4. Bayangan yang Sulit Hilang

Di dalam sebuah mobil, Stasia terus menatap keluar jendela. Pandangannya mengikuti lalu-lalang kendaraan dan bangunan yang tampak asing sekaligus akrab. Kota ini… kota yang dulu ia tinggalkan sebelas tahun lalu. Banyak yang sudah berubah, tapi tetap saja kota ini menyimpan begitu banyak kenangan indah yang sulit ia hapus dari ingatan.

Refleks, jemarinya menggenggam sebuah bandul kalung berbentuk tetesan air dengan bintang kecil di dalamnya. Kalung pemberian seseorang yang dulu sangat berarti dalam hidupnya.

Stasia memejamkan mata, mencoba menenangkan pikirannya yang dipenuhi tanya.

Apakah dia masih mengingatku? Ah… mungkin sekarang dia sudah menikah. Atau mungkin sudah memiliki seseorang yang lebih berarti di hidupnya. Bagaimana mungkin aku datang kembali dan mengganggu kebahagiaannya? Biarlah dia bahagia dengan orang yang lebih pantas.

Ia menghela napas panjang, lalu menunduk menatap Ares yang tertidur pulas di pangkuannya. Dengan lembut, ia mengusap kepala putranya.

“Yang kupunya sekarang hanya Ares. Hanya Ares yang tersisa… Setidaknya Tuhan tidak membiarkanku sendiri di dunia ini,” bisiknya lirih. “Kak, aku akan menjaga Ares. Menyayanginya, sebagaimana kamu dulu selalu menyayangiku. Kamu harus tenang di surga, karena aku akan memastikan kebahagiaan Ares untukmu.”

Mobil itu terus melaju melewati jalan-jalan kota.

Sementara itu, di sebuah kantor megah, seseorang sama sekali tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya. Bahkan suara asistennya yang berulang kali memanggil pun tidak sanggup membuyarkan lamunannya.

“Pak… pak Damar.”

Tidak ada sahutan. Damar masih menatap layar laptop, tapi jelas pikirannya melayang entah ke mana.

“Pak!” suara sang asisten, Abas, terpaksa meninggi.

Damar tersentak, menoleh dengan sorot mata tajam. Raut dinginnya seketika membuat Abas menelan ludah.

“Kamu sudah bosan hidup, Bas? Atau mau kupotong gaji sekarang?” ucap Damar dingin.

“Maaf, Pak… sedari tadi saya sudah memanggil, tapi sepertinya pikiran Anda sedang terlalu penuh sampai tidak mendengar,” jawab Abas gugup.

Damar mendengus kesal. “Ada apa?”

“Ini mengenai penempatan dua karyawan dari kantor cabang,” ucap Abas sambil menyerahkan dokumen.

Damar membacanya cepat, lalu berkata, “Tugas mereka tidak hanya sekadar riset pasar dan analisis kinerja cabang. Pastikan mereka juga ikut dalam penyusunan strategi peningkatan penetrasi pasar di Eropa. Tambahkan juga: beri mereka akses penuh ke tim marketing pusat untuk bisa mengembangkan kampanye yang sesuai target internasional.”

“Baik, Pak.”

“Untuk kontrol kinerja, tetap di bawah divisi pengembangan.”

“Siap, Pak. Akan saya sampaikan ke Pak Bambang selaku kepala divisi pengembangan.”

“Masih ada lagi?” tanya Damar datar.

“Tidak, Pak. Semua sudah siap. Sesuai rencana, tiga hari lagi rapat bersama mereka dan tim pengembangan serta pemasaran.”

“Kalau begitu, pergilah.”

Abas ragu sejenak. “Maaf, Pak… ada satu lagi.”

Tatapan Damar kembali menusuk. “Apa lagi?”

“Pak Hadi ingin mengajak Anda makan malam. Katanya sebagai perayaan karena putrinya akan membuka butik baru.”

Seketika suhu ruangan seperti turun beberapa derajat. Tatapan dingin Damar membuat Abas kaku di tempat.

“Kamu tahu apa jawabanku, kan?” suara Damar berat dan dingin.

“B-baik, Pak… a-akan saya sampaikan bahwa Anda tidak bisa hadir untuk urusan pribadi.”

“Pergilah.”

“Siap, Pak.” Abas langsung keluar dengan langkah tergesa.

Damar kembali bersandar di kursinya. Matanya terpejam, mencoba mengusir kekacauan di kepalanya. Namun bayangan sosok yang ditemuinya pagi tadi terus saja muncul, menolak untuk hilang.

***

Sementara itu, di rumah sakit, Wulan yang baru saja keluar dari ruang NICU mendapati seorang pria berdiri di depan pintu. Ia sedikit terkejut ketika pria itu menyapanya.

“Permisi… bisa kita bicara sebentar?” tanya pria itu.

“Ya, kita bisa bicara di sini saja, sambil saya menunggu mama membawa bayi saya ke sini,” jawab Wulan tenang.

“Baiklah, kita bicara di sini.” Andreas mengangguk singkat.

Seorang suster menghampiri dan membantu memposisikan kursi roda Wulan.

“Terima kasih,” ucap Wulan lembut sebelum suster itu berlalu.

Andreas sempat tampak kikuk melihat Wulan di kursi roda.

“Eh… Anda tidak apa-apa? M-maksud saya…”

Wulan tersenyum tipis, melihat betapa gugupnya pria itu memilih kata.

“Tidak apa-apa, saya baik-baik saja. Hanya saja, mama masih khawatir karena kemarin sore saya baru melahirkan.”

“Oh… maaf, saya sempat berpikir terlalu jauh.”

“Tidak apa-apa, Pak…”

“Ah, perkenalkan. Saya Andreas, Anda bisa panggil saya Andre.”

“Baiklah, saya Wulan. Anda… ayah baby Reynald?”

Andreas mengangguk pelan. “Ya, saya ayah Baby Rey. Saya ingin mengucapkan terima kasih banyak atas bantuan Anda kepada putra saya.”

Wulan tersenyum tulus. “Tidak apa-apa, Pak Andre. Saya sendiri yang berinisiatif. Saya tahu bagaimana rasanya keresahan seorang orangtua. Saya yakin, hal baik yang saya lakukan suatu saat akan berbalik menjadi kebaikan untuk putra saya juga.”

“Saya benar-benar berhutang budi pada Anda. Bagaimana saya harus membalasnya?”

Wulan menggeleng lembut. “Anda tidak perlu sungkan. Rawat saja putra Anda dengan baik. Melihatnya sehat saja sudah cukup membuat saya lega. Kalau Anda membutuhkan donor ASI, mungkin saya bisa bantu.”

“Maksud Anda… Anda bersedia menjadi donor ASI untuk putra saya?” Andreas menatapnya tak percaya.

“Bila memang Baby Rey masih membutuhkan, silakan saja, Tuan.”

“Terima kasih banyak, Bu Wulan.”

Wulan tersenyum lembut. “Saat ini saya dirawat di ruang VIP 3. Kalau Anda butuh bantuan, jangan sungkan. Ini semua demi Baby Rey.”

“Terima kasih, Bu Wulan. Mmm… kalau berkenan, boleh saya minta nomor Anda?”

“Tentu. Kita bisa berkomunikasi untuk urusan Baby Rey.” Wulan mengambil ponsel Andreas dan mengetikkan nomornya.

Andreas ragu sejenak sebelum bertanya, “Mmm… untuk menjadi donor ASI, apakah suami Anda menyetujui? Dan bagaimana dengan bayi Anda sendiri?”

“Suami saya tidak akan marah, dia pasti mengerti. Dan untuk bayi saya, jangan khawatir. Banyak ibu yang menyusui bayi kembar, mereka bisa melakukannya. Saya anggap saat ini saya sedang memiliki dua bayi. Tentunya, saya akan berusaha menjaga kondisi agar bisa memberi nutrisi untuk keduanya.”

“Lan…” suara Mama Rini yang datang membawa bayi Wulan mengintrupsi percakapan mereka.

“Sudah selesai, Ma?” tanya Wulan sambil menerima bayinya yang dipindahkan ke pangkuannya.

“Sudah, Nak. Lihatlah, dia sudah wangi,” jawab Mama Rini sambil tersenyum.

Wulan menatap bayinya dengan penuh kasih, lalu menoleh ke arah Andreas.

“Pak Andreas, saya permisi dulu. Saya ingin kembali ke kamar bersama bayi saya.”

“Baik, Bu Wulan. Terima kasih. Semoga Anda dan bayi Anda selalu sehat.”

“Terima kasih,” balas Wulan dengan senyum tulus, sebelum Mama Rini mendorong kursi rodanya menjauh.

Andreas hanya bisa berdiri di tempat, menatap penolong putranya yang perlahan hilang dari pandangan, sementara hatinya dipenuhi rasa syukur sekaligus heran pada wanita itu.

Terpopuler

Comments

Rusmini Mini

Rusmini Mini

yg sedih cukup Wulan dan Tuhan yg tau gak perlu di beri pengumuman

2025-10-22

0

Erna Fadhilah

Erna Fadhilah

wulan kok ga ngomong aja kalau suaminya udah meninggal

2025-09-11

0

Bak Mis

Bak Mis

kenapa masih di tutup "pin ya

2025-09-18

0

lihat semua
Episodes
1 1. Datang dan Pergi
2 2. Aku Akan Menemukanmu
3 3. Membantu Baby Rey
4 4. Bayangan yang Sulit Hilang
5 5. Teringat Masa Lalu
6 6. Kekesalan Damar
7 7. Teman Diskusi
8 8. Wanita Gila
9 9. Kejutan di Ruang Rapat
10 10. Dia Mengingatku
11 11. Baby Rey Rewel
12 12. Jangan Kemakan Gengsi
13 13. Panggilan Sayang
14 14. Masih Sama Seperti Dulu
15 15. Ares Suka di Indonesia
16 16. Berubah Manja
17 17. Mengurung Dalam Wilayahnya
18 18. Si Dingin yang Galau
19 19. Pertemuan Tak Terduga
20 20. Gila-gilaan Mengejarmu
21 21. Damar Jelas Menikmatinya
22 22. Hutang Penjelasan
23 23. Kamu Mama yang Baik
24 24. Apa—an sih ‘Sayang-sayang’?
25 25. Hubungan yang Sehat
26 26. Percintaan Rahasia Adam
27 27. Gejolak yang Sempat Tercipta
28 28. Selalu Menjadi Milikku
29 29. Gak Ada Kiss
30 30. Pelukan Penghilang Lelah
31 31. Mencuri Kesempatan
32 32. Orang Tua Bayi Kembar
33 33. Ini Masalah Keluargaku
34 34. Luka dan Rahasia Stasia
35 35. Apakah Damar Marah?
36 36. Aku Tidak Suka
37 37. Minta Dipercepat
38 38. Menjadi Versi Terbaik
39 39. Ngebet Menikah
40 40. Fakta yang Diabaikan
41 41. Penyesalan yang Terlambat
42 42. Kepalsuan Semakin Terbuka
43 43. Menjaga Stasia
44 44. Menggemparkan Kantin
45 45. Mau Punyamu
46 46. Tidak Cemburu
47 47. Tatapan Aneh Di Kantor
48 48. Pengalihan Aset
49 49. Konsep Pernikahan
50 50. Galaknya Calon Istriku
51 51. Ada Apa Dengan Wulan?
52 52. Rencana Tersembunyi Damar dan Andreas
53 53. Ikuti Keputusan Papa
54 54. Berpisah Sebentar
55 55. Kehilangan Logika
56 56. Bikin Aku Gak Tahan
57 57. Teman Ngobrol
58 58. Cinta yang Diresmikan
59 59. Suasana yang Kontras
60 60. Mengembalikan Senyumnya
61 61. Bonus, Sayang!
62 62. Jalan-jalan Bersama
63 63. Membuatku Nyaman
64 64. Tidak Sesedih Semalam
Episodes

Updated 64 Episodes

1
1. Datang dan Pergi
2
2. Aku Akan Menemukanmu
3
3. Membantu Baby Rey
4
4. Bayangan yang Sulit Hilang
5
5. Teringat Masa Lalu
6
6. Kekesalan Damar
7
7. Teman Diskusi
8
8. Wanita Gila
9
9. Kejutan di Ruang Rapat
10
10. Dia Mengingatku
11
11. Baby Rey Rewel
12
12. Jangan Kemakan Gengsi
13
13. Panggilan Sayang
14
14. Masih Sama Seperti Dulu
15
15. Ares Suka di Indonesia
16
16. Berubah Manja
17
17. Mengurung Dalam Wilayahnya
18
18. Si Dingin yang Galau
19
19. Pertemuan Tak Terduga
20
20. Gila-gilaan Mengejarmu
21
21. Damar Jelas Menikmatinya
22
22. Hutang Penjelasan
23
23. Kamu Mama yang Baik
24
24. Apa—an sih ‘Sayang-sayang’?
25
25. Hubungan yang Sehat
26
26. Percintaan Rahasia Adam
27
27. Gejolak yang Sempat Tercipta
28
28. Selalu Menjadi Milikku
29
29. Gak Ada Kiss
30
30. Pelukan Penghilang Lelah
31
31. Mencuri Kesempatan
32
32. Orang Tua Bayi Kembar
33
33. Ini Masalah Keluargaku
34
34. Luka dan Rahasia Stasia
35
35. Apakah Damar Marah?
36
36. Aku Tidak Suka
37
37. Minta Dipercepat
38
38. Menjadi Versi Terbaik
39
39. Ngebet Menikah
40
40. Fakta yang Diabaikan
41
41. Penyesalan yang Terlambat
42
42. Kepalsuan Semakin Terbuka
43
43. Menjaga Stasia
44
44. Menggemparkan Kantin
45
45. Mau Punyamu
46
46. Tidak Cemburu
47
47. Tatapan Aneh Di Kantor
48
48. Pengalihan Aset
49
49. Konsep Pernikahan
50
50. Galaknya Calon Istriku
51
51. Ada Apa Dengan Wulan?
52
52. Rencana Tersembunyi Damar dan Andreas
53
53. Ikuti Keputusan Papa
54
54. Berpisah Sebentar
55
55. Kehilangan Logika
56
56. Bikin Aku Gak Tahan
57
57. Teman Ngobrol
58
58. Cinta yang Diresmikan
59
59. Suasana yang Kontras
60
60. Mengembalikan Senyumnya
61
61. Bonus, Sayang!
62
62. Jalan-jalan Bersama
63
63. Membuatku Nyaman
64
64. Tidak Sesedih Semalam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!