David POV
Pukul 10.00
Gue lagi duduk di kursi koridor bareng sama Kelson dan Alvin. Tapi tiba tiba, Lisa si cewek bar bar bikin ulah.
"Itu cewek yang pernah nabrak elu kan vid," tanya Alvin.
"Iya bener, itu cewek cantik yang nabrak lu."
"Kasihan ya," keluh Alvin
"Dia ceroboh, biar diselesaikan sendiri masalah yang udah dia mulai," jawab David yang acuh dengan pemandangan di depannya.
Brukk
Zea tersungkur di lantai akibat ulah Lisa.
"Kasihan bro itu cewek," ucap Kelson
Belum sampai selesai dengan perkataannya, David sudah lebih dulu mengambil langkah mengulurkan tangannya untuk Zea.
"Widihh," ucap Alvin kaget dengan respon cepat David menyelamatkan Zea dari Lisa.
Jangan ganggu dia," ucap gue ketus.
"Aku hanya memberinya pelajaran," jawab Lisa
"Memangnya kamu guru," potong Kelson
"Haha anes si Lisa," timbal Alvin.
"Well, oke. Tapi kalau sampai sekali lagi lu ganggu gua apa sampai berani nabrak gua lagi. Jangan harap deh bakal bisa senyum senyum," ancam Lisa kepada Zea.
Lisa kemudian pergi meninggalkan Zea bersama David dan kedua temannya.
Setelah Lisa pergi, kami berbincang dengan gadis itu. Dia cewek yang polos, dan entah mengapa gue merasa dia sedikit gugup berada di dekat kami.
Sampai akhirnya dia pamit pergi karena ada kelas.
"Cantik ya bro," ucap Kelson
"Heem cantik banget," jawab Alvin
Gue sedikit ngga suka mendengar Alvin memuji gadis tadi.
"Hm," jawabku
"Widihh, santai bro kita ga bakal ngambil dia kok ya kan Vin?"
"So pasti, santai aja. Tapi kaya takdir deh elu ketemu sama dia lagi. Padahal ini sekolah kan gede, luas lagi."
"Cuma Kebetulan," jawabku.
"Wis jangan mutusin dulu, takdir kan ga ada yang tahu."
"Yups betul," timpal Kelson.
"Baru juga dua kali ketemu masa takdir, yang tadi itu kebetulan bro. Dah jangan ngelantur ayo buru ke kelas," jawabku.
"Mungkin kalau kita sampai 3 kali ketemu di tempat yang tidak direncanakan mungkin baru takdir. Kalau yang pertama ngga dihitung berarti 2 kali lagi," gumam David dalam hati.
******
Sekolah hari itu berlangsung lebih cepat, Zea merasa malas gara gara insiden tadi pagi. Di jam tangannya sudah menunjukkan pukul 4 sore.
"Ze, hari ini aku pulang dijemput ayah. Kamu mau bareng aja Ze?" tanya Caca
"Ngga usah Ca, ngerepotin rumahku jauh. Aku naik bus aja."
"Beneran ngga papa?"
"Iya santai aja,"
"Ya udah, aku duluan ya."
"Iya, salam buat om dan tante ya Ca,"
"Okedehh."
Hari ini, Zea berjalan sendirian menuju halte bus. Setelah menunggu lama hampir sekitar 20 menitan, sebuah bus turun. Namun bukan rute arah ke rumah Zea.
"Tidak biasanya," gumam Zea.
Zea masuk ke dalam bus dan bertanya kepada sopir bus tersebut.
"Permisi pak, apakah bus dengan rute 121 tidak lewat hari ini?"
"Oh bus itu terakhir tadi nak jam 4 pas," jawab sopir tersebut.
"Astaga aku terlambat, yasudah terimakasih pak."
Zea turun dari bus tersebut dan mencoba menghubungi kakaknya. Di halte dia menunggu seorang diri.
Sekolahan tempat Zea belajar termasuk sekolah Elit kelas menengah keatas. Berkat beasiswa dan piagam Zea dapat masuk ke sekolah ini tanpa tanggungan biaya selama 3 tahun penuh ditanggung oleh pemerintah. Jadi sangat wajar jika jarang anak anak sekolah tersebut menggunakan bus. Mereka lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi mobil atau motor.
Di halte, Zea duduk menunggu sambil mengubungi kakaknya.
Messenger
Anda : " Kak, adik pulang ngga ada bus. Bisa jemput ngga?"
Kak Aslan :"Kakak pulang jam 6 dik, sementara mas Fadlan hari ini ada seminar nginep di hotel. Minta bapak jemput aja dek."
Anda : "Tapi kak, skuternya kan dibawa kakak terus bapak jemput adik pakai apa?"
Kak Aslan :"Oh iya ya, ya sebentar ya. Kakak minta tolong siapa buat jemput kamu."
Kak Aslan :" Berdiri aja di tempat umum yang banyak orangnya, kalau ada apa apa teriak aja sambil lari ke toko depan sekolah ya."
Anda :" Iya kak,"
Sebuah mobil sedan hitam BMW berhenti di depan Zea. Jendela kaca mobil tersebut turun dan nampak wajah seorang laki laki di dalamnya yang tidak lain adalah David.
"Kenapa belum pulang?" tanya David
David kemudian turun dari mobil dan menghampiri Zea.
"Belum ada yang jemput."
"Orang rumah sudah dikabari?"
"Baru saja."
"Namamu Zea kan?"
"Iya, kakak tahu dari mana?"
"Anggota klub panahan."
"Owh, oke deh kak."
"David."
"Iya?"
"David, ku bilang David."
"Maaf David, aku belum terbiasa."
"Gapapa, rumahmu daerah mana?"
"Jl. Melati No 5, Jk Barat kak."
"Dekat Exlist Residen ya?"
"Iya kak, dari rumah ku cuma 2 Km ke arah selatan udah sampai situ."
"Yaudah ayo pulang."
"Iya kak hati hati dijalan."
"Ih bener bener, ayo pulang," pinta David lagi.
"Apa?"
"Rumah kita searah Ze, ayo pulang."
"Kakak mau nganterin aku?"
"Iya ayo makanya."
"Apa ngga ngrepoti?"
"Ngga ada cerita Ze, udah ayo buruan. Jangan lupa kabarin orang rumah kamu pulang sama aku."
"Iya kak sebentar."
Zea kemudian menghubungi Aslan melalui telepon.
Dengan rasa bersalah dan segala pertimbangan karena sudah hampir petang, Aslan mengijinkan adiknya pulang diantar oleh David. Setelah sebelumnya David harus berbicara langsung dengan Aslan.
Dengan kecepatan sedang, mobil David melaju menuju rumah Zea. Di perjalanan mereka berbincang bincang.
"David?"
"Iya?"
"Kamu tahu namaku dari siapa?"
"Bukanya tadi udah nanya ya."
"Iya, tapi siapa namanya?"
"David Shien Soetardjho."
"Itu siapa?"
"Astaga polos banget huh" keluh David.
"Hih tinggal jawab juga," jawab Zea lesu.
"Hmm, kamu waktu daftar klub Panahan baca nama ketuanya ngga di form pendaftaran?"
"Iya baca."
"Terus waktu ngisi di situ, sempat buka forum kan. Lihat ngga muka ketuanya?"
"Hmm aku ngga ingat, seingatku ketuanya cowok terus kulitnya putih udah."
"Hmm susah ya, gimana mau masuk klub kalau kamu sendiri ngga tahu susunan organisasi nya."
"Ya kan ngga harus langsung hafal, bisa lewat kenalan dulu terus 2 atau 3 kali ketemu gitu."
"Haha, apa kamu ngga usah aku terima aja ya jadi anggota?" tanya David sedikit menggoda.
"Eits tunggu sebentar," Zea berpikir.
Zea kemudian menggeluarkan ponsel miliknya dan membuka forum klub Panahan di Sekolah mereka. Zea yang kaget reflek berkata, "Haaaa!" dengan mulut mengganga. Dengan sigap dia menutup mulutnya yang melebar karena terkejut.
"Haha, lucu sekali."
"Maaf kan atas kelancangan saya kak. Saya bener benar tidak ingat, mohon pertimbangankan kembali saya kak. Saya murid yang rajin kok, dan panahan bukan hanya hobi tapi sudah seperti dirinya sendiri."
"Iya iyaa, ini bukan wawancara anggota jadi jangan banyak bicara. Duduk yang benar."
"Siap kak."
"David!"
"Iya iya, David."
Mereka berdua kembali berbincang membahas topik yang lain. Zea mudah akrab dengan David.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
RN
semangat terus walaupun like nya gak banyak ini karya terbaik mu bisa untuk kenangan orang 2 yang kau sayang kelak
2020-10-18
1