Malam ini terasa begitu dingin, sedingin suasana ruang tamu rumah itu. Menurut Ishani ruang tamu itu memang tak pernah terasa hangat setelah sang ibu sang pergi tapi kali ini udara dingin itu terasa lebih mencekam. Kemarin mereka baru saja berjanji dan sekarang Kalanza sudah ada disini bersama keluarganya.
"Saya sudah menyampaikan niat saya, saya harap ayah selaku wali dari Ishani menerimanya"
"Apa yang membuatmu ingin menikahi putriku? Bukankah kalian tak punya hubungan spesial selain teman dekat?" Sembari membenarkan letak kacamatanya, Ayah Agra menatap Kalanza dengan tatapan serius
"Kami sudah memutuskan untuk berkomitmen karena kami sudah sama-sama dewasa saat ini, kami tak ingin lagi bermain-main dan sudah merasa cocok satu sama lain" Ishani membuka mulut hampir tak percaya dengan jawaban penuh dusta yang keluar dari mulut Kalanza
"Apa kamu yakin mau menerimanya sebagai suamimu Ishani?" Ia tak langsung menjawab. Ia menatap wajah mereka yang ada disana satu persatu, Ishani tak bisa menebak ekspresi ibu tirinya saat ini, pastinya wanita itu senang karena kini fokus ayahnya hanya pada saudara tirinya yang lain. Tapi ia mungkin juga kesal karena tak bisa bebas menyalahkannya seperti apa yang biasa dilakukan
Ishani sebenarnya tak ada masalah dengan saudara tirinya diawal kedatangan mereka, ibu tirinya membawa dua anak saat datang kerumah ini, satu anak laki-laki yang usianya tiga tahun diatas Ishani dan seorang anak perempuan yang usianya dua tahun dibawahnya. Mereka menikah saat Ishani baru kelas 1 SMA dan disanalah awal semua drama keluarganya dimulai. Ishani awalnya berhubungan baik dengan mereka, tapi semakin lama entah kenapa mereka menjauh dan tatapan sinis ibu tirinya selalu membuatnya tak nyaman.
Disisi lain ada keluarga Kalanza, orang tuanya menatapnya ramah seperti apa yang mereka lakukan dari dulu. Ishani lebih merasakan arti keluarga disana daripada dalam keluarganya sendiri. Kalanza adalah putra sulung dari tiga bersaudara dan semua saudaranya laki-laki. Mungkin itu salah satu alasan orang tuanya sangat menyayangi ia karena mereka ingin sekali punya anak perempuan.
"Aku sudah memikirkannya dengan matang Ayah, aku menerimanya sebagai suamiku. Benar apa yang dikatakan Kalan, kami sudah sama-sama dewasa dan kami mengerti apa yang sedang kami lakukan sekarang"
"Ishani, ayah bukannya tak tau bagaimana keseharian kalian dari dulu. Ayah harap kamu memang benar-benar sudah memikirkan semuanya karena setelah ini tanggung jawab ayah sudah berpindah ke tangan suami kamu. Ayah tau kalau ayah bukanlah ayah yang baik, karena itu ayah mau kamu mendapatkan yang terbaik sebagai pengganti ayah"
"Ayah jangan khawatir, aku tak akan membuat Ishani menangis, aku berjanji tak akan pernah mengangkat tangan untuknya" Kalanza berniat baik, tapi jelas sekali nadanya penuh sindiran pada ayah mertuanya
"Jangan khawatir Agra, kami akan menjaga Ishani seperti putri kami sendiri" calon ayah mertuanya ikut menimpali
Ayah Agra mendengus "hmm, dari awal aku tau kalian mengincar putriku untuk dijadikan menantu"
"Ayah" Ishani menegur ayahnya yang berucap demikian, ia menjadi tak enak pada mereka tapi orang tua Kalanza justru tertawa
"Kalau sudah tau maka tak perlu dipersulit lagi Agra, kita sudah saling kenal sejak kamu masih jaman-jaman alay" calon ibu mertuanya ikut menimpali, suasana rumah itu sedikit lebih hangat karena tawa yang tercipta. Kalanza menatap Ishani dan mengacungkan jempolnya pelan, Ishani mengacungkan jari tengah yang membuat laki-laki itu melotot tak percaya
"Jaga putriku ya Kalanza, tanggung jawabku sekarang berpindah ke tanganmu. Jika seandainya dimasa depan ada sesuatu yang terjadi diantara kalian, tolong kembalikan ia dengan baik padaku. Aku bukan ayah yang baik untuknya, aku seringkali memarahinya, membentaknya bahkan pernah memukulnya" Ayah Agra mengusap air mata yang tiba-tiba menetes dari pipinya.
"Tapi percayalah, dia anak yang baik. Ishani tak pernah benar-benar nakal, dia hanya sedang penasaran. Kami sering terlibat cekcok dan salah paham karena kami sama-sama keras kepala dan sulit untuk mengalah, aku sadar sifatku yang tak baik itu juga menurun padanya. Tolong jangan cepat memarahinya karena itu" Ishani menatap ayahnya sebentar, tak percaya pria baruh baya itu bisa mengatakan kalimat romantis seperti itu. Jarang sekali ayahnya mau menunjukkan kasih sayang untuknya, Ishani sulit berpikir positif tentang ayahnya. Rasa kecewa yang diberikan terlalu dalam untuknya
"Aku mengerti ayah" hanya itu jawaban Kalanza, Ishani tau laki-laki itu pasti muak mendengar kalimat yang sama berulang kali
Ishani justru berpikir sebaliknya, jika seandainya dari awal ayahnya tidak menikah lagi atau sikapnya tidak berubah setelah kedatangan ibu tirinya mungkin saja Ishani tak akan menerima lamaran Kalanza. Laki-laki yang seharusnya cukup berstatus sebagai sahabat dan tak lebih dari itu
"Ayah harap keputusanmu tak salah dalam memilih suami" ayahnya menghampiri, membawa selimut untuk disampirkan dibahu putrinya
"Kenapa ayah belum tidur? Ini sudah jam dua belas malam" Ishani sedikit terkejut, keluarga Kalanza sudah pulang dua jam yang lalu setelah terlibat perbincangan serius. Ia memilih keluar dan menyendiri di sini untuk menghirup udara malam juga untuk menjernihkan pikirannya
"Bagaimana kalau pertanyaan itu Ayah balik padamu? Kenapa belum tidur?"
"Aku belum mengantuk tadi. Tapi sekarang sepertinya sudah mengantuk" Ishani hendak bangun dari kursi taman itu untuk masuk ke dalam. Namun, tangannya ditahan oleh ayahnya
"Putri ayah berubah sekarang"
"Ayah juga berubah" Ishani membalas dengan kalimat yang sama, pria baruh baya itu hanya terkekeh. Benar apa yang ia katakan tadi, putrinya adalah salinan sifatnya
"Ayah tak pernah bisa tidur nyenyak setelah menamparmu di hari itu. Ayah menangis setelah melakukannya"
Malam sebelum kejadian itu Ishani pulang larut malam karena pesanan desain client yang belum jadi. Malas sekali rasanya kalau harus mengerjakan itu semua dirumah karena melihat kasur saja, ia sudah ingin membaringkan diri. Namun sialnya saat sudah mengemas semua perlengkapannya tiba-tiba handphonenya berbunyi, melihat nama Kalan membuatnya tanpa pikir langsung mengangkatnya. Orang jatuh cinta memang bodoh, begitulah kata orang. Ternyata yang menelponnya adalah pegawai club yang mangatakan laki-laki itu mabuk dan membuat kekacauan. Ishani tak habis pikir sebesar apa masalah Kalanza sampai mabuk-mabukan dan selalu membuat onar disana. Seperti yang Ishani bilang di awal kalau Kalanza tak sebaik yang orang kenal, bodohnya ia tetap jatuh cinta padanya.
Keesokan harinya sebuah tamparan keras dari ayahnya datang. Ia tentu terkejut, apa kesalahannya?. Rupanya Reni, sang adik tiri melapor, katanya ada yang melihat ia di club tadi malam dan pulang bersama laki-laki. Ishani tak ditanya atau diberi kesempatan menjelaskan, tiba-tiba dipanggil dan ditampar begitu saja. Setelah dihukum baru ditanya alasannya melakukan itu? Siapa yang tak marah?. Akhirnya ia memutuskan tak menjawab, terlalu kecewa dengan sifat ayahnya yang seperti itu.
"Lupakan saja ayah, itu juga bukan pertama kali ayah melakukan hal yang sama" Ishani beralih menatap langit malam yang penuh bintang daripada berbicara panjang dengan ayahnya yang duduk didepannya
"Maafkan ayah"
"Aku sudah memaafkan ayah, aku mengantuk dan ingin tidur. Aku harap ayah juga segera tidur, aku ingin ayah tau kalau sekitar kita tak sebaik apa yang terlihat" setelah mengatakan itu ia berlalu, meninggalkan pria baruh baya itu yang masih termangu disana. Ayah Agra tau, ia sudah kehilangan putrinya entah sejak kapan dan ia baru menyadarinya sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Suryani Tohir
Up 2bab dong
2025-08-26
  1