2. Aku Akan Menemukanmu

Pagi datang dengan sinar matahari yang menembus tirai apartemen. Setelah tidur panjang, tubuh Stasia terasa segar kembali. Pagi itu ia menyiapkan sarapan sederhana untuk dirinya dan Ares. Aroma roti panggang dan telur hangat memenuhi ruangan kecil itu.

Begitu semua makanan tersaji rapi di meja, Stasia melangkah ke kamar Ares. Ia membuka pintu perlahan, mendapati bocah itu sudah duduk di kasurnya dengan mata yang masih sayu.

“Pagi, sayangnya Mama,” sapa Stasia lembut.

“Pagi, Mama…” jawab Ares dengan suara serak khas anak baru bangun tidur.

“Tidurnya nyaman? Betah nggak di apartemen baru kita?” tanya Stasia sambil tersenyum.

“Nyaman, Ma. Tapi Ares masih ngantuk,” gumamnya sambil menguap lebar.

Stasia terkekeh kecil. “Sudah waktunya bangun, Sayang. Hari ini Mama mau jenguk adik bayi di rumah sakit. Ares mau Mama tinggal di rumah?”

Mata Ares langsung terbuka lebar. “Adik bayi?”

“Iya.” Stasia mendekat, mengusap pipi chubby anak itu. “Baby-nya Dady Andre masih dirawat di rumah sakit. Jadi Mama mau menjenguk ke sana.”

“Oh… baby itu adiknya Ares?”

“Betul. Adik Ares. Nanti kalau sudah besar, bisa jadi teman main bola buat Ares.”

Mata Ares berbinar penuh semangat. “Ares mau ikut, Ma!” serunya.

“Boleh ikut,” jawab Stasia, tersenyum geli. “Tapi harus mandi dulu. Masak mau ketemu adik bayi tapi badan Kakak Ares bau asem?”

Ares terdiam sejenak, lalu tersenyum bangga. “Kakak Ares? Mama panggil Ares kakak?”

“Nanti kalau adik sudah bisa bicara, adik pasti panggil kamu Kakak Ares,” ujar Stasia, mencubit pelan pipinya.

“Wah… Ares jadi kakak!” teriaknya riang.

“Ares senang?”

“Iya, senang sekali, Ma!”

“Kalau begitu, Kakak Ares harus cepat mandi.”

“Siap, Mama!” Ares berdiri tegap, memberi hormat dengan wajah lucu. Lalu berlari kecil ke kamar mandi, meninggalkan Stasia yang terkekeh sambil menggeleng.

Sambil menunggu, Stasia merapikan tempat tidur dan menyiapkan pakaian yang akan dipakai Ares. Setelah semua siap, ia berganti pakaian, lalu mengajak Ares sarapan bersama.

“Terima kasih sarapannya, Ma,” ucap Ares manis.

“Sama-sama, Sayang,” jawab Stasia sambil mengusap kepalanya.

Usai membereskan meja makan, mereka turun ke lobi apartemen, menghampiri taksi yang sudah dipesan. Perjalanan menuju rumah sakit terasa riang, dipenuhi celotehan Ares yang tak ada habisnya.

“Mama, nanti Ares sekolah juga di sini?” tanyanya penasaran.

“Tentu, Sayang. Dady sedang membantu Mama mencarikan sekolah yang bagus. Besok, katanya, Dady mau antar Ares lihat sekolah baru.”

Ares berpikir sejenak, lalu bertanya lagi, “Kalau di sini, teman-teman Ares bakal baik kayak teman-teman di Paris, nggak?”

Stasia tersenyum, menatap wajah kecil yang begitu polos itu. Ia lalu mengusap lembut pipi Ares. “Ingat apa yang pernah Mama bilang? Di mana pun, ada orang baik dan ada juga yang tidak baik. Paris atau Indonesia sama saja, Nak. Tugas Ares adalah pintar menjaga diri. Kalau ada yang bersikap baik, balaslah dengan kebaikan. Kalau ada yang tidak suka sama Ares, jangan pedulikan, jangan sampai terpengaruh. Mengerti, Sayang?”

Ares mengangguk mantap. “Mengerti, Mama.”

“Anak pintar.” Stasia tersenyum, lalu mengusap puncak kepala bocah itu dengan sayang.

***

“Dam, nggak ke kantor?” tanya Wulan pada saudara kembarnya sambil menimang bayinya yang baru selesai menyusu.

“Iya, hari ini masuk agak siangan. Aku mau bereskan beberapa dokumen dulu. Ada staf dari Paris dan London yang dipindah ke sini,” jawab Damar sambil merapikan jasnya.

“Kenapa mereka dipindah ke Jakarta?” tanya Wulan, masih menggendong bayinya penuh kasih.

“Kita butuh menyatukan ide dan menyesuaikan program dari semua cabang. Termasuk cabang Paris dan London—mereka makin besar, jadi perlu sinkronisasi langsung.”

“Oh begitu… trus, kapan staf barunya datang?”

“Tiga hari lagi. Katanya ada yang sudah sampai Indonesia, tapi masih ngurus kepindahan anaknya sekolah.”

“Wah, berarti udah nggak single,” celetuk Wulan sambil tersenyum nakal.

Damar langsung mengernyit. “Memang kenapa?”

“Ya siapa tahu kalau masih single bisa jadi jodohmu,” sahut Wulan enteng.

“Gak usah ngaco.”

“Ngaco apanya, Dam.” Wulan mendengus. “Sudah waktunya kamu move on. Masa hampir sebelas tahun nggak bisa juga?”

“Apa sih, Lan…” Damar menghela napas berat.

“Kamu tahu siapa yang aku maksud. Masih susah banget, ya, melupakan dia?” suara Wulan melembut, tapi tajam menusuk.

Damar terdiam. Tak ada jawaban. Hanya tatapan kosong yang menandakan kenyataannya—ia memang belum bisa melupakan seseorang. Seseorang yang sudah lama pergi, entah di mana, entah bagaimana kabarnya sekarang.

Tok! Tok! Tok!

Pintu terbuka, seorang suster masuk dengan senyum ramah. “Permisi, Bu Wulan. Adik bayi mau saya ambil untuk dimandikan.”

“Baik, Suster.” Wulan menyerahkan bayinya dengan hati-hati. Setelah menerima si kecil, suster pun keluar ruangan.

Damar bangkit berdiri, meraih tas kerjanya. “Aku ke kantor sekarang.”

“Lho, bukannya kamu bilang masuk siangan?” tanya Wulan heran.

“Aku pikir lebih baik segera selesaikan semua pekerjaan.”

Wulan menatapnya tajam. “Bukan karena mau menghindari pembahasan soal Stacy, kan?”

Damar menghela napas kasar. “Bukan. Aku memang harus pergi.”

“Ya sudah, pergilah. Sebentar lagi Mama juga pasti datang,” ucap Wulan akhirnya, sambil menggeleng pelan melihat sikap saudara kembarnya itu.

***

Di lobi rumah sakit, Damar berdiri santai, menunggu asistennya yang akan menjemput. Matanya menyapu sekeliling, sekadar mengisi waktu. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti.

Pandangan itu menangkap sosok yang begitu dikenalnya—sosok yang selama ini ia tunggu, yang tak pernah benar-benar hilang dari pikirannya.

Wanita itu.

Dengan penampilan lebih dewasa, ia berjalan anggun, segelas kopi di tangan kanannya. Rambutnya tergerai indah, tatapannya tenang, seolah dunia di sekitarnya tak sanggup menggoyahkan langkahnya.

Damar terpaku. Dadanya bergetar hebat. Tidak mungkin…

Saat wanita itu masuk ke dalam lift, barulah kesadarannya kembali. Spontan ia bergegas, berusaha menyusul. Namun pintu lift lebih cepat menutup sebelum ia berhasil sampai.

“Sial!” desisnya, meninju pelan sisi dinding. Ia mengumpat dirinya yang terlalu lambat bereaksi.

Tepat saat itu, ponselnya berdering. Dengan kesal ia mengangkatnya.

“Pak, Anda di mana? Saya sudah di depan lobi. Saya tidak bisa berhenti lama di sini,” suara asistennya terdengar tergesa.

Damar menghela napas keras, mencoba menahan kekesalan yang menyesakkan. “Aku segera ke sana,” jawabnya singkat, lalu menutup panggilan.

Ia melangkah keluar lobi, tapi pikirannya tak bisa lepas dari sosok yang baru saja dilihatnya.

Aku tidak mungkin salah lihat. Itu pasti kamu…

Langkahnya melambat. Sorot matanya penuh tekad bercampur gejolak emosi.

Jadi kamu sudah kembali ke Indonesia? Tapi kenapa tidak menemuiku?

Genggaman tangannya mengepal erat.

Baiklah. Tunggu saja. Aku akan menemukanmu… dan membuat perhitungan. Jangan kamu pikir bisa pergi begitu saja dariku.

Terpopuler

Comments

Erna Fadhilah

Erna Fadhilah

kayaknya bakal salah faham di kira Stacy udah nikah tp ternyata belum

2025-09-11

0

Rusmini Mini

Rusmini Mini

Ares pasti di kira anak Stacia

2025-10-22

0

Bak Mis

Bak Mis

lanjut lagi ya

2025-09-18

0

lihat semua
Episodes
1 1. Datang dan Pergi
2 2. Aku Akan Menemukanmu
3 3. Membantu Baby Rey
4 4. Bayangan yang Sulit Hilang
5 5. Teringat Masa Lalu
6 6. Kekesalan Damar
7 7. Teman Diskusi
8 8. Wanita Gila
9 9. Kejutan di Ruang Rapat
10 10. Dia Mengingatku
11 11. Baby Rey Rewel
12 12. Jangan Kemakan Gengsi
13 13. Panggilan Sayang
14 14. Masih Sama Seperti Dulu
15 15. Ares Suka di Indonesia
16 16. Berubah Manja
17 17. Mengurung Dalam Wilayahnya
18 18. Si Dingin yang Galau
19 19. Pertemuan Tak Terduga
20 20. Gila-gilaan Mengejarmu
21 21. Damar Jelas Menikmatinya
22 22. Hutang Penjelasan
23 23. Kamu Mama yang Baik
24 24. Apa—an sih ‘Sayang-sayang’?
25 25. Hubungan yang Sehat
26 26. Percintaan Rahasia Adam
27 27. Gejolak yang Sempat Tercipta
28 28. Selalu Menjadi Milikku
29 29. Gak Ada Kiss
30 30. Pelukan Penghilang Lelah
31 31. Mencuri Kesempatan
32 32. Orang Tua Bayi Kembar
33 33. Ini Masalah Keluargaku
34 34. Luka dan Rahasia Stasia
35 35. Apakah Damar Marah?
36 36. Aku Tidak Suka
37 37. Minta Dipercepat
38 38. Menjadi Versi Terbaik
39 39. Ngebet Menikah
40 40. Fakta yang Diabaikan
41 41. Penyesalan yang Terlambat
42 42. Kepalsuan Semakin Terbuka
43 43. Menjaga Stasia
44 44. Menggemparkan Kantin
45 45. Mau Punyamu
46 46. Tidak Cemburu
47 47. Tatapan Aneh Di Kantor
48 48. Pengalihan Aset
49 49. Konsep Pernikahan
50 50. Galaknya Calon Istriku
51 51. Ada Apa Dengan Wulan?
52 52. Rencana Tersembunyi Damar dan Andreas
53 53. Ikuti Keputusan Papa
54 54. Berpisah Sebentar
55 55. Kehilangan Logika
56 56. Bikin Aku Gak Tahan
57 57. Teman Ngobrol
58 58. Cinta yang Diresmikan
59 59. Suasana yang Kontras
60 60. Mengembalikan Senyumnya
61 61. Bonus, Sayang!
62 62. Jalan-jalan Bersama
63 63. Membuatku Nyaman
64 64. Tidak Sesedih Semalam
Episodes

Updated 64 Episodes

1
1. Datang dan Pergi
2
2. Aku Akan Menemukanmu
3
3. Membantu Baby Rey
4
4. Bayangan yang Sulit Hilang
5
5. Teringat Masa Lalu
6
6. Kekesalan Damar
7
7. Teman Diskusi
8
8. Wanita Gila
9
9. Kejutan di Ruang Rapat
10
10. Dia Mengingatku
11
11. Baby Rey Rewel
12
12. Jangan Kemakan Gengsi
13
13. Panggilan Sayang
14
14. Masih Sama Seperti Dulu
15
15. Ares Suka di Indonesia
16
16. Berubah Manja
17
17. Mengurung Dalam Wilayahnya
18
18. Si Dingin yang Galau
19
19. Pertemuan Tak Terduga
20
20. Gila-gilaan Mengejarmu
21
21. Damar Jelas Menikmatinya
22
22. Hutang Penjelasan
23
23. Kamu Mama yang Baik
24
24. Apa—an sih ‘Sayang-sayang’?
25
25. Hubungan yang Sehat
26
26. Percintaan Rahasia Adam
27
27. Gejolak yang Sempat Tercipta
28
28. Selalu Menjadi Milikku
29
29. Gak Ada Kiss
30
30. Pelukan Penghilang Lelah
31
31. Mencuri Kesempatan
32
32. Orang Tua Bayi Kembar
33
33. Ini Masalah Keluargaku
34
34. Luka dan Rahasia Stasia
35
35. Apakah Damar Marah?
36
36. Aku Tidak Suka
37
37. Minta Dipercepat
38
38. Menjadi Versi Terbaik
39
39. Ngebet Menikah
40
40. Fakta yang Diabaikan
41
41. Penyesalan yang Terlambat
42
42. Kepalsuan Semakin Terbuka
43
43. Menjaga Stasia
44
44. Menggemparkan Kantin
45
45. Mau Punyamu
46
46. Tidak Cemburu
47
47. Tatapan Aneh Di Kantor
48
48. Pengalihan Aset
49
49. Konsep Pernikahan
50
50. Galaknya Calon Istriku
51
51. Ada Apa Dengan Wulan?
52
52. Rencana Tersembunyi Damar dan Andreas
53
53. Ikuti Keputusan Papa
54
54. Berpisah Sebentar
55
55. Kehilangan Logika
56
56. Bikin Aku Gak Tahan
57
57. Teman Ngobrol
58
58. Cinta yang Diresmikan
59
59. Suasana yang Kontras
60
60. Mengembalikan Senyumnya
61
61. Bonus, Sayang!
62
62. Jalan-jalan Bersama
63
63. Membuatku Nyaman
64
64. Tidak Sesedih Semalam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!