17.00
Mobil David berhenti di depan pekarangan milik bapak.
Ibu Mima yang sudah dari tadi mondar mandir kesana kemari menghawatirkan putrinya yang tidak kunjung pulang. Semakin khawatir melihat mobil mewah parkir di depan halaman rumah mereka.
Ketika pintu mobil terbuka, David turun bersama dengan Zea.
"Assalamualaikum," sapa Zea.
"Waaalaikumsalam," jawab Bapak.
"Bu, Ze pulang," panggil Bapak.
Zea kemudian mencuci tangan dan menghampiri bapak untuk mencium tangan. Sementara David mengikuti apa yang dilakukan Zea.
"Alhamdulillah Ze, ibu khawatir kamu belum pulang jam setengah 4 tadi."
"Tadi adik ketinggalan bus Bu, untung ada kak David yang nganterin."
"Pak, Bu," sapa David bergantian.
"Iya mari nak masuk," pinta Bapak.
"Tidak pak, saya langsung pulang saja."
"Lhu kok buru buru, sini mampir dulu di gubug kami. Kebetulan tadi ibuk masak semur ayam dan gudeg. Makan dulu baru pulang," pinta bapak.
"Takut merepotkan pak, bu."
"Tidak sama sekali nak David, mari masuk."
David kemudian mengikuti permintaan bapak dan ibu. David mengekor di belakang bapak, memasuki rumah.
"Ze ganti baju dulu," pinta ibu.
"Baik Bu."
"Sini nak David masuk, duduk disini" sambil menunjuk sofa di ruang tamu.
David duduk dan berbincang dengan bapak. Sementara ibu di dapur memanasi makanan.
"Tadi saya lihat Ze duduk di halte bus sendirian, kemudian saya bertanya dan kebetulan searah makanya saya mengajak Zea untuk pulang bersama."
"Oh begitu ya nak, syukurlah masih ada orang baik yang mau membantu putriku."
"Ze juga anak baik pak."
"Dia memang baik, tapi cenderung tertutup dengan orang luar. Bapak kaget kenapa dia bisa diantar nak David, pasalnya Zea tidak pernah dekat dengan laki-laki manapun kecuali bapak dan kedua kakaknya."
"Begitu pak rupanya, pantas saja ketika pertama kali bertemu dia seperti tidak begitu suka dengan saya. Bahkan di pertemuan kedua pun Zea seperti masih takut dengan saya."
"Mungkin karena belum kenal saja, bapak harap nak David dapat berteman baik dengan Zea."
"Baik pak."
Zeana turun setelah berganti pakaian sambil menenteng sebuah papper bag. Setelah turun, Zea membantu ibu di dapur menyiapkan makanan.
"Makanannya sudah siap pak."
"Iya Bu, ayo nak David."
"Baik pak."
Bapak duduk di kursi kebesarannya, sementara ibu berada di samping kanan bapak. David duduk di samping kiri bapak dengan Zea ada di samping David.
"Makan nak David."
"Baik pak, Terimakasih."
"Kita tidak menunggu anggota keluarga yang lain?"
"Tidak nak, kakak pertama Zea ada seminar dan tidak pulang sementara kakak keduanya masih kuliah. Dia bisa makan sendiri."
"Oh begitu ya pak."
"Iya nak."
"Iya kak sudah makan saja," jawab Zea sambil menuangkan teh di gelas David.
"Ini apa Ze?"
"Teh hangat kak, untuk minum."
"Setelah makan minum teh?"
"Iya minum yang hangat karena ibu memasak opor dengan banyak cabai jadi air hangat akan membantu cepat mengurangi pedas."
"Baiklah, terimakasih."
"Sama sama."
Mereka makan bersama tanpa bicara. Muka David seperti terbakar akan panasnya opor sekaligus pedas cabai dan sambal. Namun, David seperti menahan lapar dengan hanya tersenyum dan terdiam tanpa bicara.
Selesai makan ibu membereskan makanan dan piring kotor ke dapur.
Zea yang sadar mengambilkan air hangat untuk minum David.
"Ini kak minum."
"Ha?"
"Minum saja kak."
David menurut kepada Zea dengan meminum air hangat tersebut. Sedikit demi sedikit pedas di mulut David menghilang.
"Makan ini juga kak," sambil menyodorkan permen kacang.
"Ini apa Ze?"
"Makan saja kak, ini permen kok. Manis."
"Baiklah."
David mengunyah dengan pelan pelan dan merasakan pedas di mulutnya benar benar hilang. Zea kemudian meninggalkan David menuju wastafel untuk mencuci piring.
"Mau aku bantu?"
"Tidak usah kak, ini merepotkan. Tamu duduk saja di ruang tamu."
"Zea benar nak, sini" pinta bapak.
David berlalu meninggalkan Zea. David dan bapak kembali berbincang di temani dengan teh hangat. Hari sudah mulai petang, David sudah tidak enak untuk berlama lama disana.
"Sudah hampir malam pak, saya mohon pamit. Terimakasih atas hidangan dan sambutannya pak. Terimakasih."
"Iya nak David jangan sungkan. Bapak justru berterimakasih sudah mengantarkan Puteri bapak dengan selamat sampai rumah."
"Bukan masalah pak, toh saya dengan Zea searah pak."
"Alhamdulillah nak kalau begitu, tunggu sebentar biar Zea datang."
"Ze, nak David mau pulang. Cepat sini."
"Bentar pak."
Zea datang sambil menenteng papper bag di tangan kanannya.
"Ini kak," sambil mengulurkan papper bag tersebut.
"Ini apa Ze?"
"Novel series nya Great Troy kak."
"Kamu ngasih pinjem ke aku?"
"Ya jelas lah kak."
"Makasih ya, besuk kalau udah aku kembalikan."
"Ya harus lah kak, wajib."
"Yaudah, saya mohon pamit pak."
"Iya hati hati nak David."
David melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Zea.
Zea pergi menuju kamar untuk membasuh diri. Setelah solat magrib, Zea turun untuk mengambil teh dan membantu ibu melipat pakaian.
"Sekolah hari ini gimana Ze?"
"Baik aja Bu, masih belum banyak tugas jadi Ze masih longgar waktunya."
"Ya penting bisa bagi waktu ya nak. Jangan terlalu memikirkan pekerjaan rumah. Ibu tanggung jawab jadi kamu cukup fokus saja sekolah."
"Siap nyonya hihi."
"Oh iya bapak mana Bu?"
"Bapak mengantarkan sayuran ke desa sebelah."
"Pantesan mobil sport bapak ngga ada hehe, tapi sama siapa Bu malam malam begini?"
"Sama mang Ali, tadi habis magrib kesini makanya langsung pergi sama bapak."
"Owalah, jadi warung ibu udah tutup?"
"Iya tadi, bapak minta kita di rumah aja soalnya udah malem. Bapak paling sampai rumah jam jam 9. Makanya bapak bilang warungnya ditutup aja."
"Owalah harusnya tadi ibu manggil aku."
"Halah Ze , nutup rolling door mah ibu juga pinter lah nak."
" Hihi."
Ibu tersenyum sambil mengelus elus kepala Zea.
"Assalamualaikum."
Suara salam terdengar dari depan pintu dengan suara yang sangat lekat dan tidak asing.
"Itu kaya suara mas Aslan Bu."
"Iya biar ibu buka dulu ya."
"Waaalaikumsalam," jawab Zea lantang.
Aslan masuk bersama dengan ibu.
"Mas tumben pulang malam?"
"Iya dik, tadi kelasnya selesai sore tapi mas ada rapat panitia."
"Ohhhh."
"Ohh aja?"
"Ya iyalah mau apa lagi."
"Yaudah aku mandi dulu ya Bu,"
"Iya, ibu panasin lauknya dulu."
"Ngga usah Bu, Aslan makan yang ada aja Bu."
"Dingin tapi As."
"Gapapa Bu."
"Yaudah sana mandi."
*****
Di rumah David
David merebahkan tubuhnya di kasur sambil memegangi novel yang dipinjamnya dari Zea.
"Siapa sangka ada gadis yang suka novel seperti ini. Selera yang unik."
Tok tok
"Permisi, Tuan muda ini Bi Ijah."
"Ada apa Bi?" tanya David sambil membuka sedikit pintu kamarnya.
"Ketua datang berkunjung jadi nyonya meminta saya memanggil tuan muda."
"Oh iya bi, sebentar lagi aku turun."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
RN
masih baca
2020-10-18
0