padam
89 BAB 89 Api Dalam Balutan Senyum
90 BAB 90 Api yang Mulai Menyala
91 BAB 91 “Api yang Tak Pernah Padam”
92 BAB 92 Permainan Bayangan
93 BAB 93 Luka yang Belum Sembuh
94 BAB 94 Di Antara Dua Nafas
95 BAB 95 Api yang menyala
96 BAB 96 terbayang
97 BAB 97 Pertemuan di Panggung Kemenangan
98 BAB 98 “Lamaran di Tengah Gemuruh”
99 BAB 99 Dalam Pelukan yang Tak Diinginkan
100 BAB 100 Terjebak Bersama
101 BAB 101 Antara Dendam, Rindu, dan Gengsi
102 BAB 102 Upaya Kabur yang Gagal Total
103 BAB 103 Bayangan dari Masa Lalu
104 BAB 104 Jejak di Balik Salju
105 BAB 105 Hari-Hari di Balik Salju
106 BAB 106 Di Balik Senyum Pagi Itu
107 BAB 107 ungkapan adrian
108 BAB 108 Hangatnya Pagi dan Gengsi yang Belum Usai
109 BAB 109 di Balik Sinar Sore
110 BAB 110 Penguasa Tanpa Ampun
111 BAB 111
112 BAB 112 Antara Salju dan Tatapan Itu
Episodes

Updated 112 Episodes

1
BAB 1 : Perjodohan
2
BAB 2: Cowok Es
3
BAB 3 : Sarapan ala Bom Waktu
4
BAB 4 : Pertama Kali Belanja Bersama
5
BAB 5 Makan Malam Keluarga
6
BAB : 6 Istri CEO Masuk Kantor
7
BAB 7 : CEO Dingin Mulai Merasa Panas
8
BAB 8 : Dinner Formal yang Tak Lagi Formal
9
BAB 9 : Tatapan yang Tidak Biasa
10
BAB 10 : Rumah Bukan Berarti Tenang
11
BAB 11 : Bara di Balik Senyum
12
BAB 12 Sentuhan kecil
13
BAB 13 Antara Bisnis dan Cemburu
14
BAB 14 Gala diner
15
BAB 15 Tarian Adrian
16
BAB 16 Ancaman
17
BAB 17 teror
18
BAB 18 Foto
19
BAB 19 Ciuman pertama
20
BAB 20 Ancaman Baru
21
BAB 21 Keputusan Sang Suami Dingin
22
BAB 22 bayangan di balik senyuman
23
BAB 23 Foto dari Masa Lalu
24
BAB 24 Mis masa lalu
25
BAB 25 Pertemuan yang Tak Terhindarkan
26
BAB 26 Cemburu Alira
27
BAB 27 Cemburu Alira 2
28
BAB 28 Hari Pertama di Kampus
29
BAB 29 Langkah Baru
30
BAB 30 tekat baru
31
BAB 31 Alira Vs clarisa
32
BAB 32 Fokus belajar
33
BAB 33 kedatangan tamu
34
BAB 34 Ketidak jujuran Adrian
35
BAB 35 Malam yang Membisu
36
BAB 36 Ciuman kasar Adrian
37
BAB 37 Pagi yang Dingin
38
BAB 38 pembelaan adrian
39
BAB 39 kembali datang
40
BAB 40 Tangis Kehilangan
41
BAB 41 Pilihan Adrian
42
BAB 42 Clarisa mengintai
43
BAB 43 datar
44
BAB 44 Lepas Kendali
45
BAB 45 Tanda
46
BAB 46 Tatapan dan Bisikan
47
BAB 47 Mabuk
48
BAB 48 gigitan Adrian
49
BAB 49 Lelah
50
BAB 50 Pergi
51
BAB 51 kenangan Alira
52
BAB 52 surat terakhir alira
53
BAB 53 Kegilaan adrian
54
BAB 54 Nama Baru
55
BAB 55 ketegasan adrian
56
BAB 56 Alicia Ramone
57
BAB 57 Luka yang Tak Pernah Hilang
58
BAB 58 Tekad yang Membara
59
BAB 59 alicia vs kevin
60
BAB 60 Percakapan yang Mengungkap
61
BAB 61 Kejutan
62
BAB 62 tunangan
63
BAB 63 Turun Tangan
64
BAB 64 kemenangan
65
BAB 65 kegilaan clarisa
66
BAB 66 Scandal
67
BAB 67 Titik akhir alira
68
BAB 68 perjalanan alira
69
BAB 69 Waktu yg berlalu
70
BAB 70 nama besar alicia
71
BAB 71 Bertemu
72
BAB 72 Kerinduan
73
BAB 73 Clarisa vs alicia
74
BAB 74 obsesi Adrian
75
BAB 75 masih terikat
76
BAB 76 kegelisahan alicia
77
BAB 77 Balasan
78
BAB 78 langkah alira
79
BAB 79 Kejaran yang Membakar
80
BAB 80 Bara yang Membakar
81
BAB 81 Tamparan yang Menggema
82
BAB 82 Api Cemburu
83
BAB 83 Pria yang Tak Bisa Melepaskan
84
BAB 84 Api Lama yang Tak Padam
85
BAB 85 Bayang-bayang dan Balasan
86
BAB 86 Permainan yang Dimulai
87
BAB 87 Antara Api dan Bayangan
88
BAB 88 Bayangan yang Tak Pernah Padam
89
BAB 89 Api Dalam Balutan Senyum
90
BAB 90 Api yang Mulai Menyala
91
BAB 91 “Api yang Tak Pernah Padam”
92
BAB 92 Permainan Bayangan
93
BAB 93 Luka yang Belum Sembuh
94
BAB 94 Di Antara Dua Nafas
95
BAB 95 Api yang menyala
96
BAB 96 terbayang
97
BAB 97 Pertemuan di Panggung Kemenangan
98
BAB 98 “Lamaran di Tengah Gemuruh”
99
BAB 99 Dalam Pelukan yang Tak Diinginkan
100
BAB 100 Terjebak Bersama
101
BAB 101 Antara Dendam, Rindu, dan Gengsi
102
BAB 102 Upaya Kabur yang Gagal Total
103
BAB 103 Bayangan dari Masa Lalu
104
BAB 104 Jejak di Balik Salju
105
BAB 105 Hari-Hari di Balik Salju
106
BAB 106 Di Balik Senyum Pagi Itu
107
BAB 107 ungkapan adrian
108
BAB 108 Hangatnya Pagi dan Gengsi yang Belum Usai
109
BAB 109 di Balik Sinar Sore
110
BAB 110 Penguasa Tanpa Ampun
111
BAB 111
112
BAB 112 Antara Salju dan Tatapan Itu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!