“Salam kenal juga, nama saya Ranz Oliver.” Ranz bisa merasakan tubuh dihadapannya itu menegang dan kembali rileks. Ranzpun mengajaknya berkeliling tanpa menghiraukan tatapan yang memandang kearah keduanya dengan tatapan iri dan tatapan kesal.
“Jadi disini fasilitasnya sangat lengkap ya? Kebutuhan untuk mahasiswa/I sangat lengkap, jadi ingin bersekolah lagi.” Gumam Anzel dengan memandang taman yang berada didepan matanya, namun ia merasakan sosok disampingnya itu menatapnya tanpa berkedip.
Anzel pun langsung menatap mata ranz dan itu membuat ranz salah tingkah karena tatapan manik mata jernih yang sangat ia rindukan, begitupun dengan anzel. Ranz beralih menatap kearah pohon yang penuh dengan kenangan dipikirannya. Anzel juga ikut menatap apa yang dilihat ranz, dengan langkah perlahan ia berjongkok dan mengelus nama yang berada dipohon itu.
Apa yang dilakukan anzel diperhatikan oleh ranz yang saat ini sedang menatap anzel dengan tatapan berharap, lalu anzel berdiri dan menatap lurus kearah ranz dengan senyuman manisnya.
“Kamu gak rindu sama aku?” tanya Anzel yang membuat Ranz semakin yakin, sosok yang dihadapannya itu adalah gadisnya.
Ranz masih mematung namun matanya tak bisa berhenti bergerak melihat anzel yang sudah berjalan kearahnya tanpa melunturkan senyuman manisnya itu. “Aku adalah gadis kecilmu, kesayanganmu dan tuan putrimu. Aku juga mencin -“ ucapannya terpotong karena tubuhnya sudah direngkuh oleh ranz.
Ranz tidak bisa menahan diri lagi, sedari dulu ia ingin bertemu dengan gadisnya namun ia tidak tau dimana gadis itu berada dan apakah masih hidup, ia tidak tau. Ranz memeluknya dengan erat, anzel pun memeluknya tak kalah erat.
Ranz menenggelamkan kepalanya diceceruk leher anzel yang beraroma vanilla campur lemon. Ranz menggumamkan sesuatu tepat ditelinga anzel dengan air mata yang mengalir, ranz menangis, menangis bahagia.
“Aku sangat mencintaimu, kumohon jangan tinggalkan aku lagi.” Pintanya dengan serak membuat anzel mengelus rambut belakang ranz dengan lembut. “Aku tidak akan meninggalkanmu lagi.” ujarnya dengan senyuman manis diwajahnya.
Banyak yang melihat adegan itu, kebanyakan dari mereka menunjukkan tatapan bingung dan banyak juga menunjukkan tatapan bahagia untuk keduanya. Takdir seseorang tidak ada yang tau, kisah cinta, jodoh, dan mati pun. Kita tidak bisa mengetahui hal itu hanya saja kita bisa melewati itu semua dengan menjalaninya yang sudah ditulis oleh maha pencipta sampai kapan kita hidup didunia ini, sampai kapan kita bertemu kebahagiaan kita, dan sampai kapan kita menemukan segalanya.
---
Sudah 2 bulan Anzel dan Ranz bersama, dan saat ini mereka pun sedang disibukkan oleh persiapan pernikahan mereka berdua. Terkadang Ranz hanya bisa mengangguk dan mengikuti keinginan gadisnya, sedangkan anzel selalu repot dengan kelabilannya.
Padahal hari pernikahannya itu masih 15 hari lagi. Namun karena keduanya ingin beristirahat selama menunggu h-1 nya, sekarang mereka berdua sedang berduduk di kafe kopi didalam mall. "Sayang, habis ini kita mau kemana lagi?" tanya Ranz dengan lembut mengelus rambut panjang anzel.
"Bagaimana jika kita main digame center?"
"Boleh tuh, habis itu kita makan. Terus pulang gimana setuju gak?"
"Setuju. Yuk cus."
Mereka berduapun dengan asik bermain seperti saat smp. Tak sengaja Ranz bertemu dengan kawan lamanya yang sering kali terkenal akan kenakalannya, "Widih, lo ranzkan? Anak populer diSMA karena kegantengannya dan dinginnya?" tanya pria yang tiba tiba muncul dihadapan mereka berdua.
Ranz mengernyit. "Siapa?"
Pria itu melongo, "Masa lo gak inget sama gua? Gua Jefri Rizaki. Inget gak lo?" Ranzpun menatap kekiri kekanan dan mengangguk pelan. "Ah lo cowo badboy, playboy yang selalu suka genitin cewe kan?"
"Eits, lo mah ingetnya keburukan gua. Oh iya lo ngapain dimall sama siapa?"
"Sama calon istri gua, sayang kenalin dia teman aku super nakal dulu di SMA." Anzel mengangguk dan tersenyum tipis kepada jefri. Sedangkan Jefri yang terpana karena senyuman anzelpun langsung mengulurkan tangan kanannya dengan semangat. "Salam kenal nama gua Jefri." ujarnya sebelum anzel membalas ulurannya, ranz yang sudah menyambar tangan itu dengan sedikit ditekan agar bisa menyadarkan jefri bahwa anzel adalah miliknya.
"Namanya Anzella, gak usah tebar pesona dia milik gua." ucapnya datar karena cemburu akibat tatapan jefri melihat gadisnya seperti makanan yang langka. Jefri meringis pelan, "A, iya iya. Tau gua, elah posesif amat sih."
"Oh iya mumpung lo ada disini mau gak ikut reuni anak SMA? Sekalian ajak cewe lo?"
"Gak, gua sibuk ngurus acara pernikahan gua."
"Elah, yaudah deh, reuniannya di acara pernikahan lo aja gimana? Lo nikah tanggal berapa?" Ranz mengangguk dan meminta undangan didalam tas anzel. "Sayang bagi undangannya." lalu ranz memberinya ke jefri, nih. sebar aja digrup SMA, gua gak masuk digrup soalnya. Jef, gua duluan ya, mau main lo ganggu."
Jefri berdecak kesal. "Heleh, mentang mentang udah ada cewe teman ditinggal. Dasar gunung kutub."
---Bersambung---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments