ritual penggandaan uang di Gunung Panderman

"Dupa?" Arjuna benar-benar kaget dengan pertanyaan dari calon pembelinya ini.

"Waduh, saya tidak jual dupa pak, saya hanya jual barang-bar--" sebelum Arjuna selesai menyelesaikan kalimatnya pembeli itu melenggang pergi begitu saja.

"Ya sudah, aku pergi kalau begitu." Ucap Pelanggang itu dan langsung menyelinap pergi.

"Eh tunggu dulu pak! Aku bonusi pedang antik!"

"Sialan!" Ucap Arjuna yang frustasi melihat calon pembelinya pergi begitu saja.

Akhirnya Arjuna duduk di kursinya dengan sangat bosan.

Selang satu jam berlalu akhirnya pintu kembali terbuka, "halo, apakah di sini jual kembang setaman dan kemenyan?"

Arjuna langsung memasang wajah aneh, "tidak jual pak."

Calon pembeli itu langsung mengomel, "sialan! Toko macam apa ini! Lebih baik tutup saja!" Umpatnya sambil keluar.

Mata Arjuna langsung berkedut ketika mendengar omelan pelanggan itu, bahkan di saat sudah keluar pelanggan itu masih mengomel, "toko macam apa ini, kelihatannya saja antik, namun tidak jual peralatan ritual dan sejenisnya!" Omelnya.

Arjuna duduk sambil memasang ekspresi jengkel, "apakah mereka buta? Jelas-jelas plangnya bertuliskan toko barang antik! Mengapa mereka mencari peralatan pesugihan di sini!" Tanya Arjuna dengan ekspresi kesal.

"Tunggu! Mungkin sebentar lagi akan ada orang yang datang dan bertanya hal yang sama!" Batin Arjuna.

Kemudian Arjuna mencari barang yang sekiranya bagus, "ah itu!" Arjuna kemudian mengambil topeng putih dengan ornamen warna emas. Kemudian Arjuna duduk di samping pintu masuk.

Siapa sangka tebakan Arjuna benar, selang beberapa menit seseorang memasuki toko ini sambil clingak-clinguk memandangi barang antik di sekelilingnya.

"Hmm, apakah di sini juak kendi, dup--"

"Pak, apakah anda sedang mencari dupa, bunga setaman dan sejenisnya?"

"Jualalala!!" Pelanggan itu tergagap sambil mengangkat kedua tangannya ke atas. Setelah tergagap pengunjung itu langsung memandangi Arjuna dengan marah, "sialan! Mengagetkan saja." Ucapnya kesal.

Arjuna hanya menggaruk kepapanya dengan ekspresi sungkan, Arjuna kembali bertanya, "pak, apakah anda mencari bunga, dupa, dan sejenisnya?"

"Ah ya! Aku sedang mencari itu! Mengapa kamu bisa tahu? Kamu pasti memilikinya, berikan kepadaku!"

"Tidak pak, saya tidak memilikinya. Namun saya akan memberikan topeng ini gratis kepada anda, apabila anda membe--"

"Hah? Tidak ada ya? Sia-sia saja aku masuk ke sini!" Ucapnya yang langsung pergi dari tempat ini begitu saja.

Arjuna yang mendapati penolakan untuk kesekian kalinya langsung melemparkan topeng itu begitu saja, "sialan, padahal aku sudah menawarkan topeng antik secara gratis, dan mereka masih menolaknya!"

"Suwarno Momon!" Panggil Arjuna, dengan cepat Suwarno dan Momon datang dan langsung berbaris rapih di depan Arjuna bagaikan anak pramuka.

"Mon, pasang plang tidak menjual peralatan pesugihan di depan! Sementara kamu suwarno, segera cari tanu mengapa ada banyak sekali orang yang mencari peralatan pesugihan di sekitar sini!"

Mendengar perintah langsung dari Tuan Arjuna. Momon dan Suwarno langsung berteriak, "siap pak!" Teriaknya secara serentak.

***

Sesuai perintah dari Tuan Arjuna pada saat ini Suwarno membaur bersama masyarakat untuk mencari tahu mengapa orang-orang mencari peralatan pesugihan seperti dupa, kemenyan, kendi, dan bunga setaman.

Tentu saja dengan kemampuan Suwarno yang notabennya pelayan Arjuna tidak sulit baginya untuk mencari berita yang ada di sekitar jalan locari hingga semanding ini.

Ketika sore telah tiba Suwarno kembali ke toko barang antik Arjuna.

Mereka bertiga duduk di sofa ruang tamu.

Suwarno kemudian menceritakan alasan orang-orang mencari peralatan untuk sajen dukun karena munculnya rumor tentang ritual penggandaan uang di gunung panderman.

"Sialan! Aku sama sekali tidak menyangka, akan ada ritual penggandaan uang di gunung panderman!" Ucap Arjuna yang heran.

"Aku akui, di sekitar panderman dan buthak ada berbagai macam tempat untuk melakukan ritual mistis, namun aku sama sekali tidak menyangka akan ada ritual penggandaan uang!"

"Dasar bodoh! Apakah mereka kira uang bisa di gandakan! Pasti ini adalah sindikat penipuan!"

Suwarno dan Momon terlihat menganggukan kepalanya.

"Ya sudah, lupakan tentang rumor itu, segera masak untuk kita makan malam!" Ucap Arjuna yang memilih melupakan rumor itu.

***

Waktu berjalan dengan sangat cepat, siapa sangka esok hari telah tiba. Arjuna menatap langit pagi yang mendung, entah mengapa melihat langit pagi yang mendung membuat suasan hati Arjuna menjadi bahagia.

Arjuna dengan santai berjalan di pagi hari untuk menuju ke pasar semanding yang berada tidak jauh dari jalan locari. Arjuna berjalan kaki sekalian untuk olahraga.

Hingga akhirnya Arjuna tiba di pasar semanding untuk berbelanja sayur dan buah-buahan.

Siapa sangka ketika Arjuna tiba di pasar semanding terlihat sekelompok orang berkumpul di depan sebuah toko.

"Ada apa?" Batin Arjuna. Demi mengobati rasa penasarannya Arjuna berjalan menuju kerumunan itu.

"Haha! Gacor sekali! Semalam aku berhasil mendapatkan uang lima ratus ribu hanya bermodal yang lima ribu saja!" Teriak pria yang berada di pusat kerumunan itu.

"Eh serius kamu berhasil!"

"Apa iya di zaman sekarang masih bisa menggandakan uang?"

Semua orang yang ada di sini bertanya dengan hal yang sama. Arjuna mencoba berjinjit untuk mengintip siapa yang berada di pusat kerumunan itu.

Sebagai seseorang yang sering ke pasar semanding Arjuna jelas mengenal siapa orang itu.

"Lah, bukannya itu pak Tobi?" Batin Arjuna dengan heran.

Arjuna jelas tahu Pak Tobi karena dia adalah penjual buah yang sering Arjuna kunjungi. Seorang penjual buah yang selalu berwajah muram. Dia sering kali curhat kepada pembeli tentang keuangannya yang seret.

Namun mengapa hari ini Pak Tobi sangat bahagia?

"Seharusnya pak Tobi memasang wajah galaunya, mengapa sekarang sangat bahagia?" Arjuna mencoba untuk menerobos kerumunan yang mengerumuni pak tobi layaknya seorang artis.

"Haha! Aku beritahu kepada kalian! Ritual penggandaan uang itu nyata! Lihat aku berhasil menggandakan uang menjadi lima ratus ribu hanya bermodal lima ribu saja!" Ucap Pak Tobi sambil mengipas-ngipaskan lima lembar uang berwarna merah muda ke wajahnya di depan semua orang.

"Hah?!" Jelas Arjuna tercengang dengan apa yang dia lihat, "ritual penggandaan uang di Gunung Panderman itu nyata!"

Episodes
1 Tuan Arjuna berkonsentrasi
2 Sampah masyarakat yang sejati
3 ritual penggandaan uang di Gunung Panderman
4 mencoba membongkar sindikat
5 Tuan Harsono
6 Gumilar datang
7 adu tapak yang membagongkan
8 tapak penghancur tahap keenam
9 Introgasi
10 Rumah Joglo Misterius
11 Tiba di kediaman Tuan Harsono
12 Suguhan dari Tuan Harsono
13 Taman Ghaib
14 Manusia mengerikan datang
15 Sukarelawan atau Tumbal?
16 meminta bantuan
17 Jiwa seorang Pendekar
18 Bangunnya Sinuwun Bolo Srewu
19 Monyet agresif
20 Tendangan si Arjuna
21 kejar-kejaran di bukit
22 Draft
23 Bianca
24 Kekuatan Duo Kuli
25 Pembunuhan di Desa Sumbersekar
26 Psikopat Pengambil Wajah
27 Mawar
28 Pak Man dalam bahaya
29 ketapel autolock
30 berhasil mengejar Maheswari
31 Kalahnya Maheswari Sang Psikopat Pengambil Wajah
32 tidak terduga
33 Menyelinap masuk ke dalam rumah Arjuna
34 perlu sedikit pembuktian
35 Permintaan atau permainan dari Arjuna?
36 Begawan Ontogeni dan Vincent
37 saling memandang
38 adu pusaka
39 Permainan Arjuna masih berlanjut
40 Bertemu Mawar
41 Arjuna yang sakit hati
42 alasan Arjuna menyamar menjadi manusia biasa
43 Hilang di Gunung Wilis
44 Kasus men
45 pura-pura polos
46 Tuan Wongso dan Psikopat Pengambil Wajah
47 semuanya menuju Gunung Wilis
48 peninggalan Resi Jaludoro
49 Nogotatmolo yang malang
50 sialan harta karun palsu
51 menemukan peti berisi peninggalan Resi Jaludoro
52 Ranjau Kang Darmuji
Episodes

Updated 52 Episodes

1
Tuan Arjuna berkonsentrasi
2
Sampah masyarakat yang sejati
3
ritual penggandaan uang di Gunung Panderman
4
mencoba membongkar sindikat
5
Tuan Harsono
6
Gumilar datang
7
adu tapak yang membagongkan
8
tapak penghancur tahap keenam
9
Introgasi
10
Rumah Joglo Misterius
11
Tiba di kediaman Tuan Harsono
12
Suguhan dari Tuan Harsono
13
Taman Ghaib
14
Manusia mengerikan datang
15
Sukarelawan atau Tumbal?
16
meminta bantuan
17
Jiwa seorang Pendekar
18
Bangunnya Sinuwun Bolo Srewu
19
Monyet agresif
20
Tendangan si Arjuna
21
kejar-kejaran di bukit
22
Draft
23
Bianca
24
Kekuatan Duo Kuli
25
Pembunuhan di Desa Sumbersekar
26
Psikopat Pengambil Wajah
27
Mawar
28
Pak Man dalam bahaya
29
ketapel autolock
30
berhasil mengejar Maheswari
31
Kalahnya Maheswari Sang Psikopat Pengambil Wajah
32
tidak terduga
33
Menyelinap masuk ke dalam rumah Arjuna
34
perlu sedikit pembuktian
35
Permintaan atau permainan dari Arjuna?
36
Begawan Ontogeni dan Vincent
37
saling memandang
38
adu pusaka
39
Permainan Arjuna masih berlanjut
40
Bertemu Mawar
41
Arjuna yang sakit hati
42
alasan Arjuna menyamar menjadi manusia biasa
43
Hilang di Gunung Wilis
44
Kasus men
45
pura-pura polos
46
Tuan Wongso dan Psikopat Pengambil Wajah
47
semuanya menuju Gunung Wilis
48
peninggalan Resi Jaludoro
49
Nogotatmolo yang malang
50
sialan harta karun palsu
51
menemukan peti berisi peninggalan Resi Jaludoro
52
Ranjau Kang Darmuji

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!