Pacar Pura Pura

Keesokan paginya, Elzhar berangkat ke klinik seperti biasa. Namun pikirannya sama sekali tidak tenang. Sepanjang jalan, ia hanya memikirkan satu hal: bagaimana caranya bertemu Azel lagi.

“Mana mungkin dia mau ketemu gue setelah kejadian kemarin…” gumamnya lirih sambil menatap jalanan yang padat. Ingatan tentang Azel yang menyiram kopi ke wajahnya masih segar di benak. Wajar saja kalau gadis itu tidak mau menampakkan diri lagi.

Tapi bagaimanapun juga, ia tidak bisa diam. Jika Azel tidak muncul di depan ibunya, maka ia benar-benar akan dijodohkan dengan wanita pilihan sang ibu. Dan itu adalah hal terakhir yang ia inginkan.

Sesampainya di klinik, Elzhar duduk termenung di ruangannya. Seorang perawat masuk, membawa berkas pasien, tapi ia bahkan tidak menyadarinya. Pikirannya terus berputar mencari jalan keluar.

Harus ada cara. Gue harus tahu di mana dia tinggal, atau setidaknya di mana dia biasa nongkrong…

Tangannya tanpa sadar meremas bolpoin di meja. “Azel… lo bikin gue repot banget,” gumamnya, entah kesal atau sebenarnya ada rasa lain yang tak ingin ia akui.

Siang itu, saat jam istirahat, Elzhar memutuskan mampir ke kafe milik Divo. Tujuannya jelas: mencari tahu jejak Azel. Begitu masuk, beberapa pegawai kafe menunduk sopan, sudah biasa melihat sahabat bos mereka datang.

Elzhar tidak berlama-lama. Ia langsung menanyai salah satu pegawai perempuan yang kemarin membantu mengantarkan Azel pulang.

“Eh, mbak… kemarin yang nganterin cewek temennya Divo itu… masih inget alamatnya nggak?” tanyanya pelan.

Pegawai itu mengangguk ragu. “Inget, dok. Tapi… emang kenapa ya? Mbaknya kenapa lagi?”

“Bukan urusan lo, gue cuma butuh alamatnya,” jawab Elzhar agak dingin. Ia memang sedang tak sabar.

Perempuan itu akhirnya menyebutkan alamat lengkap Azel. Elzhar mencatat cepat di ponselnya. Sekilas, ia merasa lega, meski masih berat hati harus berurusan lagi dengan gadis yang sudah membuatnya kewalahan.

Setelah mendapat alamat dari pegawai kafe, Elzhar memutuskan untuk datang ke rumah Azel. Perjalanan terasa lebih panjang dari biasanya, meski sebenarnya hanya butuh setengah jam. Sepanjang jalan, pikirannya dipenuhi bayangan wajah Azel: marah, menangis, bahkan saat menyiramkan kopi ke dirinya.

Sesampainya di depan rumah sederhana itu, Elzhar sempat terdiam. Ia menatap pagar besi kecil yang sudah agak berkarat, berbeda jauh dengan rumah-rumah mewah yang biasa ia datangi. Ada rasa aneh di dadanya, sesuatu yang belum pernah ia rasakan.

Dengan sedikit ragu, ia mengetuk pintu.

Tok… tok… tok…

Beberapa detik kemudian, pintu terbuka. Azel muncul dengan wajah kaget sekaligus kesal. Matanya sembab, jelas ia habis menangis semalaman.

“Lo ngapain ke sini? Belum cukup lo nyakitin gue dengan mulut enteng lo?” ucap Azel, sedikit marah.

Elzhar menahan napas, mencoba tenang. “Tunggu, Zel. Sebelumnya kenalin… gue Elzhar. Ada yang pengen gue omongin sama lo.”

Azel menyilangkan tangan di dada. “Gue udah nggak peduli lagi sama Divo. Cukup. Gue udah blacklist namanya dari hidup gue.”

“Ngga, gue nggak akan bahas Divo. Gue janji,” Elzhar berusaha meyakinkan. “Boleh kita duduk sebentar? Biar ngobrolnya enak.”

Azel melemah. Meski masih kesal, akhirnya ia mempersilakan Elzhar masuk. Mereka duduk berhadapan di ruang tamu sederhana itu.

“Terus… apa maksud lo datang ke sini?” tanya Azel dingin.

Elzhar menghela napas panjang. “Gue mohon maaf banget sebelumnya, atas semua yang terjadi kemarin. Dan… kejadian semalam di rumah Divo, itu ada kaitannya sama hal ini.”

“Maksudnya?” dahi Azel berkerut.

“Jadi, Zel… yang ngundang lo untuk makan malam itu sebenarnya nyokap gue. Dia salah paham. Dia ngira lo cewek gue, karena pas kita debat depan kafe Divo, yang lo siram kopi itu… nyokap gue dan tante gue ada di depan klinik gue, mereka lihat semua kejadian itu.”

Azel terdiam sejenak, lalu mendengus kecil. “Hah… pantesan aja ibu-ibu itu nggak terima. Ternyata memang bukan dia yang ngundang gue. Jadi yang ngundang itu… ibu lo?”

“Iya,” jawab Elzhar lirih. “Dan masalah baru di mulai . Sebenernya mungkin ini nggak ada urusannya sama lo, tapi buat gue ini penting. Gue udah beberapa kali dijodohin sama keluarga—khususnya nyokap gue. Semuanya gue tolak. Jujur, gue nggak mau nikah sekarang. Gue lagi fokus sama klinik, dan gue cukup bahagia sama kesendirian gue. Tapi… gara-gara kejadian kemarin, nyokap gue keukeuh pengen ketemu lo. Dia ngira semua penolakan gue itu karena gue udah punya lo.”

Azel sedikit terkejut. Matanya menatap Elzhar penuh tanda tanya. Kenapa cowok seganteng dan semapan ini nggak mau nikah? batinnya.

“Terus maksud lo apaan?” akhirnya ia bertanya.

Elzhar menatapnya serius. “Gue mau minta tolong sama lo. Malam ini… lo mau nggak pura-pura jadi pacar gue di depan keluarga gue? Karena kalau gue datang sendirian, nyokap gue bakal langsung ngenalin gue sama anak temennya buat dijodohin.”

Azel melotot tak percaya. “Jangan gila, El. Gue nggak mau ikut campur masalah keluarga lo. Lagian… kalau emang lo nggak bisa nolak, ya udah nikah aja!”

“Please, Zel.” suara Elzhar melemah, hampir seperti memohon. “Tolong bantuin gue. Gue janji, gue bakal bantu lo biar Divo nyesel ninggalin lo.”

Mata Azel sempat berbinar. Tawaran itu mengusiknya. “Caranya gimana? Biar Divo bener-bener nyesel udah nyakitin gue?”

Elzhar tersenyum tipis. “Tenang, semua gue yang atur. Lo tau nggak siapa gue? Gue dokter kecantikan. Gue bisa bikin lo lebih cantik, lebih percaya diri, dan penampilan lo bisa berubah total. Bukan cuma Divo, cowok lain pun bisa terpesona sama lo.”

Azel menggigit bibirnya. Ada sedikit senyum yang akhirnya muncul di wajahnya. “Oke… baiklah. Gue terima.”

Elzhar menghela napas lega. “Makasih, Azel… makasih banyak.” Ia merogoh saku dan menyerahkan kartu nama. “Ini, kartu nama gue. Lo chat aja biar nanti gue save no lo, nanti malam gue jemput. Dandan secukupnya aja… apa adanya lo udah cukup.”

“Ya udah, Zel… gue pergi dulu ya. Kebetulan sore ini gue ada pasien. Sekali lagi, thanks ya.” Elzhar berdiri, merapikan jasnya, lalu pamit meninggalkan rumah Azel.

Pintu menutup perlahan. Ruangan kembali hening.

Azel duduk terdiam di sofa, menatap kartu nama di tangannya. Ia menarik napas panjang. Ada keraguan besar di hatinya. Beneran gue mau ikut campur masalah keluarga orang ini? pikirnya.

Namun, setiap kali bayangan Divo terlintas di kepala, perih itu kembali terasa. Rasa sakit karena dihina, rasa terbuang, seolah tidak berharga. Dadanya sesak.

Kalau gue terima tawaran Elzhar… bukan berarti gue pengen balikan sama Divo, batinnya menegaskan. Gue cuma pengen dia nyesel. Gue pengen dia sadar, dia udah sia-siain orang yang tulus sayang sama dia.

Perlahan, senyum tipis muncul di wajahnya. Ada semangat baru yang terbit dari luka. Untuk pertama kalinya sejak semalam, Azel merasa punya alasan untuk bangkit.

Episodes
1 Kejutan
2 Putus
3 Salah Alamat
4 Pacar Pura Pura
5 Makan Malam Bersama Keluarga Wiratama
6 Misi Pertama Berhasil
7 7 Hari Menjadi Cantik Bersama Elzhar
8 Hari Kedua dan ketiga
9 Hari keEmpat & KeLima
10 Balas Dendam
11 Rasa Yang Tak Biasa
12 Reuni SMA
13 Bermalam
14 Ketahuan Ibu
15 Menikahlah
16 Perjanjian Kontrak Nikah
17 Divo Mendekati Sisil
18 Hari Yang buruk
19 Meminta Restu
20 Hari Yang Cukup Berat
21 Pernikahan Azel & ELzhar
22 Ketegangan Malam
23 Pagi yang Cerah
24 Hari Pertama Menjadi Suami Istri
25 Ciuman Rahasia
26 Elzhar Yang Manja
27 Mengejutkan
28 Sisil Hamil
29 Sponge Cake
30 Pelukan, Masakan dan Kehangatan
31 Kue Yang Sangat Lezat
32 Sisil & Divo
33 Luka
34 Batas yang Kian Memudar
35 Aluna
36 Healing Dadakan
37 Obsesi Aluna
38 Malam yang mengubah segalanya
39 Do'a dan Harapan
40 Rencana Licik
41 Sebuah Pengakuan
42 Akhirnya Malam Pertama
43 Pagi yang indah
44 ELzhar yang penuh senyuman
45 Pengakuan Divo
46 Obrolan Hangat
47 Divo di usir
48 Hasil USG
49 Hati yang mulai terbuka
50 Melepas Rindu
51 Bermalam di rumah Ayah dan bunda
52 Sarapan Pagi penuh kehangatan
53 Divo Direstui
54 Pindah rumah
55 Sisil
56 Kejutan Untuk Elzhar
57 Persiapan Ulang tahun Oma
58 Kue ulang tahun untuk oma
59 Bahagia di hari ulang tahun oma
60 Kejutan Kecil dari Elzhar
61 Aaaaaa..... Sayaangg
62 Pernikahan Divo dan Sisil
63 Malam Divo dan Sisil
64 Sahabat Lama
65 Sisi Lain Arga
66 Gombalan di pagi hari
67 Aluna Yang sudah gila
68 Cerita Aluna
69 Aluna membongkar Rahasia
70 Terbongkar
71 Kenapa harus seperti ini
72 Pertengkaran
73 Ayah Arman Pergi dari rumah
74 Dilema
75 Ketegangan
76 Aku cuma mau Azel
77 Oma menemui Azel sedangkan Divo dan Sisil menemui elzhar
78 Elzhar menemui Azel
79 Elzhar kecelakaan
80 Azel bertemu Elzhar di RS
81 Elzhar Sadar
82 Akhirnya bisa tidur dengan aman
83 Saling Memaafkan
84 Elzhar Pulang
85 Elzhar kembali ke klinik
86 Mengantarkan makan siang
87 Kafe Divo
88 Awal sebuah mimpi
89 Langkah Mandiri
90 Semangat pagi
91 Survei Tempat
92 Luka Yang membaik
93 Persiapan pembukaan Kafe
94 Do'a & Restu
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Kejutan
2
Putus
3
Salah Alamat
4
Pacar Pura Pura
5
Makan Malam Bersama Keluarga Wiratama
6
Misi Pertama Berhasil
7
7 Hari Menjadi Cantik Bersama Elzhar
8
Hari Kedua dan ketiga
9
Hari keEmpat & KeLima
10
Balas Dendam
11
Rasa Yang Tak Biasa
12
Reuni SMA
13
Bermalam
14
Ketahuan Ibu
15
Menikahlah
16
Perjanjian Kontrak Nikah
17
Divo Mendekati Sisil
18
Hari Yang buruk
19
Meminta Restu
20
Hari Yang Cukup Berat
21
Pernikahan Azel & ELzhar
22
Ketegangan Malam
23
Pagi yang Cerah
24
Hari Pertama Menjadi Suami Istri
25
Ciuman Rahasia
26
Elzhar Yang Manja
27
Mengejutkan
28
Sisil Hamil
29
Sponge Cake
30
Pelukan, Masakan dan Kehangatan
31
Kue Yang Sangat Lezat
32
Sisil & Divo
33
Luka
34
Batas yang Kian Memudar
35
Aluna
36
Healing Dadakan
37
Obsesi Aluna
38
Malam yang mengubah segalanya
39
Do'a dan Harapan
40
Rencana Licik
41
Sebuah Pengakuan
42
Akhirnya Malam Pertama
43
Pagi yang indah
44
ELzhar yang penuh senyuman
45
Pengakuan Divo
46
Obrolan Hangat
47
Divo di usir
48
Hasil USG
49
Hati yang mulai terbuka
50
Melepas Rindu
51
Bermalam di rumah Ayah dan bunda
52
Sarapan Pagi penuh kehangatan
53
Divo Direstui
54
Pindah rumah
55
Sisil
56
Kejutan Untuk Elzhar
57
Persiapan Ulang tahun Oma
58
Kue ulang tahun untuk oma
59
Bahagia di hari ulang tahun oma
60
Kejutan Kecil dari Elzhar
61
Aaaaaa..... Sayaangg
62
Pernikahan Divo dan Sisil
63
Malam Divo dan Sisil
64
Sahabat Lama
65
Sisi Lain Arga
66
Gombalan di pagi hari
67
Aluna Yang sudah gila
68
Cerita Aluna
69
Aluna membongkar Rahasia
70
Terbongkar
71
Kenapa harus seperti ini
72
Pertengkaran
73
Ayah Arman Pergi dari rumah
74
Dilema
75
Ketegangan
76
Aku cuma mau Azel
77
Oma menemui Azel sedangkan Divo dan Sisil menemui elzhar
78
Elzhar menemui Azel
79
Elzhar kecelakaan
80
Azel bertemu Elzhar di RS
81
Elzhar Sadar
82
Akhirnya bisa tidur dengan aman
83
Saling Memaafkan
84
Elzhar Pulang
85
Elzhar kembali ke klinik
86
Mengantarkan makan siang
87
Kafe Divo
88
Awal sebuah mimpi
89
Langkah Mandiri
90
Semangat pagi
91
Survei Tempat
92
Luka Yang membaik
93
Persiapan pembukaan Kafe
94
Do'a & Restu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!