"Biarkan aku pergi Natan."
"Tidak. Kau sangat mabuk bel, kau juga berkelahi dengan pria itu sambil minum."
"Hei, brengsek. Kau berhutang padaku karena menumpahkan minumanku," aku berteriak pada pria yang baru saja menatapku dengan ekspresi marah. Jeni dengan cepat berlari menutup mulutku sepanjang jalan. sampai kami berada di luar syukurlah besok adalah hari Sabtu. Kami akhirnya tiba di rumah. Natan terus menggendongku ke kamar tidurku kemudian melepaskan sepatu dan membawaku ke tempat tidur. Aku mendengar Jeni menyuruh Natan untuk tinggal di kamar karena ia terlihat sangat lelah karena mengemudi dan ia setuju.
Aku terbangun dengan rasa sakit dikepalaku, aku melihat Jeni meninggalkan sebuah catatan kecil untukku dan segelas air dengan 2 aspirin.
Aku pergi karena ada masalah keluarga, aku akan kembali hari Minggu malam, sarapan Natan ada di lemari.
Tiba-tiba semua yang terjadi semalam kembali membanjiri pikiranku, inilah alasan kenapa aku tidak mau minum atau pergi ke klub. Aku merasa sangat bersalah dengan orang itu, aku meluapkan semua amarahku padanya meskipun itu sepenuhnya salahnya karena menabrakku. Mudah-mudahan aku tidak bertemu dengannya lagi. Merasa sedikit lebih baik, aku bangun dan mandi untuk menghilangkan bau minuman keras dari tubuhku. Selesai mandi, aku kemudian memakai celana ketat yoga hitamku dan kaos yoga Nike pink ku, aku menata rambutku dengan kuncir kuda.
Aku berjalan keluar ruangan, kulihat Natan memakan sarapannya, dia hanya mengenakan celana olahraga dengan rambut berantakan.
"Pagi Bel" kata Natan meletakkan piringnya di wastafel.
"Pagi Natan," kataku mengambil segelas jus jeruk.
"Kau mau kemana?"
"Jogging di sekitar taman, kau mau ikut?"
"Tentu, tinggal di sini sendirian sangat membosankan," katanya berjalan ke kamarnya. Lima menit kemudian Natan kembali dengan mengenakan Nike hitam dan putih, celana pendek basket hitam, dan kemeja putih ketat Nike dengan rambutnya yang masih belum diperbaiki.
"Ayo," kataku sambil meletakkan gelas di wastafel. Taman itu tidak terlalu jauh dari tempat kami, kami tiba di sana dalam dua puluh menit karena Natan berhenti dan berbicara dengan sekelompok gadis yang memberiku tatapan sinis di setiap percakapannya karena bersama seorang pria tampan seperti Natan. Tapi itu sama sekali tidak menggangguku, itu sudah sering terjadi.
Natan dan aku berlari sekitar dua jam di taman. Itu cara terbaik bagiku untuk bisa rileks dan menjernihkan pikiran, hujan mulai turun jadi aku dan Natan berlari ke arah kedai terdekat.
"Hei, aku mau pergi mencari tempat yang hangat untuk kita duduk sementara kau pergi membeli minuman," katanya sambil memandangi para kasir lalu balas menatapku sambil tersenyum lemah.
"Kenapa, kau selalu suka membeli minuman hanya untuk bicara dengan para wanita. Ada apa dengan gadis kasir di sana?" Aku bertanya dengan nada menggoda ketika dia mengepalkan rahangnya.
"Tidak ada." Katanya sambil tertawa terkikik bersamanya sehingga semua tatapan tertuju pada kami.
"Apa?"
"Aku melihat diri Jeni benar-benar menular padamu," dia terkekeh, butuh beberapa saat untuk mengerti apa yang dia katakan.
"Ya ampun, kau benar. Tunggu. Hei, jangan ubah topik pembicaraan"
"Baik. lihat, dia salah satu teman malamku dia gila dan posesif"
"Kau benar-benar tahu cara memilih wanita, Natan."
"Diam. Lihat, tolong ambilkan minuman untukku," katanya memberiku salah satu wajah manisnya.
"Baiklah," kataku saat Natan memelukku erat-erat dan mencium kepalaku dan berjalan ke meja, giliranku untuk memesan.
"Halo, apa ada yang bisa ku bantu?" katanya dengan nada kasar tapi aku menepisnya
"Hai, aku mau satu thai Tea Latte sedang dan satu Cappuccino sedang dengan ekstra karamel"
"Terserah kau wanita rendahan," katanya pelan, oh kurang ajar dia memanggilku wanita rendahan
"Aduhh Permisi?"
"Kau mendengarku"
"Yah, karena seseorang harus berani mengatakannya di mukaku dengan lantang daripada mengatakannya pelan-pelan"
"Terserah. Ini pesananmu," katanya memberiku pesananku dengan ekspresi sedih di wajahnya saat aku memberinya senyum palsu, berjalan menuju meja kami beberapa pria dengan dada berotot lebar kurus memukul minumanku dari tanganku kali ini mendarat di orang lain. Perlahan mendongak, aku disambut oleh satu orang yang kuharap tidak ingin kulihat seumur hidupku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Kuta Bali
thor..kok aq jadi bingung ya baca ceritanya.. terutama part yang di cafe..
2020-06-19
1
setan cilik alsib&kak upe😏
kok aku binggung bcanya perlu penggulangan dan focus nih baca..
2020-06-12
0
Facia Putri
Bingung Sih 😊😁
Ini terjemahan Ya?
Tapi anehnya Tetap Mau lanjut Baca 😁😊🤭🤭
2020-06-08
1