Dua jam telah berlalu, dan semakin banyak pendekar yang telah berkumpul.
Sampai saat tertentu sebuah ledakan menarik perhatian para pendekar.
“Boom!”
Suara gemuruh yang mengerikan meledak dari lembah, dan para pendekar secara naluri menutup telinga mereka ketika suara keras terdengar.
Beberapa orang yang kuat tidak perlu melakukan hal tersebut, dan setelah ledakan itu berakhir muncullah retakan besar.
Di atas celah yang terlihat, beberapa segel spiritual dengan pola rumit yang padat dapat dilihat oleh para pendekar.
Pintu raksasa dengan keras menghantam lembah, susunan segel spiritual yang ajaib ditempatkan.
“Boom!”
Debu mengepul ke sekitar, tetapi sesaat kemudian pintu raksasa itu terlihat jelas, dan telah terbuka.
“Bagus, saatnya pergi!”
“Tunggu apa lagi, Pergi!”
“Aku harus mendapatkan harta kali ini, istriku di rumah menungguku untuk dapat membeli susu bubuk bayi.”
“Yohoo, harta itu milikku dan tidak ada yang dapat merebutnya dariku!”
“Aku pasti pulang dengan penuh harta dipunggungku!”
“ ... “
Ketika para pendekar datang ke pintu, gambaran berubah secara menyeluruh, dan mereka merasa telah mendarat di hutan yang berbeda dari sebelumnya.
“Roar!”
Baru saja mereka tiba, ada raungan bintang buas yang hampir memecahkan gendang telinga.
“Boom!”
Segera setelah itu, para pendekar melihat kaki yang sangat besar dan terlihat seperti bukit.
Mendongak ke atas untuk melihat lebih jelas.
“Sialan, makhluk macam apa ini? Sangat besar dan terlihat aneh!” Seseorang di barisan belakang berteriak keras, tapi segera menutup mulutnya karena takut.
Para pendekar yang terdepan dengan susah payah mundur, lalu mendongak kepalanya, mata mereka melotot hampir terbang keluar.
Semakin banyak pendekar yang melihat makhluk ini, dan mereka semua tercengang.
Bahkan Devo Wijaya sendiri tercengang, karena makhluk ini terlihat seperti keberadaan alien yang pernah dia tonton di bioskop.
Tapi makhluk ini memiliki tinggi lebih dari seratus meter, dan mungkin ukurannya tidak kalah dengan Predator Alpha.
Makhluk raksasa besar ini memiliki kepala yang unik seperti terong, tangan yang gemuk, dan kaki ramping.
“Roar!”
“Bang boom boom!”
Makhluk raksasa besar itu mengaum, dan segera mengepalkan kedua tangan, lalu membanting ke tanah di mana para pendekar berada.
Bukit dan bebatuan berterbangan di langit, dan beberapa pendekar yang tidak dapat menghindar langsung dibombardir hingga hancur maupun tertimbun.
Sungguh horor!
“Cepat semuanya menyingkir, makhluk ini setidaknya memiliki kekuatan tahap kelima ... “
Sebelum menyelesaikan kata-katanya, pendekar itu mati terpimpa batu besar tepat di atas kepalanya.
Kekuatan tahap kelima itu setara dengan Raja Pendekar.
Tetapi, meskipun makhluk raksasa ini sangat kuat, kecepatan geraknya lambat, dan mereka dapat menghindar jika mereka bisa.
Beberapa pendekar yang terlalu panik bernasib malang, karena kaki mereka tidak dapat di gerakan dan terbunuh.
Memanfaatkan situasi yang kacau itu, Devo Wijaya menyelinap pergi lebih dalam.
Tidak lama kemudian.
Tiba-tiba Devo Wijaya melihat sebuah gua tidak jauh dari hadapannya, dan segera pergi ke sana.
Melihat ke dalam hanya kegelapan, Devo Wijaya membeli senter di mal sistem dan berjalan perlahan memasuki gua itu.
Ada suara gemuruh rendah dari dalam gua.
******
Devo Wijaya tidak tahu seberapa dalam gua ini, tetapi ketika dia ragu-ragu untuk melangkah lebih dalam, sebuah panggilan meminta bantuan terdengar.
“Tolong ... tolong ... ”
Tiba-tiba ada pemikiran dibenak Devo Wijaya dan merasa heran. “Aneh, bukankah aku telah menjadi yang pertama memasuki gua?”
Setelah berbagai pertimbangan yang hanya membuatnya merasa pusing, Devo Wijaya akhirnya masuk lebih dalam lagi.
Segera lampu sorot senter menerangi sosok berambut panjang terurai dan itu sosok wanita yang mengenakan gaun putih seperti kuntilanak.
“Oh,” Devo Wijaya mengerjap dan berdiri diam.
Apakah aku melihat hantu?
Wanita itu menghalau cahaya yang menyoroti matanya dengan telapak tangannya.
“Hei, tolong selamatkan aku.”
Mengetahui bahwa ada orang yang datang, wanita itu segera berbicara dengan semangat.
Stabil di dalam hatinya, Devo Wijaya melangkah maju perlahan.
“Hei, apakah kamu hantu kuntilanak?”
“Apa? Kamu adalah hantu, seluruh keluargamu adalah hantu ... “ Mendengar apa yang dikatakan Devo Wijaya, wanita itu marah.
“Oh, ternyata bukan hantu. Apa yang kamu lakukan di tempat gelap ini? Jangan bilang padaku bahwa kamu berniat melakukan sesuatu seperti aturan tersembunyi ... tetapi ... kamu sendirian ... oh ... jangan-jangan ... “ kata Devo Wijaya ragu-ragu sambil menekan tombol mode lentera pada senter.
Cahaya senter segera menerangi sekitar gua, dan wanita itu melihat wajah Devo Wijaya.
“Stop bodoh, hentikan omong kosongmu, cepat selamatkan aku.” Wanita itu menatap Devo Wijaya sekilas dan mengutuk.
“Tolong kamu? Hei, kamu pasti bercandakan? Jangan main-main denganku ... “ kata Devo Wijaya dengan nada membosankan, dan melihat wanita itu atas bawah.
Jelas kamu sedang bercanda, tidak ada tali yang mengikat dan tidak ada hal-hal yang menghalanginya.
“Sialan, kamu ternyata bodoh, aku telah disegel oleh array misterius, bagaimana aku bisa lari?” Wanita itu memaki dan mengutuk.
Devo Wijaya mengerjap memiringkan kepala: “Oh ...”
Berbalik pergi, dan tidak ada niat untuk membantu orang yang memakinya dengan keras.
Selain itu, Devo Wijaya sudah melihat sekilas bahwa wanita ini tidaklah lemah.
Bagaimana jika dia menyerangnya setelah menolongnya?
Hal-hal di dunia sering kali di luar dugaan setiap orang.
Tapi dengan kekuatanku sekarang seharusnya tidak harus takut padanya.
“Tolong tunggu sebentar, cepat bantu aku dulu.”
Wanita itu segera menunjukkan ekspresi menyedihkan.
Saat ini, di luar gua, langkah yang berat menguncang sepenuhnya gua.
“Oh, sepertinya hal-hal buruk akan datang,” gumam Devo Wijaya sambil mengelus dagunya dan tiba-tiba matanya menyala, lalu tatapannya beralih ke wanita itu: “Jika aku menolongmu, bisakah kamu menolongku di saat aku dalam masalah?”
“Eh ... “ Wanita itu terkejut sesaat dengan kata-kata Devo Wijaya, dan dia sepertinya tidak terlalu peduli, kemudian langsung menunjuk ke batu prasasti persegi, “Hancurkan prasasti itu.”
Kebebasan adalah yang terpenting sekarang ini.
Devo Wijaya mengangguk, dan mengepalkan tangannya, lalu memukul prasasti persegi itu.
“Boom ... “
Prasasti hancur menjadi terak.
“Hore, akhirnya aku lolos. Aku harus membalas dendam, mari kita lihat bagaimana aku akan mengepakmu.”
Wanita itu sangat bersemangat, mengangkat tangan putihnya, dan terlihat sangat percaya diri.
Melihat wanita itu bersemangat Devo Wijaya memiliki ekspresi ikan asin, dan dia tak peduli sama sekali.
“Hei, bagaimana kalau kamu ikut denganku untuk membereskan monster jelek itu? Ada banyak keluhan yang perlu dilunasi.”
“Tidak tertarik.” kata Devo Wijaya mengerjap.
“Pecundang tak berguna. “ kata wanita itu sudah bergegas keluar dengan cepat.
Kata-kata itu menusuk di hati yang terdalam.
“Oh.” Devo Wijaya mengerjap lagi dan mengikutinya dengan enggan.
Di luar pintu masuk gua, kedua orang itu disambut oleh makhluk buas yang memiliki aura lebih kuat dari makhluk alien raksasa.
Tubuh makhluk buas ini tidak terlalu besar, tingginya sekitar tiga meter, dan memiliki kepala berbentuk labu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Kamaratih
seru
2020-11-26
3
Mamat Stone
sebenarnya tinggi makhluk berapa ?....
2020-11-04
5
Hadi Hadi
sikat
2020-10-20
2