BAB 3 : Sarapan ala Bom Waktu

Pagi pertama setelah pernikahan seharusnya penuh kehangatan. Suami-istri biasanya bangun dengan senyum, saling sapa manis, atau kalau di drama Korea, bangun tidur langsung tatap-tatapan romantis.

Tapi di rumah besar Adrian, kenyataan jauh berbeda.

Alira bangun lebih dulu, meski semalam ia sempat tidur gelisah karena kasurnya yang “terlalu empuk, sampai kayak tenggelam”. Begitu membuka mata, ia langsung punya ide "Hari ini aku akan bikin sarapan spesial buat suamiku. Biar dia tahu aku istri yang berbakat!"

Sayangnya, ada satu masalah besar Alira sama sekali tidak bisa masak.

“Telur, telur… gampang lah. Tinggal ceplok. Masa gagal?” gumamnya sambil berdiri di dapur yang super mewah itu.

Lima menit kemudian, asap tipis mengepul. Telur yang seharusnya sunny side up malah gosong di tepi, bagian tengahnya masih mentah. Alira meringis.

“Uh-oh… oke, nggak apa-apa. Tinggal kasih saus biar kelihatan estetik.”

Tak berhenti di situ, ia juga mencoba bikin nasi goreng. Entah kenapa hasilnya berwarna biru keunguan, mungkin karena ia salah menuang bumbu instan yang seharusnya dipakai untuk membuat dessert.

Dan untuk sup? Jangan ditanya. Warna kuahnya jadi pink. Ia sendiri nggak ngerti kenapa.

Setengah jam kemudian, meja makan penuh dengan “kreasi seni abstrak” yang ia sebut sarapan.

Adrian turun dari tangga dengan pakaian kerja rapi: kemeja putih, jas hitam, dasi abu. Wajahnya tenang, seperti biasa, tapi matanya langsung menyipit ketika melihat pemandangan di meja makan.

“…Apa ini?” suaranya datar, penuh kecurigaan.

Alira yang memakai celemek bergambar beruang, tersenyum bangga. “Taraaa! Sarapan buatan istri cantikmu!”

Adrian mendekat, menatap piring-piring itu dengan ekspresi seperti sedang menilai barang bukti kasus kriminal.

“Ini… makanan?”

“Ya iyalah! Masa lukisan? Ini telur cinta, nasi goreng pelangi, sama sup pink spesial. Semua penuh kasih sayang.”

Adrian menarik kursi, duduk, lalu menyilangkan tangan di dada. “Aku tidak akan makan ini. Aku punya rapat penting. Aku tidak bisa ambil risiko keracunan.”

Alira langsung manyun. “Ih, tega banget. Padahal aku bangun jam lima pagi demi bikin ini. Masa dicuekin gitu aja?”

Adrian berdiri lagi, mengambil cangkir kopi hitam buatan pembantu rumah tangga. “Lebih baik kamu tidur lagi daripada merusak dapurku.”

Alira spontan menepuk meja. “Oke! Mulai hari ini, aku punya misi bikin kamu makan masakanku sampai habis. Ingat kata-kataku, Tuan Es Batu!”

Adrian menoleh sekilas, lalu melangkah pergi dengan tenang. Sama sekali tidak menanggapi.

Tapi Alira tersenyum penuh tekad. “Hmm… liat aja nanti. Aku nggak akan kalah!”

Beberapa jam kemudian, Alira bosan sendirian di rumah besar itu. Ia berkeliling, menyentuh barang-barang mewah yang menurutnya lebih mirip museum daripada rumah.

“Wah, ini sofa mahal banget pasti. Kalau aku makan keripik di sini, kira-kira dimarahin nggak ya?” gumamnya sambil menjatuhkan diri ke sofa empuk.

Ia bahkan menemukan ruang kerja Adrian. Meja kayu besar, rak buku penuh dokumen, komputer canggih. Alira duduk di kursinya, memutar-mutar. “Asyik juga jadi CEO, kursinya muter-muter. Weeew~”

Sayangnya, di saat yang sama Adrian pulang sebentar untuk mengambil berkas yang tertinggal. Begitu membuka pintu ruang kerja, ia mendapati istrinya sedang berputar di kursi bosnya sambil bersenandung lagu anak-anak.

“Alira.”

Suara dingin itu membuat kursinya berhenti mendadak. Alira menoleh dengan wajah kaget, lalu nyengir. “Eh… kamu pulang? Surprise!”

Adrian menatapnya tajam. “Apa yang kamu lakukan di sini?”

“Aku… lagi nguji kursinya. Kan harus tau dong suami aku kerjanya nyaman atau nggak.”

“Keluar.”

Alira manyun. “Galak banget sih. Kamu tuh kalau senyum sedikit aja, pasti gantengnya nambah sepuluh kali lipat.”

Adrian tidak bergeming. “Keluar. Sekarang.”

Akhirnya Alira menyeret kaki keluar, tapi sambil berbisik, “Suatu hari, aku bakal bikin kamu senyum sampai pipimu pegel. Ingat kata-kataku, Es Batu.”

Malam harinya, saat Adrian pulang kerja, ia menemukan ruang tamu berantakan. Bantal sofa berserakan, ada keripik, dan… boneka kelinci raksasa duduk di tengah sofa.

“Apa-apaan ini?”

Alira muncul dari belakang sofa dengan piyama kelinci, wajahnya sumringah. “Tadaaa! Aku belanja online tadi sore. Rumahmu sepi banget, jadi aku dekor ulang biar lebih hidup.”

Adrian menatap boneka raksasa itu lama, lalu menatap Alira. “Keluarkan itu dari sini.”

“Eh, jangan gitu dong. Namanya Bubu. Dia bagian dari keluarga sekarang.”

“Alira.” Nada suaranya datar tapi jelas penuh peringatan.

Alira merangkul boneka itu erat-erat. “Nggak bisa. Kalau kamu mau usir dia, kamu harus usir aku juga!”

Adrian memijat pelipisnya, jelas mulai kehilangan kesabaran. Tapi pada akhirnya ia memilih berjalan naik ke lantai atas, meninggalkan Alira yang masih memeluk boneka dengan senyum kemenangan.

“Hah! Menang lagi!” bisiknya sambil melirik ke arah tangga.

Di kamar masing-masing malam itu, keduanya kembali memikirkan hari yang melelahkan.

Adrian duduk di kursinya, membuka laptop, mencoba fokus pada pekerjaannya. Tapi entah kenapa, bayangan wajah istrinya yang centil terus muncul. Suara tawa, komentar konyol, bahkan sup pink aneh itu.

“Kenapa gadis itu bisa begitu berisik… dan kenapa aku jadi memikirkannya?” gumamnya pelan.

Di sisi lain, Alira sedang mengobrol dengan boneka Bubu di kamarnya. “Dengar ya, Bubu. Suamiku itu batu es. Tapi aku yakin, es batu kalau kena api, lama-lama meleleh. Dan aku, Alira yang centil, bakal jadi api itu. Tunggu aja.”

Ia terdiam sebentar, menatap langit-langit. “Tapi… kenapa hatiku deg-degan ya kalau dia ngeliatin aku dengan mata dinginnya itu?”

Alira menutup wajah dengan bantal, berteriak kecil. “Aaaaak! Jangan-jangan aku yang duluan jatuh cinta?! Nggak boleh! Aku kan yang harus bikin dia jatuh cinta duluan!”

Dan malam itu, tanpa mereka sadari, permainan tarik ulur kecil sudah dimulai.

Pertanyaan pun menggantung di udara: siapa yang akan kalah lebih dulu? Si CEO dingin yang selalu tenang, atau si gadis centil yang tak kenal lelah?

Episodes
1 BAB 1 : Perjodohan
2 BAB 2: Cowok Es
3 BAB 3 : Sarapan ala Bom Waktu
4 BAB 4 : Pertama Kali Belanja Bersama
5 BAB 5 Makan Malam Keluarga
6 BAB : 6 Istri CEO Masuk Kantor
7 BAB 7 : CEO Dingin Mulai Merasa Panas
8 BAB 8 : Dinner Formal yang Tak Lagi Formal
9 BAB 9 : Tatapan yang Tidak Biasa
10 BAB 10 : Rumah Bukan Berarti Tenang
11 BAB 11 : Bara di Balik Senyum
12 BAB 12 Sentuhan kecil
13 BAB 13 Antara Bisnis dan Cemburu
14 BAB 14 Gala diner
15 BAB 15 Tarian Adrian
16 BAB 16 Ancaman
17 BAB 17 teror
18 BAB 18 Foto
19 BAB 19 Ciuman pertama
20 BAB 20 Ancaman Baru
21 BAB 21 Keputusan Sang Suami Dingin
22 BAB 22 bayangan di balik senyuman
23 BAB 23 Foto dari Masa Lalu
24 BAB 24 Mis masa lalu
25 BAB 25 Pertemuan yang Tak Terhindarkan
26 BAB 26 Cemburu Alira
27 BAB 27 Cemburu Alira 2
28 BAB 28 Hari Pertama di Kampus
29 BAB 29 Langkah Baru
30 BAB 30 tekat baru
31 BAB 31 Alira Vs clarisa
32 BAB 32 Fokus belajar
33 BAB 33 kedatangan tamu
34 BAB 34 Ketidak jujuran Adrian
35 BAB 35 Malam yang Membisu
36 BAB 36 Ciuman kasar Adrian
37 BAB 37 Pagi yang Dingin
38 BAB 38 pembelaan adrian
39 BAB 39 kembali datang
40 BAB 40 Tangis Kehilangan
41 BAB 41 Pilihan Adrian
42 BAB 42 Clarisa mengintai
43 BAB 43 datar
44 BAB 44 Lepas Kendali
45 BAB 45 Tanda
46 BAB 46 Tatapan dan Bisikan
47 BAB 47 Mabuk
48 BAB 48 gigitan Adrian
49 BAB 49 Lelah
50 BAB 50 Pergi
51 BAB 51 kenangan Alira
52 BAB 52 surat terakhir alira
53 BAB 53 Kegilaan adrian
54 BAB 54 Nama Baru
55 BAB 55 ketegasan adrian
56 BAB 56 Alicia Ramone
57 BAB 57 Luka yang Tak Pernah Hilang
58 BAB 58 Tekad yang Membara
Episodes

Updated 58 Episodes

1
BAB 1 : Perjodohan
2
BAB 2: Cowok Es
3
BAB 3 : Sarapan ala Bom Waktu
4
BAB 4 : Pertama Kali Belanja Bersama
5
BAB 5 Makan Malam Keluarga
6
BAB : 6 Istri CEO Masuk Kantor
7
BAB 7 : CEO Dingin Mulai Merasa Panas
8
BAB 8 : Dinner Formal yang Tak Lagi Formal
9
BAB 9 : Tatapan yang Tidak Biasa
10
BAB 10 : Rumah Bukan Berarti Tenang
11
BAB 11 : Bara di Balik Senyum
12
BAB 12 Sentuhan kecil
13
BAB 13 Antara Bisnis dan Cemburu
14
BAB 14 Gala diner
15
BAB 15 Tarian Adrian
16
BAB 16 Ancaman
17
BAB 17 teror
18
BAB 18 Foto
19
BAB 19 Ciuman pertama
20
BAB 20 Ancaman Baru
21
BAB 21 Keputusan Sang Suami Dingin
22
BAB 22 bayangan di balik senyuman
23
BAB 23 Foto dari Masa Lalu
24
BAB 24 Mis masa lalu
25
BAB 25 Pertemuan yang Tak Terhindarkan
26
BAB 26 Cemburu Alira
27
BAB 27 Cemburu Alira 2
28
BAB 28 Hari Pertama di Kampus
29
BAB 29 Langkah Baru
30
BAB 30 tekat baru
31
BAB 31 Alira Vs clarisa
32
BAB 32 Fokus belajar
33
BAB 33 kedatangan tamu
34
BAB 34 Ketidak jujuran Adrian
35
BAB 35 Malam yang Membisu
36
BAB 36 Ciuman kasar Adrian
37
BAB 37 Pagi yang Dingin
38
BAB 38 pembelaan adrian
39
BAB 39 kembali datang
40
BAB 40 Tangis Kehilangan
41
BAB 41 Pilihan Adrian
42
BAB 42 Clarisa mengintai
43
BAB 43 datar
44
BAB 44 Lepas Kendali
45
BAB 45 Tanda
46
BAB 46 Tatapan dan Bisikan
47
BAB 47 Mabuk
48
BAB 48 gigitan Adrian
49
BAB 49 Lelah
50
BAB 50 Pergi
51
BAB 51 kenangan Alira
52
BAB 52 surat terakhir alira
53
BAB 53 Kegilaan adrian
54
BAB 54 Nama Baru
55
BAB 55 ketegasan adrian
56
BAB 56 Alicia Ramone
57
BAB 57 Luka yang Tak Pernah Hilang
58
BAB 58 Tekad yang Membara

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!